Thursday, July 9, 2015

Tak Tersangkal - Kebenaran-Chapter 3

“Selamat datang,” sambut Fillipe hangat, “Aku tidak menduga kau mau datang.”

“Aku juga tidak menduga aku akan datang,” Keegan menjawab dingin. Bila bukan karena kecerewetan para penasehat dan bawahannya, ia tidak akan datang.


Fillipe hanya bisa tersenyum. Ternyata mengundang Keegan Neidhardt adalah pilihan yang salah. Ia seharusnya mendengar nasehat istrinya namun ternyata ia lebih menghormati pendapat ayahnya. Mata Fillipe beralih pada wanita di sisi Keegan. “Dia…”

“Calon istriku,” Keegan menyahut singkat.

“Oh,” Fillipe tampak sangat terkejut. “Selamat,” ia tersenyum ramah.

Wanita tersebut juga terkejut. Ia hanya dapat menduga-duga tujuan Raja Keegan mengajaknya pergi ke La Carphatia. Sekarang pertanyaannya tersebut terjawab sudah. Dengan senyum menawannya yang merekah lebar, ia memperkenalkan diri, “Saya adalah Marishka Sanders. Merupakan kehormatan bagi saya bisa bertemu dengan Anda, Yang Mulia Paduka Raja Fillipe Roxburgh.”

“Senang berkenalan dengan Anda pula, Lady Marishka,” Fillipe tersenyum lalu ia kembali berkata pada Keegan, “Mari kita masuk. Apakah kau mau menemui putriku dulu?”

“Tidak, terima kasih,” Keegan langsung menjawab.

“Aku mengerti. Engkau pasti lelah setelah perjalanan panjangmu. Aku akan memerintahkan pelayan untuk menyiapkan ruangan untuk kalian.”

“Tidak perlu,” lagi-lagi Keegan menjawab cepat, “Aku akan langsung pulang setelah misa selesai.”

“Baiklah, aku tidak akan memaksamu. Anggaplah tempat ini sebagai rumahmu sendiri. Misa akan diselenggarakan satu jam lagi di kapel Istana.”

Tidak akan! Selamanya ia tidak akan pernah menganggap tempat ini sebagai rumahnya!

Walau Keegan tidak mengatakannya, Fillipe mengetahui apa yang ada dalam pikiran pria itu. Ia tidak dapat menyalahkan pria itu. “Maafkan ketidaksopananku. Aku harus melihat persiapan misa.”

“Silakan,” kata Keegan.

“Keegan,” Marishka menggandeng manja tangan Keegan, “Temani aku berkeliling Istana.”

“Pergilah sendiri!” Keegan membebaskan tangannya.

“Mengapa? Tidak setiap hari kita bisa datang ke sini.”

Keegan menatap wanita itu dengan tatapan tajamnya. Ia tidak akan mengajak wanita ini bila bukan karena ia ingin menunjukkan pada keluarga Roxburgh, kematian Vania sama sekali tidak berarti baginya. “Ingatlah, Marishka, aku mengajakmu karena kebetulan kaulah yang terpikirkan olehku.” “Bukankah kau sudah mengumumkan aku adalah calon istrimu,” protes sang Lady.

Keegan kembali memberikan sorotan tajam matanya.

Marishka Sanders terdiam. Keegan Neidhardt bukan orang yang menyenangkan ketika ia harus berhubungan dengan Roxburgh ataupun La Carphatia. Dari sekian orang hanya pelacur laknat itulah satu-satunya orang yang mana ia tidak ingin berhubungan juga mereka yang ada di sekitar gadis itu.

Keegan meninggalkan Marishka juga Istana Asheara yang tidak pernah ingin ia masuki.

Marishka tidak punya pilihan lain selain membiarkan Keegan Neidhardt. Hari ini ia sudah lebih dari bahagia. Ia sudah mendapatkan sebuah kepastian akan kedudukannya. Tidak percuma ia terus berusaha mendapatkan hati sang Raja. Sekarang ia dapat dengan bangga mengatakan pada tiap orang ia adalah calon Ratu Kerajaan Ratsurk!

Tak sampai dua jam kemudian, mereka sudah kembali berkumpul di kapel Istana Asheara.

Misa pembaptisan putri yang baru lahir sudah usai namun para undangan berkumpul untuk melihat sang putri dari dekat dan memberikan doa mereka. “Dia benar-benar putri yang manis.”

“Benar-benar mirip almarhumah Putri Vania Yvonne Roxburgh.”

“Rasanya seperti menyaksikan pembaptisan almarhumah Putri Vania lagi,” ujar seseorang yang telah berusia.

Keegan melihat kerumunan itu dengan tidak senang. Karena inilah ia tidak ingin menghadiri misa baptis ini.

“Fillipe, jangan pernah memaksakan kehendakmu pada Vania,” Paulo mengulangi nasehatnya untuk sekian kalinya, “Karena kau tidak akan pernah tahu ke mana kau mengirimkan putrimu.”

Fillipe sedih melihat wajah tua itu yang semakin terlihat keriput dalam setahun terakhir ini. “Aku mengerti, Papa. Aku tidak akan memaksa Vania melakukan apa yang tidak ingin ia lakukan.”

“Vania,” Paulo memandang cucunya dengan penuh kerinduan, “Kau begitu mirip Vaniaku. Kau begitu manis seperti Vania.”

Hati Raja Fillipe pilu. Ingin ia berkata, “Semua ini bukan salahmu,” namun ia tidak sanggup. Bahkan ia sendiri tidak pernah berhenti menyalahkan diri, apa haknya menghibur orang yang memaksa Vania melalui jalan hidupnya yang tragis ini?

Hingga detik ini hanya satu yang Fillipe yakini: Vania akan memaafkan mereka.

“Jangan khawatir, Yang Mulia. Kami akan memastikan Putri Vania kecil tidak memiliki nasib yang sama dengan almarhumah Putri Vania Yvonne Roxburgh,” beberapa bangsawan La Carphatia segera menghibur.

“Kita pergi,” Keegan membalikkan badan.

“Tetapi, kita belum melihat sang Putri,” protes Marishka Sanders.

“Lihatlah sendiri!” lagi-lagi Keegan menolak tegas.

Duke Paulo melihat Raja Keegan beranjak pergi. “Raja Keegan,” panggilnya, “Aku tidak tahu kau datang.”

Semua mata langsung terarah pada pria yang sudah bersiap-siap meninggalkan kapel dan istana. Bahkan mereka pun tidak menyadari keberadaan sang ‘mantan’ suami almarhumah Putri Vania Yvonne Roxburgh.

Marishka memperhatikan Keegan dengan tegang.

Di awal Keegan sudah menegaskan ia akan segera meninggalkan tempat ini ketika misa sudah usai. Hari ini ia ada di sini demi nama baik Ratsurk dan hubungan akrab kedua kerajaan yang telah berlangsung beratus-ratus tahun ini. Karena itu ia memilih memasuki kapel secara diam-diam ketika misa sudah dimulai dan ia meninggalkannya sebelum ada yang melihatnya. Fillipe seorang mengetahui kedatangannya sudah lebih dari cukup. Ia tidak ingin orang lain menyadari kedatangannya terutama mantan ayah iparnya, Duke Paulo.

“Mengapa engkau tidak melihat keponakanmu?”

Raja Keegan menyadari ia tidak bisa menolak ajakan itu.

Para bangsawan segera memberi jalan.

Ratu Claire tidak suka melihat ekspresi Raja Keegan. Ia adalah satu dari sekian orang yang menentang ide mengundang Raja Ratsurk, raja yang telah menyiksa istrinya hingga akhir hayatnya.

Para bangsawan melihat Raja Keegan Neidhardt melangkah dengan kepala terangkat tinggi ke pembaringan Putri Vania. Setiap orang dari mereka berpikir mengapa Raja yang telah menyiksa putri tercinta mereka hingga akhir hayatnya ini bisa datang?

“Dia benar-benar putri yang manis,” komentar Marishka.

“Terima kasih, Lady…,” Claire melihat suaminya.

“Lady Marishka Sanders,” Marishka memperkenalkan dirinya sendiri, “Calon Ratu Kerajaan Ratsurk.”

Setiap orang di ruangan itu kecuali Fillipe terperanjat. Mereka tidak pernah mendengar kabar ini.

“Aku senang kau menemukan kebahagiaanmu,” ujar Duke Paulo, Raja La Carphatia sebelum Fillipe. “Vania juga pasti gembira mengetahuinya.”

‘Vania tidak akan pernah mensyukurinya!’ Ratu Claire melihat Raja Keegan, mantan adik iparnya, dengan tidak senang. ‘Vania tidak pernah mencintai Keegan Neidhardt. Ia tidak pernah ingin menikahi seorang Neidhardt!!’ Ingin sekali Ratu Claire meneriakkannya. Hanya demi sopan santunlah Claire menahan diri.

“Terima kasih sudah datang untuk putri saya,” Claire melakukan apa yang seharusnya dilakukannya, “Maaf saya tidak menyadari kedatangan Anda.”

“Tidak mengapa,” Marishka mengajukan diri untuk memberi alasan, “Kami baru datang beberapa saat setelah misa dimulai.”

Keegan melihat wanita itu dengan tidak senang. Dari sekian banyak wanita, mengapa ia justru memilih wanita ini?

“Saya berdoa semoga Putri Vania Roxburgh akan tumbuh menjadi seorang putri manis yang dicintai tiap orang,” kata Marishka lagi lalu ia melihat Keegan.

“Aku hanya dapat berdoa semoga dia tidak seperti pendahulunya,” Keegan berkata dengan sinis.

Ratu Claire tidak senang mendengarnya.

Fillipe menggenggam tangan istrinya untuk meredakan amarahnya. Dengan tersenyum ia membalas, “Terima kasih, Raja Keegan. Semoga doa Anda terkabulkan.”

“Akupun berdoa semoga ia menjadi putri yang lebih hebat dari Vania,” timpal ayahanda dari Raja Fillipe itu.

“Amin,” Keegan menutupnya dengan seluruh keengganannya.

“Katakan, Keegan, apakah kau bersedia menemani pria tua ini berbicara?” tanya pria yang telah mewariskan tahtanya pada putra tunggalnya setahun lalu dan memilih gelar Duke untuk dirinya sendiri. “Walaupun aku sudah tidak lagi menjadi Raja kerajaan ini, engkau masih berkenan berbicara tentang banyak hal denganku, bukan?”

Keegan melihat pria tua di depannya. Pria ini sudah jauh berubah dari kali terakhir mereka bertemu.

Benar-benar konyol! Kematian seorang pelacur laknat bisa membuat seorang raja yang gagah berwibawa menjadi seorang yang tak lebih dari orang tua yang menanti ajal.

Mata sinis Keegan beralih pada bayi yang tidur di pembuaiannya. ‘Benar-benar keluarga yang menyedihkan!’ pikirnya lalu ia melihat pada tiap orang di ruangan itu kemudian berhenti pada Duke Paulo Roxburgh.

“Tidak masalah. Katakan ke mana Anda ingin kita berbicara,” dan tanpa membuang banyak waktu ia membalikkan badan. Ia tidak peduli apa yang sang pria tua ini ingin bicarakan dengannya. Ia hanya ingin meninggalkan ruangan terkutuk ini secepat mungkin.

Marishka segera mengekor.

“Jangan ikuti aku!” bentak Keegan seketika. Matanya yang dipenuhi kemurkaan menatapnya dengan tajam sehingga nyali wanita tersebut menghilang.

Fillipe memperhatikan ayahnya menunjukkan jalan pada Keegan lalu pada tiap bangsawan yang masih berada di dalam kapel. Harus ia akui kematian adiknya membawa perubahan besar bukan saja bagi La Carphatia namun juga bagi Ratsurk dan hubungan antar dua kerajaan. Penyebab terbesarnya adalah reaksi mereka atas kematian Vania. Jika Ratsurk memilih melupakan keberadaan seorang Vania, La Carphatia mengenangnya. Perbedaan yang begitu besar inilah yang membuat Ratsurk tidak menyukai La Carphatia, demikian pula sebaliknya.

Sikap yang paling jelas ditunjukkan oleh pimpinan kedua kerajaan, keluarga yang berhubungan langsung dengan sang almarhumah Ratu.

Ibusuri Geneviene, ibunda almarhumah Ratu Vania Yvonne Roxburgh, shock mendengar kabar kematiannya hingga kehilangan akal sehatnya. Hingga detik ini ia tidak dapat menerima kenyataan putri kandungnya sudah meninggal. Setiap saat ia selalu memanggil putrinya dan menangisinya. Wanita yang anggun itu kini telah menjadi orang yang tidak waras.

Raja Paulo begitu terpukul mendengar kepergian putrinya. Hatinya semakin sakit melihat kondisi istrinya. Ia terus menyalahkan dirinya yang memaksa putrinya menikahi pria yang tidak ia cintai. Ia merasa ia tidak bisa melindungi putrinya dan membuat istri tercintanya berada dalam kondisi seperti ini. Ia terus menyalahkan diri sehingga kehilangan kepercayaan dirinya sebagai seorang raja dan akhirnya memutuskan untuk menurunkan tahtanya pada putra tunggalnya dan menghabiskan hari-harinya merawat istrinya.

Fillipe Roxburgh, kakak Vania juga tidak luput dari perasaan bersalah itu. Ia adalah satu dari sekian orang yang mengetahui Vania tidak ingin menikahi Keegan. Ia adalah satu dari sekian orang yang menyaksikan penolakan keras Vania atas pernikahan politiknya namun ia juga satu dari sekian orang yang membiarkan Vania pergi menyongsong kematiannya.

Orang yang telah meninggal tidak bisa hidup kembali. Bagi orang yang sudah meninggal, waktunya sudah berhenti namun waktu terus berjalan bagi mereka yang masih hidup. Berdiri pada pandangan tersebut, Fillipe menegakkan kepala dan terus menyongsong hari esok. Fillipe percaya Vania tidak akan senang melihatnya terus menangisi kepergiannya.

Keegan, di sisi lain, mengubur Vania di sebuah tempat yang terpencil dan membakar semua barang milik Vania. Selain itu ia menghapus Vania dari sejarah Ratsurk. Seperti rajanya, rakyat Ratsurk mengingkari seorang Vania Yvonne Roxburgh. Mereka bahkan membuat namanya menjadi seorang kata tabu.

Ratsurk tidak menyukai cara La Carphatia menyanjung pelacur laknat itu. Sebaliknya, La Carphatia tidak senang melihat cara Ratsurk memperlakukan almarhumah putri tercintanya. Hal itu terlihat jelas beberapa saat lalu. Dengan caranya, Keegan menghina cara La Carphatia mengenang seorang Vania Yvonne Roxburgh. Sebaliknya, para bangsawan La Carphatia menunjukkan ketidakpuasannya di wajah mereka ketika pria tersebut mendekati Putri Vania kecil mereka. Kebencian itu terlihat semakin jelas ketika Keegan Neidhardt menyindir almarhumah putri tercinta mereka.

Hanya hubungan baik yang sudah lama terjalin antara dua kerajaan inilah yang menahan perang dingin ini.

“Lihatlah dia,” bisik para bangsawan itu.

“Sungguh menyedihkan.”

“Semoga saja Raja Keegan tidak memperlakukannya seperti ia memperlakukan almarhumah Ratu Vania Yvonne Roxburgh.”

Marishka seketika menatap tajam kumpulan wanita itu.

Fillipe tidak dapat menyalahkan mereka sama seperti ia tidak dapat menghentikan ketidakpuasan setiap rakyat La Carphatia pada Ratsurk. “Jangan lupa, aku adalah calon Ratu Ratsurk, Lady Marishka Sanders,” Marishka membusungkan dada, “Bukan Putri laknat kalian!”

Kebencian pada bangsawan itu kian memuncak.

“Kita lihat saja apa yang akan dilakukan Raja Keegan padanya.”

“Aku yakin tidak lama lagi Raja Keegan pasti menyepaknya keluar.”

“Lihat saja perlakuan Raja padanya.”

“Semoga saja ia disepak hidup-hidup.”

Setan dalam hati Fillipe menikmati cara para bangsawan itu memperlakukan sang calon istri Keegan Neidhardt namun ia sadar ia tidak dapat terus membiarkan keadaan ini. Sayangnya, ia juga bukan orang yang berpengalaman untuk hal satu ini.

“Claire, aku ingin berbicara bersama mereka. Kuserahkan tempat ini padamu,” Fillipe berkata pada istrinya kemudian ia membungkuk pada putrinya. “Aku akan segera menemuimu,” ia mencium kening putrinya.

Claire memperhatikan kepergian suaminya. Andaikata diperbolehkan, ia juga ingin terus menikmati tontonan ini. Namun ia adalah Ratu Kerajaan La Carphatia dan Lady Marishka Sanders adalah calon Ratu Kerajaan Ratsurk.

“Maaf, bisakah Anda sekalian mengecilkan suara? Vania masih tidur.”

Seketika mulut-mulut tersebut menutup.

“Ia benar-benar putri yang manis,” Marishka membungkuk, “Tapi aku yakin putriku dan Keegan pasti lebih cantik.” Marishka sengaja mengundang emosi tiap La Carphatia di sana. Lalu ia melihat Claire, “Bolehkah saya menggendongnya?”

Andai ia bukan seorang Ratsurk apalagi calon istri Keegan, Claire tentu akan membiarkannya. “Maaf, Vania tidak suka digendong waktu ia tidur.” Marishka kecewa.

Diam-diam Claire menyembunyikan kepuasan hatinya.

“Yang Mulia Paduka Ratu,” seorang pelayan muncul dengan wajah panik.

Claire membaca keadaan dari wajah panik itu.

“Nanny,” panggilnya, “Bawa Vania ke kamarnya.”

Seorang pelayan maju dan mengangkat Putri Vania dengan hati-hati.

Lalu Ratu Claire berbalik pada para tamunya, “Maaf saya mempunyai keperluan penting. Apabila Anda ingin melihat Vania, silakan pergi bersama Nanny ke kamar Vania.”

“Saya mengerti, Yang Mulia,” kata mereka – memahami situasi penting yang menyibukkan sang Ratu.

Claire segera mengikuti pelayan tersebut bersama bisik-bisik para pelayan.

“Kasihan Ratu Claire. Ia baru saja melahirkan namun ia tidak dapat beristirahat.”

“Kudengar kondisi Ibusuri Geneviene terus memburuk. Ia terus memanggil almarhumah Putri Vania Yvonne.”

“Istana benar-benar dalam kekacauan ketika Ratu Claire melahirkan. Ibusuri Geneviene berteriak-teriak memanggil Putri Vania.”

“Ibusuri Geneviene sudah benar-benar menganggap Ratu Claire sebagai almarhumah Putri Vania Yvonne Roxburgh.”

Marishka melihat para bangsawan itu dengan tidak senang. Apa pun yang terjadi dengan La Carphatia, ia tidak peduli. Dan sang Lady Marishka Sanders meninggalkan kapel.

-----0-----

Fillipe melangkahkan kakinya ke Hall dan terperanjat.

Keegan, pria yang ia duga telah berada di suatu tempat bersama ayahnya, sedang berdiri termangu di salah satu sisi Hall. Pria itu memandang lukisan besar seorang wanita cantik.

Duduk di atas sebuah kursi, wanita itu menegakkan kepala dengan anggun. Rambut pirangnya yang tertata rapi, berhiaskan mahkota kerajaan. Mata hijaunya menatap lurus seolah-olah terpaku pada siapapun di hadapannya.

Fillipe menghampiri pria itu. “Tidakkah menurutmu ia mirip Vania?”

“Kuanjurkan kau untuk tidak memikirkannya,” Keegan menyahut sinis. “Ia hanya akan mencoreng mukamu kalau itu benar-benar terjadi.”

Jawaban itu cukup untuk menjelaskan Vania mana yang dipikirkan Keegan. Sayangnya, gadis itu bukan gadis yang sama! Fillipe sedih namun ia tidak ingin membenarkan Keegan. Sebaliknya, ia berkomentar, “Kupikir kau bersama Papa.”

“Seorang pelayan memanggilnya,” Keegan menjawab singkat.

Fillipe dapat menebak tujuan pelayan tersebut. Hal ini sudah terjadi beberapa kali. Bahkan, dengan bertambahnya hari, pangilan mendadak tersebut bertambah sering. Fillipe bisa memberikan penjelasan atas panggilan mendadak tersebut tetapi ia juga tahu Keegan tidak akan tertarik mendengarnya.

“Kurasa sebentar lagi ia akan segera muncul.”

Keegan membalikkan badan tanpa mengatakan apa-apa, “Sebaiknya kau membakar lukisan ini,” dan melangkah pergi.

Fillipe hanya tersenyum melihat Keegan pergi dengan hati kesal dan memperhatikan lukisan di depannya. Semakin ia memperhatikan wanita dalam lukisan ini, semakin ia teringat akan Vania, adiknya.

Beberapa saat kemudian Fillipe sudah memandangi lukisan Vania Yvonne Roxburgh. Lama ia memandang lukisan tersebut.

Vania duduk anggun di kursi. Tubuhnya terbalut baju terbaiknya. Tangannya yang terbalut sarung tangan terlipat manis di pangkuannya. Wajah cantiknya yang terbingkai oleh rambut hitam legamnya, dihiasi senyumannya yang menawan. Mahkota keputriannya terpasang tegak di kepalanya. Dengan rambutnya yang tergelung rapi, Vania tampak begitu dewasa dan anggun.

Inilah Vania Yvonne Roxburgh, adiknya yang dilukis sebelum ia dinikahkan dengan paksa ke Kerajaan Ratsurk. Ini adalah rupa terakhir Vania yang selalu ia rindukan.

“Vania, Keegan sudah tidak ingat padamu,” ia memberitahu dengan hati pedih. “Ia percaya lukisan leluhur kita di Hall adalah lukisanmu. Ia bahkan menyuruhku membakarnya,” Fillipe terdiam. “Seperti ia membakar semua yang bersangkutan denganmu,” ia melanjutkan dengan sedih.

Setelah semua yang ia lakukan terhadap Vania, pantaskah ia melimpahkan semua kesalahan pada Keegan Neidhardt? Pantaskah ia marah pada pria yang mengubur Vania seutuhnya dan melenyapkan jejak keberadaannya dari sejarah? Ia adalah satu dari sekian orang yang membawa Vania ke jalan hidupnya yang menyedihkan ini. Ia juga satu dari sekian orang yang menghakimi Vania atas tindakannya.

Ia tidak akan dapat melupakan jerit tangisan Vania ketika ia dipaksa meninggalkan La Carphatia. Ia tidak akan melupakan wajah sedih Vania sesaat sebelum ia meninggalkan La Carphatia. Selamanya ia tidak akan dapat menghapus kenangan terakhir yang Vania berikan padanya dan seluruh La Carphatia sebelum ia meninggalkan tanah kelahirannya untuk selamanya.

Setelah Vania meninggalkan La Carphatia, Fillipe tidak pernah bertemu Vania lagi. Ia juga tidak pernah mengetahui bagaimana Vania melewati hari-harinya di Ratsurk. Ia hanya mendengarnya melalui orang lain dan koran.

Melalui orang lain pula ia mengetahui kebencian Keegan pada istrinya, Vania Yvonne Roxburgh. Dari mulut mereka pulalah ia mendengar bagaimana Keegan membawa kerajaannya mengucilkan Vania dan memperlakukan seorang Ratu lebih parah dari pembunuh sadis.

Apakah Keegan begitu membenci Vania sehingga ia tidak mau memaafkan Vania bahkan setelah gadis itu sudah menjadi tanah? Begitu besarkah dosa Vania sehingga Keegan tidak rela mengenang Vania? Begitu tidak berartinyakah Vania hingga ia tidak lagi mengingat Vania hanya setahun lebih beberapa bulan setelah kematiannya?

Fillipe tidak tahu akankah Vania sedih mengetahuinya.

Mungkin tidak, pikir Fillipe kemudian. Vania tidak mencintai Keegan ketika ia dipaksa menikah. Vania juga tidak mencintai Keegan ketika ia meninggal.

Mungkinkah Vania membenci Keegan dan semua orang yang membuangnya?

Fillipe tidak tahu. Terlalu banyak ia yang lewatkan. Terlalu banyak hal tentang Vania yang tidak ia ketahui.

Dulu ia selalu berpikir ia adalah satu-satunya orang yang mengetahui segala sesuatunya tentang Vania. Namun semenjak kejadian Dowonna itu, terutama setelah kematian Vania, ia sadar ia tidak mengenal Vania.

“Kau masih menyalahkan dirimu?”

Fillipe terperanjat.

Fillipe berpaling pada istrinya, “Bagaimana keadaan Mama?”

Wajah Claire menjadi sendu.

Seketika Fillipe mengerti. “Aku berharap Vania kita bisa membawa kembali keceriaan tempat ini.”

“Aku juga berharap kalian segera melepaskan diri dari perasaan bersalah kalian,” ujar Claire, “Vania tidak akan senang melihat kalian seperti ini. Lagipula, kesalahan terbesar bukan terletak pada kalian namun pada pria sial itu!”

“Claire, jangan sembarangan menyalahkan orang lain,” Fillipe menasehati.

“Ini adalah kenyataan!” Claire bersikeras, “Lihat saja dia! Apa dia pernah menangisi kematian Vania!? Sama sekali tidak! Dia justru mensyukurinya!”

“Sebaiknya kita meninggalkan tempat ini,” Fillipe membuat keputusan. Kamar ini terlalu penuh oleh kenangan akan Vania, kenangan sedih dan gembira. Hanya di dalam kamar ini, bekas kamar Vania Yvonne Roxburgh, gadis itu terus hidup di antara mereka.

“Aku tidak menyukainya,” Claire tidak dapat menahan perasaannya.

“Kau tidak bisa menyalahkannya,” Fillipe mencoba meredakan emosi Claire.

“Apa kau ingin mengatakan ini semua salah Vania!?” pekik Claire.

“Ini juga bukan salah Vania,” Fillipe membela adik tercintanya yang telah meninggal dunia, “Ini semua adalah kesalahanku. Aku mempunyai kesempatan untuk mencegah semua ini. Aku mempunyai suara untuk memihak Vania, namun aku memilih menutup hati.”

Seketika amarah Claire sirna. “Kita semua bersalah pada Vania.” Bahkan ia, yang tidak mempunyai hubungan darah dengan keluarga Roxburgh selalu merasa sedih setiap kali teringat Vania, sang gadis ceria yang selalu meramaikan Asheara dengan canda tawanya.

Biarlah seisi Ratsurk membencinya. Biarlah seisi dunia memakinya. Namun, bagi La Carphatia, ia adalah Putri yang mereka cintai.

“Tapi pria sial itu tidak akan pernah menyadarinya,” amarah kembali merasuki suara Claire, “Ia sudah mengucilkan Vania. Ia telah memperlakukan Vania tidak lebih dari sampah. Ia juga telah menyingkirkan Vania dari sejarah. Apa sekarang ia mau seluruh dunia melupakan Vania Yvonne Roxburgh pernah hidup di dunia ini!? Apa pula haknya menghakimi putri kita!? Ia sudah memaksa Vania ke jalan ini. Sekarang ia mengutuk Vania. Apa haknya mengatakan hal seperti itu pada putri kita!? Vania adalah gadis yang manis. Ia menjadi seperti itu karena Keegan. Mengapa dia boleh bermain-main dengan banyak wanita namun Vania tidak boleh terus mencintai Ulrich Beckinsale!?”

“Dia tidak tahu.”

“Mengapa seseorang tidak memberitahunya!?” protes Claire, “Vania tidak pernah mencintainya! Vania mencintai Ulrich Beckinsale bahkan sebelum ia dipaksa menikahi pria sadis itu!”

“Dia tidak akan senang mengetahuinya,” Fillipe mengingatkan alasan yang sudah mereka ketahui bersama.

“Apa yang tidak kuketahui?” Keegan tiba-tiba muncul.

Mereka terkejut.

“Sepertinya ada sesuatu yang harus kuketahui.”

Claire memperhatikan Fillipe dengan cemas. Di awal Paulo menegaskan ia tidak akan memberitahu Keegan affair ini. Pun ketika Vania telah meninggal, Paulo tetap menutupinya dari pengetahuan Keegan. Sama seperti Fillipe, Claire tahu alasan ayah mertuanya menutup mulut.

Raja Keegan Neidhardt, raja yang terkenal berharga diri tinggi itu, tidak akan gembira mengetahui istrinya yang sudah meninggal tidak pernah mencintainya.Terlebih-lebih gadis yang ia penjarakan dalam penjara mewahnya, tidak pernah ingin menikah dengannya.

“Cepat atau lambat kau memang harus mengetahuinya,” Fillipe memutuskan mereka selamanya tidak bisa menutupi hal ini dari Keegan. “Aku akan memberitahukan segalanya padamu tapi tidak di sini.”

Keegan mengikuti Fillipe.

Claire memperhatikan kepergian kedua pria itu. Ia pun mengerti cepat atau lambat Keegan akan mengetahui semuanya namun apakah yang akan terjadi setelahnya? Tidak ada yang tahu tindakan apa yang diambil Keegan dan kerajaannya yang ternama akan harga diri mereka itu. Claire pun tidak dapat menjamin. Ia hanya dapat berspekulasi Keegan tidak akan berubah. Kerajaan yang angkuh itu akan tetap menyangkal sejarah Ratu Vania Yvonne Roxburgh.

Dia, pria yang berharga diri lebih tinggi dari langit, tidak pernah menitikkan air mata untuk kematian istrinya. Mengapa sekarang ia harus menyesali kepergian orang yang sudah menjadi tanah bahkan tidak pernah menjadi bagian dari sejarah kerajaannya?



*****Lanjut ke chapter 4

7 comments:

  1. haduh tbc disaat genting . . . .sepertinya yang ngebet pengen nikah si keegan.kira kira murni karena kepentingan politik ato emang ada rasa sama vania ya.
    g sabar pengen liat vania idup sherlss,hehehe

    ReplyDelete
    Replies
    1. Kita lihat saja kelanjutan ceritanya. ;)

      Cheers,
      Sherls

      Delete
  2. Keegan.. si playboy emang slalu bikin kesal!
    Ditunggu lanjutannya mba.. mana kepotong nya pas lg kondisi nya begitu kan jd makin penasaran mba. ^^

    ReplyDelete
  3. Yey, akhirnya lanjuuutt ^^
    Jgn mnghilang lg ya mbak sherls. banyak penggemar mennti karya2mu :)

    ReplyDelete
  4. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete
  5. jgn mnghilang lagi kakakkk :'(

    ReplyDelete
  6. saia kok gak suka sifat kaeegan bukan mencerminkan sifat raja dia gentel...klo ma putri vania aza lngsung marah meledak2 nah ini ma marisa yg notaben ea pelacur mempermalukan diri ea cm diam aza ...saia lbh setuju putri vania ma orang lain aza ini si keegan gak bisa jadi laki2..hihihihi terlalu panjang koment

    ReplyDelete