Sunday, August 2, 2015

Tak Tersangkal - Kebenaran-Chapter 4

“Duduklah,” Fillipe mempersilakan tamunya.

“Tak perlu berbasa-basi. Katakan apa yang perlu aku ketahui.”


Fillipe duduk di salah satu kursi dan menatap Keegan lekat-lekat. Begitu banyak yang ingin ia katakan tetapi ia tidak tahu darimana ia harus memulainya. Di atas semua kenyataan itu, hanya satu kebenaran yang ingin ia ungkapkan pada mantan adik iparnya ini,

“Vania dan Ulrich pernah menjadi sepasang kekasih.”

“Aku sudah mendengarnya!” Keegan menyahut kesal.

“Kau tahu mereka saling mencintai sebelum Vania menikah denganmu?” Fillipe terperanjat. Kemudian ia sadar hal itu mungkin saja terjadi. Tak seorang pria pun akan menikahi wanita asing tanpa terlebih dahulu mengetahui latar belakang wanita itu. Untuk kasus Vania, sangat mustahil Keegan tidak mengetahui kisah cintanya dengan Ulrich Beckinsale.

Kisah asmara antar sepasang kekasih itu sudah menjadi pengetahuan umum setiap penduduk La Carphatia juga mereka yang berada di luar kerajaan. Pada awalnya Vania dan Ulrich adalah teman sepermainan. Fillipe tidak ingat bagaimana mereka berkenalan dan menjadi teman dekat. Ia juga tidak tahu persis bagaimana proses pertemanan itu menjadi percintaan. Tanpa seorangpun menyadari, keduanya telah menjadi sepasang kekasih.

Mereka selalu terlihat bersama. Tidak ada Vania tanpa Ulrich. Begitu pula sebaliknya. Begitu eratnya hubungan mereka sehingga tak satu pertikaian pun sanggup memisahkan mereka. Pengertian dan pemahaman di antara mereka begitu indah sehingga banyak pasangan suami istri yang menjadikan mereka sebagai teladan.

Hubungan mereka telah begitu mantap dan dengan bertambahnya hari, hubungan itu kian erat sehingga mereka menjadi sepasang orang yang tak terpisahkan. Setidaknya, itulah yang orang-orang pikirkan hingga lamaran Kerajaan Ratsurk tiba.

Kisah cinta yang dikagumi tiap insan tiba-tiba saja menjadi kisah cinta yang paling tragis.

Raja Kerajaan La Carphatia, Raja Paulo Roxburgh, yang merestui hubungan putrinya, menerima lamaran tersebut tanpa menanyakan kesediaan putrinya. Vania begitu marah dan kecewa ketika mendengar kabar tersebut. Ia menentang keras pernikahannya itu.

Sayangnya, bagi Vania, Raja Paulo adalah seorang yang berpendirian keras. Ia adalah orang yang ketika sudah memutuskan sesuatu, tidak akan merubah keputusan sekalipun matahari terbit dari barat.

Berbagai cara sudah dicoba Vania untuk meloloskan diri dari pernikahan politiknya. Namun…

Mungkin, pikir Fillipe, kematian bukanlah hal yang buruk bagi Vania. Tidak ada yang bisa memisahkannya dari Ulrich di dunia sana.

“Kau tidak perlu menurunkan harga dirimu untuk memperbaiki nama adikmu," Keegan menahan diri untuk tidak menyebut gadis itu pelacur laknat didepan Fillipe. "Ia tidak pantas mendapatkannya."

Tanggapan sinis itu cukup untuk membuat Fillipe sadar Keegan Neidhardt tidak pernah tahu tentang kisah cinta Putri Vania Yvonne Roxburgh dari Kerajaan La Carphatia dan putra Marquess of Etz, Ulrich Beckinsale. Ia bahkan menganggap kisah yang ia ceritakan itu adalah sebuah kebohongan. “Apakah itu ada gunanya?” Fillipe bertanya.

“Tidak!” Keegan menjawab cepat.

“Lalu, apa gunanya sekarang aku berbohong?”

“Kau tahu apa yang sedang kaurencanakan.”

“Apabila aku ingin berbohong, aku tidak akan melakukannya sekarang. Sudah tidak ada gunanya sekarang aku berbohong demi Vania.” Fillipe pun berharap ia sedang berbohong, sayangnya semua yang sedang ia katakan saat ini adalah kenyataan. “Vania dan Ulrich adalah teman sepermainan. Sejak kecil mereka selalu bersama. Hubungan keduanya sangatlah akrab. Mereka saling memahami satu sama lain. Kau tidak akan pernah mendengar pertengkaran mereka. Begitu akrabnya mereka sehingga tak seorang pun yang melihat mereka sendirian. Karenanya seisi La Carphatia percaya suatu hari kelak mereka akan menikah. Kedua keluarga kami juga merestui hubungan mereka."

Namun semua itu berubah ketika lamaran dari Kerajaan Ratsurk tiba, ingin Fillipe menambahkan. Akan tetapi Fillipe sadar harga diri sang Raja Keegan Neidhardt tidak akan senang mendengarnya. Ia juga sadar sang Raja tidak akan menerima kenyataan ini. Ia pun tidak berharap lebih. “Ini adalah satu-satunya kenyataan yang perlu kau ketahui.”

“Bualan yang cukup menarik,” ejek Keegan. “Bila mereka memang saling mencintai, mereka tidak akan menerima lamaranku dengan mudah.”

“Tentu saja. Vania memberontak ketika mengetahui ia harus menikah denganmu. Ia mengajak Ulrich kabur. Namun, sayangnya, Ulrich Beckinsale adalah seorang pemuda yang penakut.”

“Pemuda yang penakut, katamu. Seorang pemuda yang menuntut lebih dari separuh kerajaanku kemudian mencoba membunuhku adalah pemuda yang penakut!??”

“Itu adalah sesuatu yang tidak diduga oleh kami,” Fillipe mengakui, “Setelah Vania menikah, Ulrich berubah menjadi seseorang yang tidak kami kenal. Kehilangan Vania adalah sebuah pukulan yang sangat besar untuknya.”

“Bila ia memang menyesal, seharusnya ia tidak melepasnya,” Keegan mengomentari sinis.

Fillipe tidak dapat menjawabnya. Ia tidak tahu persis bagaimana pemuda yang menolak ajakan kabur Vania kemudian bisa menjadi pemuda yang kurang waras. Namun satu hal yang pada saat itu ia ketahui persis, “Vania benar-benar mencintai Ulrich hingga ia memilih mati daripada menikah denganmu.”

“Cukup sudah bualan ini.” Keegan membalik badan.

Fillipe menyilangkan kakinya. “Vania pernah mencoba bunuh diri,” katanya tanpa menoleh.

Langkah kaki Keegan terhenti. Ia menatap Fillipe dengan mata membelalak lebar.

“Kalau kau pernah melihat pergelangan tangannya, kau akan melihat bekas luka sayatan yang ia buat.”

“OMONG KOSONG!” Keegan pulih dari kekagetannya, “Apa kau ingin menyalahkanku? Ingatlah orang yang menerima lamaranku adalah ayahmu.”

“Benar,” Fillipe mengakui dengan sedih. “Papa lebih mementingkan politik daripada kebahagiaan Vania. Tetapi, aku cukup kaget ketika mendengar Vania pergi bersama Ulrich tanpa memberitahumu. Vania tidak dapat memaafkan apapun bentuk rahasia dalam ikatan suci pernikahan. Ia percaya pentingnya kepercayaan dan keterbukaan dalam pernikahan.”

“Apa kau pikir aku akan mempercayaimu?” Keegan bertanya sarkatis.

“Itu adalah kebebasanmu,” Fillipe menatap pria itu. Pun setelah kematian Vania, ayahnya terus bersikeras tidak memberitahu Keegan tentang kisah cinta Vania dan Ulrich yang pernah terjadi. Mereka begitu menjaga harga diri Keegan namun… Harga diri itu pula yang membuat sang Raja berpegang teguh pada keyakinan yang ia percayai. Tidak, Fillipe tidak akan menyalahkan Keegan. “Apapun pilihanmu, semua itu sudah berlalu. Vania sudah tiada namun kau masih memiliki masa depan. Kau juga telah memutuskan untuk segera menikah.”

“Aku tidak percaya bualan kalian,” Keegan kembali menegaskan pendapatnya, “Memikirkannya pun tidak sudi.” Ia pun melangkah pergi.

“Itu adalah pilihan yang terbaik,” Keegan mendengar Fillipe berkata sebelum ia menutup pintu. “Karena semuanya sudah terlalu terlambat bila sekarang kau menyesalinya,” tak lupa ia menekankan.

Bibir Keegan membentuk senyum sinis. Fillipe pun tidak ingin ia mengingatnya, untuk apa ia terus memikirkan bualan ini?

“Lihatlah, itu adalah Raja Kerajaan Ratsurk.”

“Apa yang ia lakukan di sini?”

Keegan melihat kerumunan orang yang kurang kerjaan itu dengan tidak senang.

Mereka menyadari pembicaraan mereka terdengar oleh sang raja kerajaan sahabat namun itu tidak menghentikan mereka.

“Tebal juga mukanya. Ia masih punya nyali datang ke sini.”

“Apa yang ia mau? Apa ia masih belum cukup memperlakukan almarhumah Putri Vania Yvonne sekejam itu?”

Keegan meneruskan langkah kakinya dengan kesal. Sesungguhnya ia juga tidak sudi berada di tempat ini. Atas alasan yang sama pula ia tidak ingin tinggal di tempat ini lebih lama lagi.

Tempat ini membuatnya muak. Orang-orangnya merusak suasana hatinya. Dan tingkah mereka yang tidak tahu malu membuatnya semakin merasa tidak nyaman.

Keegan melihat lukisan besar seorang wanita di Hall dan tersenyum sinis. Ia tidak pernah melihat sebuah kerajaan yang demikian memuja putrinya yang hina seperti La Carphatia. Mereka bukan saja terus memuja gadis itu. Mereka juga memasang lukisan pelacur laknat itu di Hall yang menjadi pusat kegiatan Istana.

Tak satu detik pun ingin Keegan lewat di tempat ini. Secepat mungkin, Keegan ingin meninggalkan kerajaan ini. Ia lebih suka melewatkan malam di kasur keras penginapan sepanjang perjalanan daripada tidur di kasur empuk Istana Asheara.

Namun, sekarang di mana Marishka?

Keegan kesal mengapa wanita-wanita sekarang tidak seperti wanita kuno yang penurut!?

-----0-----

“Lihat itu calon istri Raja Keegan.”

“Calon istri Raja Keegan?” seorang gadis menatap arah yang ditunjuk wanita lainnya.

Lady Marishka Sanders mengelilingi halaman Istana dengan bosan. Ia sama sekali tidak menyukai tempat ini. Tiap orangnya sombong dan tidak tahu diri – persis seperti pelacur laknat itu. Istana ini kalah jauh dari Istana Zellis tapi tiap orangnya bersikap seakan-akan istana mereka adalah istana terindah di dunia.

“Istana Zellis jauh lebih indah dan besar,” komentar Marishka memperhatikan bentuk bangunan utama Istana dari halaman.

Seorang gadis kecil menabrak Marishka.

“Hati-hati dengan sikapmu!” sang Lady marah, “Kau mengotori gaunku!”

Gadis kecil itu langsung berdiri. “Maafkan saya, M’lady,” ia berkata sopan.

“Aku tidak butuh alasanmu!” bentak Marishka, “Bagaimana kau akan mengganti rugi!? Gaunku yang mahal telah kotor.”

Gadis kecil itu memperhatikan sang Lady dengan ketakutan.

Orang-orang di sekitar mereka mulai kesal melihat kesombongan sang calon istri Raja Keegan Neidhardt.

“Apakah Anda perlu berbicara sekeras itu pada seorang gadis kecil, M’lady?” seorang wanita maju, “Ia tidak sengaja menabrak Anda.”

“Bila ada yang perlu disalahkan, orang itu adalah Anda,” kata yang lain.“Anda tiba-tiba berhenti.”

“Kau tidak apa-apa, gadis kecil?” yang lain berlutut di depan gadis itu dan memeriksanya baik-baik. “Apa kau terluka?”

Gadis kecil itu menggeleng.

“Lain kali perhatikan jalan ketika kau berjalan,” ia kembali berkata lembut.

Gadis kecil itu mengangguk.

“Gadis baik,” wanita itu tersenyum, “Pergilah bermain dengan kawan-kawanmu.”

Gadis kecil itu berlari pergi dengan gembira diiringi senyuman tiga wanita bangsawan itu.

Marishka tersenyum sinis memperhatikan mereka. “Pantas saja kerajaan ini hanya bisa menghasilkan pelacur laknat.”

“Bukan Anda yang memutuskan seperti apakah gadis La Carphatia, M’lady. Sikap Anda pun tidak menunjukkan keanggunan wanita Ratsurk.”

Marishka tidak terima, “Ingatlah aku adalah Ratu Kerajaan Ratsurk, Lady Marishka Sanders. Dengan satu perkataanku, aku bisa membuat Keegan menyerang kerajaan kalian!" ia memperingati,"Tapi, mungkin Keegan tidak tertarik menguasai kerajaan kalian. Kerajaan ini lebih pantas dihancurkan.”

“M’lady, sebagai seorang Ratu, Anda harus berhati-hati dengan segala sikap dan perkataan Anda.”

“Apa kalian menasehatiku?” Marishka tersenyum sinis, “Seorang gadis kecil saja tidak bisa kalian atur. Pantas saja Vania bisa menjadi seorang pelacur laknat, lebih hina dari pelacur.”

Almarhumah Putri Vania Yvonne Roxburgh adalah seorang gadis terhormat!” mereka tidak dapat menerima hinaan peka tersebut. “Beliau adalah Putri di antara Putri. Anda sama sekali tidak bisa disejajarkan dengannya.”

“Tentu saja. Aku adalah seorang Ratu. Jangan kau coba-coba menyetarakan aku dengan pelacur laknat itu.”

“Sungguh kasihan Ratsurk. Rajanya adalah raja yang sadis dan ratunya adalah seorang wanita murahan.”

“Selera Raja Keegan memang buruk,” seorang di antaranya memberikan komentarnya. “Tidak seorang kekasihnya pun yang pantas disebut Lady.”

“Semoga saja Raja Keegan tidak memperlakukan Anda seperti dia membuat almarhumah Putri Vania Yvonne Roxburgh menderita.”

“Aku tidak perlu pendapat kalian atas tiap wanita yang aku pilih.”

Mereka terperanjat. Namun tidak seorang pun dari mereka yang ingin mengajukan permohonan maaf atas tutur kata mereka.

Keegan melihat para wanita itu lalu pada Marishka. “Kita pulang sekarang juga.”

“Lihat saja kalian,” Marishka memberikan ancamannya, “Keegan pasti akan mempersiapkan prajurit untuk menghancurkan kerajaan ini.” Dan mengikuti langkah-langkah cepat Keegan.

“Lihatlah pasangan itu,” mereka yang dari tadi memperhatikan keramaian memberi komentar.

“Pasangan yang memalukan.”

“Untung saja almarhumah Putri Vania Yvonne Roxburgh bisa segera melepaskan diri dari pria kejam itu.”

“Almarhumah Putri Vania pasti berbahagia di surga bersama kekasihnya, Ulrich Beckinsale.”

“Apa hak mereka menghina almarhumah Putri Vania? Apa mereka tidak tahu siapa yang membuat almarhumah Putri Vania menderita? Mereka bukan saja memisahkan almarhumah Putri Vania dari kekasihnya, juga memperlakukan Putri sekejam itu.”

“Memangnya mereka pikir ini jaman apa? Ini bukan jaman pertengahan di mana seorang istri dikucilkan dan dibuang dari kastilnya karena mengkhianati suaminya.”

“Bila dibandingkan, Raja Keegan adalah orang yang mengkhianati almarhumah Putri Vania. Almarhumah Putri Vania tidak pernah mengkhianati pernikahannya, ia hanya pergi menemui kekasihnya, satu-satunya kekasih yang ia cintai sebelum ia dipaksa menikah dengan Raja Keegan.”

“Kulihat Raja Keeganlah yang patut dibuang dari kerajaannya.”

Keegan melangkahkan kakinya lebih cepat. Mereka pikir ia tidak mendengarnya, tetapi ia mendengar semua perkataan mereka dengan jelas.

Saat ini ia tidak ingin mengomentari omongan itu. Ia sudah terlalu kesal untuk melontarkan rasa muak dan kebencian di dadanya.

Namun tidak demikian halnya dengan calon istrinya, “Pantas saja kerajaan ini tidak pernah maju, penduduknya suka mengumpulkan wanita hina,” Lady Marishka berkomentar dengan suara keras.

Setiap orang yang mendengarnya langsung naik pitam.

Ratu Claire yang kebetulan baru tiba juga naik darah. Namun ia mengambil sikap bijaksana dengan berdiam diri.

Melihat sang Ratu berdiam diri, tiap orang di tempat itu juga menutup mulut rapat-rapat dengan hati kesal.

Marishka melihat kehadiran sang Ratu diiringi para pelayannya. “Ratunya pun tidak bisa menunjukkan wibawa.”

Keegan melirik Marishka dengan tajam. “Jaga mulutmu.”

Seketika Marishka menutup mulut rapat-rapat. Namun itu hanya bertahan hingga mereka memasuki kereta yang sudah menanti mereka.

“Mengapa kau tidak membalas perkataan mereka?” protes Marishka.

“Apa kau ingin memberitahuku apa yang harus kulakukan!?” tanya Keegan tajam.

Kali ini Marishka benar-benar menutup mulutnya rapat-rapat.
-----0-----

“Pagi ini Paduka Raja tiba.”

“Lalu?” tanya Viscountess Eirena tak tertarik.

“Kau tahu ia pergi bersama Lady Marishka Sanders.”

“Aku tidak tertarik pada pernikahan mereka,” potong Viscountess.

“Kau sudah mendengarnya?” Duke Francis terperanjat.

“Wanita tidak tahu malu itu sudah mengumumkan keras-keras pernikahannya. Apakah kau pikir ada orang tuli yang tidak dapat mendengarnya?”

Duke Francis sadar. Walaupun Viscountess Eirena hampir tidak pernah keluar rumah, ia tidak pernah ketinggalan berita.

“Aku bahkan mendengar ia hampir menimbulkan perang antara La Carphatia dan Ratsurk,” Viscountess melanjutkan dengan tajam, “Berdoalah dia tidak akan menghancurkan kerajaan ini ketika ia sudah menjadi seorang Ratu.”

Duke of Jorkael, satu dari empat penasehat utama La Carphatia itu, tidak dapat menanggapi. Ia tidak pernah mendengar hal ini namun ia tahu Viscountess Eirena bukan orang yang sembarangan mengutarakan hal sepeka itu.

Duke mengakui saat ini di Ratsurk hanya Viscountess Utira yang mengetahui dengan jelas segala kejadian di La Carphatia. Saat ini hanya Viscountess Utira yang mempunyai kawan di La Carphatia.

“Mama,” seorang pria memasuki ruangan, “Aku dengar siang ini Mama pergi berburu lagi.”

“Tidak ada urusannya denganmu,” Viscountess enggan melihat putranya.

“Mama, apa kau tahu apa yang kaulakukan? Kita hanya Viscount bukan bangsawan yang berkuasa.Mengapa engkau terus menentang Paduka Raja? Kau hanya akan membahayakan keluarga kita.”

“Aku tidak perlu komentarmu,” Viscountess memperingati.

“Mama, kau tahu Raja Keegan pasti akan menghukummu kalau ia tahu kau mengumpulkan barang-barang gadis itu.”

“Gadis mana!?” tanya Viscountess tajam.

“Kau tidak punya bukti barang-barang itu adalah bekas pelacur laknat itu. Kau sudah ditipu!”

“DIAM!!!”

Mereka terdiam.

“Aku tidak takut pada Keegan. Bila dia mau, dia bisa membunuhku seperti dia membunuh Yang Mulia Paduka Ratu Vania Yvonne Roxburgh. Tetapi sejarah akan mencatat kekejamannya pada seorang gadis muda belia yang tak berdosa. Tak peduli berapa pun harga yang harus kubayar, aku tetap akan mengumpulkan setiap barang Yang Mulia Paduka Ratu Vania Yvonne Roxburgh yang masih ada di dunia. Itu adalah satu-satunya peninggalan Yang Mulia Paduka Ratu Vania Yvonne Roxburgh yang aku miliki.”

“Kau memiliki sekamar penuh kumpulan barang bekas.”

“Itu bukan barang bekas!”

“Kau tidak tahu apakah gaun-gaun itu adalah gaun gadis itu. Kau tidak tahu siapa yang menulis buku harian itu. Kau sama sekali tidak tahu siapa yang pernah mengenakan hiasan-hiasan rambut itu.”

“Cukup! Aku sama sekali tidak membutuhkan pendapatmu dalam setiap keputusanku. Aku adalah Viscountess of Utira.”

“Aku akan membuang semuanya bila aku sudah menjadi Viscount of Utira.”

“Silakan. Aku tidak peduli apa pun yang kau lakukan ketika kau sudah menjadi Viscount of Utira. Tetapi, ingat, selama aku masih hidup, jangan sekalipun kau berpikir kau akan menyentuh barang-barang dalam kamar itu!” Setelah ia mati pun mereka tidak akan bisa menyentuh barang-barang tersebut. Ia akan memastikan semua barang peninggalan Yang Mulia Paduka Ratu Vania Yvonne Roxburgh kembali pada keluarga yang dikasihinya, pada mereka yang tahu bagaimana memelihara barang-barang berharga tersebut.

“Kau sudah gila, Mama. Aku harap kau tidak akan mendapat kesulitan.”

“Aku tidak takut pada kesulitan apapun,” Viscountess menjawab putranya dengan tegas.

Duke Francis merasa ia tidak seharusnya berada di tempat ini. “Kupikir aku akan pulang dulu.” Duke berdiri.

Putra sang Viscountess itu tampak terkejut melihat keberadaan Duke Francis.

“Sampai ketemu besok,” Duke Francis mengundurkan diri.

“Aku tidak ingin mendengar ceritamu lagi,” tak lupa Viscountess memperingatkan.

Duke Francis hanya tersenyum. “Selamat malam, Fred,” ia menyapa putra Viscountess sebelum meninggalkan tempat itu.

Pria itu hanya melihat kepergian Duke dengan mata terbelalak lebar. “Mama, sejak kapan Duke Francis berada di sini?” tanyanya ketika Duke sudah menghilang.

“Aku tidak perlu memberimu laporan semua kegiatanku, bukan?” Viscountess beranjak dari kursinya. “Pergilah. Aku ingin beristirahat.”

Viscountess mendengar putranya menutup pintu ruang duduk namun ia enggan melihatnya. Ia tidak dapat memaafkan setiap orang yang menghina almarhumah Yang Mulia Paduka Ratu Vania Yvonne Roxburgh sekalipun itu adalah putranya sendiri.

Yang paling utama, ia tidak dapat memaafkan pria yang membuat Yang Mulia Paduka Ratu Vania Yvonne Roxburgh menderita, Yang Mulia Paduka Raja Keegan Neidhardt.

Viscountess memperhatikan pria itu menggandeng wanita lain dengan mesra.

Dunia menyebut Yang Mulia Paduka Ratu Vania Yvonne Roxburgh seorang pelacur laknat hanya karena ia pergi menemui teman sepermainannya. Bagaimanakah dunia harus menyebut pria yang sudah mengumumkan rencana pernikahannya namun masih sering bermesraan dengan wanita yang berbeda-beda?

Seminggu berlalu sudah semenjak sang Raja kembali. Dan dalam seminggu ini pula sang Lady Marishka Sanders terus melemparkan amarahnya pada setiap orang. Ia selalu marah-marah pada setiap wanita yang mendekati Raja Keegan. Ia selalu menghina setiap wanita yang ditemui sang Raja.

Viscountess sama sekali tidak terkejut ketika sang Raja mengabaikan protes calon istri pilihannya itu. Ia juga berbuat yang sama sebelum dan sesudah ia menikah. Tidak ada yang perlu dikagetkan dari sikap tidak setianya.

Hanya di minggu-minggu pertama pernikahannya, Viscountess percaya sang Raja telah berlabuh. Hanya dalam hari-hari itu sang Raja berhenti menemui para kekasihnya dan selalu mengkhawatirkan istri mudanya yang jarang keluar kamar karena kurang enak badan.

Di hari-hari itu, Viscountess mendengar Raja Keegan selalu meluangkan waktu untuk menengok istrinya. Ia adalah orang pertama yang panik ketika sang istri yang baru dinikahinya tidak muncul dalam makan pagi. Ia adalah seorang suami romantis yang selalu membawa bunga dan kejutan-kejutan kecil setiap kali menemui istrinya. Namun ternyata semua itu hanyalah usahanya untuk menunjukkan pada Kerajaan La Carphatia bahwa ia memperlakukan Tuan Puteri tercinta mereka dengan baik.

“Tak kuduga akan bertemu Anda di sini,” Keegan melihat Viscountess Utira.

“Saya pun tidak menduga Anda akan muncul di jamuan ini,” Viscountess Eirena menjawab dan menatap wanita di sisi sang Raja, “Dengan wanita lain lagi.”

“Aku tidak perlu kau mengomentari kehidupanku,” Keegan menyahut dingin.

“Saya tidak pernah tertarik mencampuri kehidupan Anda,” Viscountess membalas.

Setiap orang memperhatikan kedua orang itu.

“Semoga Anda berbahagia dengan pernikahan Anda.”

“Siapa yang akan menikah?” tanya Keegan tidak mengerti.

“Rupanya Anda secepat itu melupakan calon istri Anda,” Viscountess tersenyum sinis, “Lebih cepat dari waktu Anda melupakan Yang Mulia Paduka Ratu Vania Yvonne Roxburgh.”

“Apakah kau perlu mengucapkan nama pelacur laknat itu selengkap itu, Viscountess Utira?”

“Di dalam hati saya Yang Mulia Paduka Ratu Vania Yvonne Roxburgh adalah seorang Ratu yang agung.” Ia menekankan, “Selamanya.

“Kulihat kau sudah gila.”

“Benar. Saya sudah gila akan cinta saya pada Yang Mulia Paduka Ratu Vania Yvonne Roxburgh. Yang Mulia Paduka Ratu Vania Yvonne Roxburgh adalah putri teragung yang pernah saya temui juga putri yang bernasib tragis.” Lalu ia melihat wanita di sisi Raja Keegan dan melirik Lady Marishka yang berdiri di sudut lain sambil menahan emosi. “Semoga Anda cukup puas setelah menghancurkan kehidupan seorang gadis muda.”

“Apa kau juga ingin mengatakan aku memisahkan gadis itu dari kekasihnya?”

Viscountess Eirena tidak terkejut mendengarnya. Ia tahu cepat atau lambat Raja Keegan pasti mengetahuinya. “Rupanya Anda sudah mengetahui hubungan Ulrich Beckinsale dan Yang Mulia Paduka Ratu Vania Yvonne Roxburgh sebelum Yang Mulia Paduka Ratu Vania Yvonne Roxburgh dipaksa menikahi Anda.”

“Benar, aku sudah mendengar bualan terbesar itu.”

Viscountess juga tidak terkejut akan reaksi Keegan. Sejujurnya, ia juga tidak pernah mengharapkan tibanya hari Raja Keegan Neidhardt menerima kenyataan itu. “Perlu Anda ketahui, Yang Mulia Paduka Raja Fillipe Roxburgh dan seisi La Carphatia juga mengharapkan itu adalah omong kosong.” “Mereka adalah orang-orang bodoh.”

“Dan Anda adalah orang yang pandai, Paduka?”

“Tidak ada gunanya memikirkan orang yang sudah mati.”

“Semoga keyakinan Anda tidak pernah goyah.”

“Engkau sedang mengutukku, Viscountess of Utira?” Keegan bertanya tajam.

“Saya hanya berdoa untuk Anda,” Viscountess menjawab tanpa sedikit pun rasa takut. Matanya yang menatap Raja menyinarkan amarahnya yang memuncak. Raja Keegan, di pihak lain, menatap Viscountess tua itu dengan kebencian yang mendalam.

Wanita tua ini sudah gila. Ia terbius oleh daya pikat gadis itu. Andaikan ada cara bagus yang aman, ia pasti sudah mempercepat perjalanan wanita tua ini ke dunia lain. Saat itu wanita tua ini pasti akan sangat berterima kasih padanya. Ia sudah mempertemukannya dengan gadis itu di satu-satunya tempat yang pantas untuk mereka, neraka!

Ketegangan di antara mereka semakin memuncak hingga membuat orang-orang di sekitarnya merasa tidak nyaman.

Duke Francis yang sejak awal hanya memperhatikan mereka, memutuskan untuk mengambil sikap. “Eirena, kumohon jangan merusak suasana jamuan ini. Engkau sudah lama tidak keluar rumah. Tidakkah kau ingin menikmati malam yang indah ini?”

“Jangan khawatir, aku tidak ingin tinggal lebih lama lagi di tempat ini,” Viscountess tidak melepaskan mata dari Keegan, “Melihat orang-orang yang tidak tahu malu.”

Duke Francis melihat amarah Raja Keegan kian memuncak. Dengan cemas ia melihat sahabatnya. Ia berharap Viscountess Eirena mau menahan kata-katanya. Namun Viscountess tersebut kembali menyinggung hati tiap orang yang ada di tempat itu terutama sang Raja,

“Berbahagialah kalian yang tidak mempercayai kebenaran. Kalian tidak perlu merasa bersalah atas dosa besar yang telah kalian lakukan.”

“Tidak seorang pun yang akan menyesali kematian seorang sampah.”

“Berdoalah semoga kebenaran itu tidak pernah terungkap di depan mata buta kalian,” Viscountess mengingatkan dan ia menegaskan, “Karena pada saat itu kalian sadar kalianlah yang membuat kerajaan ini kehilangan mukanya bukan Yang Mulia Paduka Ratu Vania Yvonne Roxburgh!” Viscountess melihat semua orang yang ada di tempat itu dengan tajam. “Selamat malam.” Ia membalikkan badan dan dengan dada membusung, meninggalkan tempat itu.

“Dia sudah gila,” komentar wanita di sisi Raja Keegan.

Keegan tidak berkomentar. Matanya yang membara mengawasi kepergian Viscountess.

“Apa yang kaulakukan di sisi Paduka, wanita jahanam!?” Marishka memisahkan wanita itu dari sisi Keegan.

“Apa yang kau lakukan!?” wanita tersebut tidak terima.

“Jaga mulutmu! Ingatlah dengan siapa kau berbicara,” Marishka memperingatkan dengan keras, “Aku adalah Ratu Kerajaan Ratsurk!”

“Kau bahkan belum menikahi Paduka Raja!” wanita tersebut menyerang balik.

“Paduka sudah memilihku sebagai calon istrinya, wanita tak tahu malu!”

“Paduka memilihku untuk menjadi pasangannya malam ini!”

“Wanita jahanam!” Marishka marah dibuatnya, “Kulihat kau tak lebih baik dari pelacur laknat itu.”

“Kaulah penerus pelacur laknat itu!”

Orang-orang kembali memperhatikan keributan di sekitar sang Yang Mulia Paduka Raja Keegan Neidhardt. Berbeda dengan keributan sebelumnya, kali ini sang Raja hanya berdiam diri.

Demi mendengar sebutan itu, Keegan menatap tajam kedua wanita yang berebut posisi di sisinya.

Duke Francis memperhatikan Raja Keegan. Kemarahan masih nampak jelas di wajahnya yang menegang namun ia melihat sesuatu yang lain di dalam matanya. Mungkin ia hanya terlalu banyak berpikir akan tetapi sinar mata itu sering ia lihat di mata gelap sang Raja dalam hari-hari terakhir ini.

Semua orang terkejut ketika sang Raja melangkahkan kaki.

“Paduka,” Grand Duke Wilme, sang tuan rumah jamuan malam ini segera mengikuti.

“Aku lelah,” Keegan memberitahu singkat.

“Cepat siapkan kereta Paduka Raja,” Grand Duke segera memerintah seorang pelayan.

“Baik,” pelayan itu langsung melesat menjalankan perintah tersebut.

Kedua wanita yang sedang bertengkar tersebut terkejut menyadari Keegan sudah melalui pintu.

“Selamat malam, Paduka. Semoga istirahat Anda nyaman.”

Tanpa mengucapkan apa-apa, Keegan memasuki kereta kudanya.

Kedua wanita yang sedang memperebutkan Keegan muncul di teras tepat ketika kereta mulai bergerak.

“Ini salahmu, pelacur laknat!” Marishka langsung menyalahkan.

“Jagalah kata-katamu. Paduka pasti sudah muak melihatmu!” wanita satunya balas menyerang. “Kau tidak lebih baik dari pelacur laknat itu. Jangan sampai Paduka membuangmu seperti pelacur laknat itu.”

Grand Duke memperhatikan kedua wanita itu kembali berperang mulut. Ia mendesah. Bahkan ketika bertengkar pun kedua wanita itu menyebutkan gadis yang telah meninggal dunia itu.

“Kapankah kau bisa benar-benar lenyap?” gumamnya.



*****Lanjut ke chapter 5

5 comments:

  1. Kenapa vania g muncul muncul . . . HHuhuhh
    Udah gemes bgt liat kelakuan keegan

    ReplyDelete
  2. Mbaakkkkk aku padamu... selalu mnnti cerita ini tiap hari ^^
    Jangn menghilang lagi ya kakak :)

    ReplyDelete
  3. Mba... ahirnya di update juga.

    Keegan kelaut aja!!!

    Btw di cerita2 mba kl ga slh laki2 nya lada playboy semua ya? ..tp yg ini paling parah playboy nya mba.. -_-

    ReplyDelete
  4. kadang aku berpikir sebenarnya keegan ini menutup diri, bahwa sebenarnya dia sangat mencinta Vania kalo aku bilang,, dia kecewa saja dengan sikap yang diambil vania karena lebih memilih kekasihnya daipada suami politiknya,, tapi aku seneng ini diupdate heheh penasaran ajah sama kelanjutan ceritanya,, semangat yah kak nulisnya :)

    ReplyDelete
  5. sampai chapter berapa ya ini selesainya?

    ReplyDelete