Monday, December 3, 2007

Ratu Pilihan-Chapter 8

Mathias membalik-balik koran di tangannya dengan tidak percaya.

“Kau masih tidak percaya?” tanya Simona kesal.


“Bagaimana mungkin?” kata Mathias, “Ia sudah bersumpah tidak akan menikah. Aku mengenal wataknya. Ia tidak suka terikat.”

“KAU MASIH TIDAK PERCAYA JUGA!!!?” seru Simona marah.

Pagi ini ia dibuat shock oleh berita tentang pernikahan Raja Kerajaan Viering yang terkenal oleh keteguhannya untuk tidak menikah. Ia langsung memberitahu suaminya yang juga langsung membelalak melihat judul besar yang terpampang di halaman depan koran itu.


SANG PENDETA VIERING MEMUTUSKAN UNTUK TURUN GUNUNG


Demikian deretan huruf yang membuat mereka berdua terbelalak. Koran itu membahas tuntas berita yang paling mengejutkan dari kerajaan yang indah itu setelah berita pernikahan orang pertama yang berada di urutan tahta Viering setelah Quinn.

“Aku sudah tahu ia akan melakukan ini! Aku sudah dapat menebak ini akan begini jadinya. Ia pasti akan melakukan sesuatu untuk menghalangi jalanmu!”

“Eleanor, putri Earl of Hielfinberg,” gumam Mathias melihat nama sang calon mempelai. Ia merasa pernah melihat nama ini.

“Memang apa bagusnya putri keluarga Hielfinberg!?” Simona terus mengomel, “Ia tidak lebih terkenal dari aku. Mengapa mereka mengelu-elukannya seakan-akan ia adalah seorang pahlawan? Memang apa bagusnya dia? Dia tidak punya ibu, bukan? Memangnya Earl seorang diri bisa mendidiknya menjadi seorang lady? Ia pasti tidak lebih baik dari seekor kuda liar!”

Mathias mengabaikan istrinya yang terus mengomel itu. Ia menuntaskan berita yang sedang diberitakan dengan hangat baik di dalam maupun di luar Viering.

Pernikahan kerajaan ini akan diselenggarakan secara besar-besaran di Cathedral Soyoz sebelum akhir musim panas ini. Diperkirakan tamu yang hadir sekitar 1500 orang meliputi undangan dari negara sekitar Viering dan bangsawan dari dalam dan luar Viering. Demi memastikan segalanya berlangsung dengan lancar, berbagai persiapan sudah mulai dikerjakan dengan penuh perhitungan semenjak Raja Quinn memutuskan calon mempelainya. Bahkan sebelum mengikat tali pernikahan dengan Lady Eleanor, sebuah pesta pertunangan akan diadakan di Schewicvic dalam waktu dekat.

Tidak jelas apakah Duke of Binkley juga diundang dalam pesta pernikahan ini. Pihak Istana Fyzool menolak untuk memberi komentar. Fyzool menolak membocorkan apakah Grand Duke yang membuat skandal beberapa saat lalu itu telah mengetahui rencana pernikahan sepupunya ini atau belum.

Tentunya setiap orang ingin tahu apa yang akan dilakukan sang Duke. Apakah dia berani muncul pada pernikahan orang yang telah dibuatnya malu?



“Kita harus segera kembali,” Mathias memutuskan.

Simona terkejut.

“Siapkan barang-barangmu. Kita akan kembali ke Viering saat ini juga.”

“Apa aku tidak salah dengar!?” pekik Simona, “Siapa yang mau kembali? Aku tidak mau hadir dalam pernikahan mereka. Kalau kau mau pergi, pergi saja seorang diri. Aku tetap tinggal di sini.”

“Simona sayang,” Mathias langsung berdiri memeluk pundak istrinya, “Kita harus menunjukkan pada mereka bahwa pernikahan mereka tidak mempengaruhi kita.”

“Kau berjanji untuk membawaku keliling Eropa!” rujuk Simona.

“Kita masih bisa datang ke sini sewaktu-waktu,” bujuk Mathias.

“Aku mau sekarang!” Simona menegaskan. Simona membalik badannya – melingkarkan tangan di sekeliling leher Mathias. “Kau sudah berjanji padaku. Kau tidak akan mengingkarinya, bukan?” ia berkata dengan manjanya.

“Tentu, sayang,” Mathias memeluk Simona dan mulai mencumbunya. “Aku akan melakukan semua keinginanmu.”



-----0-----


“Tuan Muda Derrick,” panggil Nicci.

Derrick langsung berhenti.

“Apakah Anda melihat Tuan Puteri Eleanor?”

“Tidak,” jawab Derrick, “Aku tidak melihatnya sejak semalam.”

Guratan cemas terlukis jelas di wajah wanita itu. “Ke manakah dia,” gumam wanita itu panik.

“Apa yang terjadi?” tanya Irina yang kebetulan berada di sekitar lorong itu.

“Tuan Puteri Eleanor tidak ada di tempat tidurnya ketika saya membangunkannya pagi ini,” jawab Nicci, “Saya tidak tahu ke mana Tuan Puteri pergi.”

“Apa kau telah mencarinya?” Irina ikut panik.

“Saya telah berusaha mencarinya di sekitar Mangstone tetapi saya tidak dapat menemukannya.”

“Ke mana anak itu pergi?” Irina bertanya-tanya cemas, “Besok lusa adalah pesta pertunangannya. Apa ia berniat kabur dari pernikahannya?”

“Ia bukan gadis yang seperti itu,” Derrick menenangkan keduanya, “Aku akan menjemputnya.”

“Kau tahu ia ada di mana?” tanya Irina heran.

“Ini adalah hari Kamis bukan?” Derrick berteka-teki.

Nicci langsung tersenyum mendengarnya. “Benar,” katanya, “Tuan Puteri pasti ada di sana.”

“Di mana?” tanya Irina bingung.

“Jangan khawatir,” kata Derrick, “Aku akan menjemputnya sekarang juga.”

Tanpa berbasa-basi lagi, Derrick langsung meninggalkan kedua wanita itu. Dalam waktu sekejap ia telah berada di atas punggung kudanya dan menuju ke Loudline.

Seperti yang telah diduga Derrick, Eleanor tengah berada di tengah kota Loudline. Namun tidak seperti biasanya, kali ini ia tengah berdebat dengan Fauston, sang kepala rumah tangga Hielfinberg.

“Maafkan saya, Tuan Puteri,” Fauston menegaskan, “Kami tidak bisa membawa pulang Anda hari ini. Ini adalah perintah dari Yang Mulia Earl.”

“Schewicvic adalah rumahku!” tegas Eleanor, “Kalian tidak bisa melarangku pulang! Aku hanya ingin pulang sebentar untuk melihat ayahku. Mengapa kalian melarangku!?’”

“Kami juga ingin membawa Anda pulang, tetapi ini adalah perintah dari Yang Mulia. Kami tidak bisa melanggarnya. Ini semua demi kebaikan Anda.”

Eleanor geram. Semenjak ia dipaksa menikah dengan Quinn, hidupnya diatur orang lain dan ia dikekang seperti seekor binatang buas yang harus dijauhkan dari keramaian. Semua ini hanya karena SIMONA!

“Ah, Eleanor,” seseorang memanggil, “Engkau datang lagi.”

Eleanor langsung membalik badan.

Seb tersenyum lebar. “Hari ini kau tampak cantik seperti biasanya,” mulutnya yang manis memuji Eleanor sebelum ia meletakkan karung besar di pundaknya ke atas kereta.

“Terima kasih,” jawab Eleanor. Ia sedang tidak dalam suasana hati untuk berbincang-bincang dengan seorang pun!

“Ke mana saja kau selama ini?” tanya Seb, “Mengapa minggu lalu kau tidak datang? Kukira engkau sudah berhenti.”

Ke mana lagi Eleanor berada selama dua minggu ini selain dikurung di dalam Mangstone? Earl Hielfinberg tidak mengijinkannya pulang. Irina mengekangnya dengan pelajaran tata krama yang katanya untuk membentuk dirinya menjadi seorang lady yang anggun. Derrick juga tidak lebih baik dari seorang penjaga pintu. Ialah yang memastikan Eleanor tidak kabur ke Schewicvic.

Sungguh lucu. Schewicvic adalah rumahnya dan Mangstone adalah tempat ia menginap selama beberapa hari terakhir ini. Tetapi sekarang Mangstone sudah menjadi seperti penjaranya dan Schewicvic adalah tempat berbahaya yang harus dia jauhi.

Hari Kamis lalu Eleanor sudah berniat pulang ke Hielfinberg tetapi ia terlalu lelah untuh bangun pagi. Irina telah membuatnya lelah dengan pelajaran tata-kramanya yang serba sulit dan merepotkan itu. Derrick juga tidak mau kalah. Ia benar-benar membuat Eleanor kelelahan dengan bentakan-bentakannya selama ia mengajarinya berdansa.

Bukan sifat Eleanor untuk berdiam diri dalam siksaan seperti ini. Bukan watak Eleanor menuruti perintah yang tidak disukainya. Satu-satunya hal yang membuat Eleanor masih bertahan di Mangstone adalah Earl.

Eleanor tahu ayahnya melakukan semua ini demi melindunginya. Ayahnya mencemaskannya. Namun Earl tidak sadar bahwa Eleanor pun mencemaskannya.

Eleanor tahu benar bagaimana kesepiannya ayahnya bila ia pergi. Earl memang tidak pernah mengatakannya dengan terus terang tetapi Eleanor mempunyai banyak mata untuk mengetahui ayahnya terus melamun seorang diri ketika ia tidak ada di Schewicvic. Di sisi lain Eleanor tidak dapat pulang ke Schewicvic tanpa bantuan orang lain.

Inilah yang paling konyol dan tidak masuk akal! Schewicvic adalah tempat ia dilahirkan dan dibesarkan. Sekarang ia membutuhkan bantuan orang lain untuk menyelundupkannya ke dalam Schewicvic! Benar-benar konyol. Tidak masuk akal!

Hanya karena satu berita dan satu pernikahan, ia harus menanggung semua ini. Eleanor tidak keberatan ia dijadikan bahan tertawaan orang lain. Ia tidak mau ambil pusing dengan kenyataan ia menjadi bahan gosip yang paling hangat di seluruh Viering. Tetapi Earl…

Andai saja ini semua bukan untuk Earl, Eleanor pasti sudah kehilangan kendalinya.

“Apa kau sudah mendengar itu?” tanya Seb. “Paduka Raja akan menikah!”

Eleanor menyembunyikan senyum kecutnya.

“Menariknya, nama sang calon mempelai sama denganmu!” Seb berkata penuh semangat. “Aku yakin kau akan lebih cantik dari calon Ratu.”

Dalam hati Eleanor berpikir apakah pria ini benar-benar tolol. Tidak mungkin ia tidak tahu mereka berasal dari keluarga Hielfinberg. Setidaknya, ia pasti tahu Fauston adalah Kepala Rumah Tangga Hielfinberg. Apakah ia tidak dapat memikirkan kemungkinan ia dan sang calon ratu itu adalah orang yang sama?

Kemudian ketika Eleanor berpikir lebih panjang, ia mensyukuri kebodohan pria itu. Andai Seb sadar siapa gadis yang berdiri di depannya ini, Eleanor pasti akan berada dalam masalah besar dan tidak mungkin ayahnya tidak marah besar karenanya.

“Orang-orang membicarakannya,” Seb kembali memberitahunya, “Lady Eleanor tidak pernah muncul pasti karena suatu alasan. Ibunya telah meninggal ketika ia masih kecil, bukan? Dan setelah itu ia diasuh Earl seorang diri. Memangnya Earl bisa mendidiknya menjadi seorang lady yang anggun?”

Eleanor terpaku.

“Semua mengatakan Grand Duke memilihnya karena hubungan dekatnya dengan Earl Hielfinberg. Earl pasti mendengar berita ini sebelum orang lain tahu dan ia memanfaatkan hubungan dekatnya dengan Grand Duke untuk membuat putrinya terpilih menjadi calon mempelai Paduka raja.”

Mata Eleanor langsung melotot.

“Kali ini Grand Duke membuat keputusan yang dengan gegabah. Ia pasti telah termakan bujukan Earl sehingga ia tidak berpikir panjang. Di luar sana masih banyak wanita cantik yang lebih pantas menjadi Ratu Kerajaan Viering. Memangnya Viering kekurangan gadis yang anggun sehingga Grand Duke harus memilih wanita yang tidak jelas adat istiadatnya?”

Fauston terperanjat. “Cukup. Cukup,” ia cepat-cepat menghentikan pemuda itu sebelum ia berkata lebih banyak. “Kami tidak punya cukup waktu untuk mendengar gosipmu. Kami sudah kesiangan!” Kemudian Fauston menggiring Eleanor ke kereta.

“Kau sudah mau pergi?” tanya Seb kecewa, “Sayang sekali. Aku masih punya banyak cerita untuk kudengarkan padamu.”

“Terima kasih,” Eleanor mencoba untuk tetap bersikap sopan walaupun hatinya sudah mendidih, “Kami harus mengejar waktu.”

Fauston juga tidak membuang waktu. Ia cepat-cepat duduk di sisi Eleanor dan menjalankan kereta.

“Terima kasih atas ceritamu,” Eleanor melambaikan tangan pada pemuda itu ketika kereta bergerak menjauh. Senyum yang sedetik lalu mengembang di wajahnya menghilang. “Fauston,” kata Eleanor, “Turunkan aku di depan tikungan sana.”

“Baik, Tuan Puteri,” kata Fauston tanpa berani bertanya lebih banyak.

Fauston menghentikan kereta di tempat yang ditunjuk Eleanor.

Eleanor langsung melompat turun tanpa menanti Fauston membantunya turun dari kereta. “Fauston,” ia berkata tenang. Mata biru cerahnya memandang Fauston dengan serius.

Melihat sinar mata yang jarang dilihatnya itu, Fauston tahu Eleanor tidak dalam suasana hati untuk beramah tamah. Ocehan Seb pasti telah membangkitkan kemarahan gadis periang itu.

“Katakan pada ayahku untuk tidak mengkhawatirkanku. Aku tidak akan mengecewakannya.”

“Baik, Tuan Puteri,” kata Fauston tegas.

“Cepatlah pergi sebelum seorang pun melihat kita.”

“Baik, Tuan Puteri,” kata Fauston lagi dan ia melajukan kereta meninggalkan Loudline.

Eleanor langsung membaurkan diri dalam keramaian. Ia sudah pernah mendengar gosip semacam ini sebelumnya. Walaupun Irina maupun Derrick telah menyembunyikan koran dari jangkauannya, Eleanor tahu setiap hari mereka membicarakan dirinya ramai-ramai. Eleanor sudah tahu sejak detik ia dipaksa menikah dengan Quinn. Ia sudah tahu ia akan menjadi umpan paling hangat untuk seisi Viering! Daya tariknya cukup untuk mengalahkan daya tarik Simona.

Namun, satu hal yang tidak pernah diperhitungkan Eleanor adalah parahnya gosip itu. Ia tidak pernah menduga mereka akan mulai mengungkit-ungkit hubungan dekat antara ayahnya dan Grand Duke. Ia tidak sedikitpun berpikir mereka akan menuduh ayahnya membujuk Grand Duke untuk memilihnya. Ia pernah mendengar mereka menuduh Grand Duke memilihnya karena ia adalah putri sahabatnya. Ini sudah benar-benar di luar batas!

“Besok lusa adalah pesta pertunangan mereka, bukan?”

“Kudengar pesta itu akan diadakan di Schewicvic.”

“Sudah lama Schewicvic tidak mengadakan pesta.”

“Aku benar-benar tidak sabar menanti esok lusa.”

“Aku juga. Aku ingin tahu rupa Lady Eleanor.”

“Kudengar akhir-akhir ini ia mendapat pelajaran khusus untuk mempersiapkannya menjadi seorang ratu.”

Seorang dari wanita itu tertawa. “Ia pasti membutuhkan waktu yang lama untuk menjadi seorang lady. Memangnya Earl bisa mendidiknya menjadi seorang lady? Malah kudengar setiap hari ia berkumpul dengan pria.”

“Aku jadi ingin tahu apa yang membuat Grand Duke memilihnya.”

“Pasti Earl. Memangnya ada kemungkinan yang lain?”

“Grand Duke pasti sudah pikun. Sudah saatnya ia digantikan.”

Eleanor langsung melotot ke arah wanita yang sedang mengucapkan kalimat itu. Ia tidak peduli orang-orang itu meragukannya. Ia tidak peduli seisi Viering menggosipkannya. Tetapi ia tidak dapat menerima komentar mereka tentang ayahnya dan Bernard! Ia tidak dapat memaafkan mereka untuk itu!

Seseorang menepuk pundak Eleanor. “Jangan kauhiraukan mereka,” suara yang dikenal baik oleh Eleanor berkata.

“Derrick,” kata Eleanor serius, “Akan kuperlihatkan pada mereka siapa Eleanor. Akan kubuktikan Bernard dan Papa bukan orang seperti itu.”

Derrick tersenyum dan mengangguk. Ia ingin tahu apa yang akan dilakukan Eleanor saat ini.

“Lekas pergi dari tempat ini sebelum seorang pun melihat kita,” Eleanor menjauhi Derrick.

Untuk sesaat Derrick terperangah. Ia tidak mengharapkan Eleanor akan segera pulang. Tidak setiap saat Derrick memberikan kelonggaran kepada Eleanor. Ini adalah kesempatan yang langka untuk melepaskan penat dari aktivitas akhir-akhir ini yang kata Eleanor, menyiksa dirinya. Derrick tidak menduga Eleanor akan langsung pulang ke Mangstone. Ia tidak dapat menebak apa yang ada di dalam pikiran gadis itu.

Bukan hanya Derrick saja yang kebingungan melihat keseriusan Eleanor hari ini. Irina juga dibuat bingung semenjak Eleanor menginjakkan kaki di Mangstone.

Begitu mendengar derap kuda mendekat, Irina tahu Derrick membawa pulang Eleanor. Ia langsung menyambut mereka dan bersiap-siap memarahi Eleanor. Ia baru saja akan membuka mulut ketika Eleanor berkata,

“Irina, apa saja yang harus kita lakukan hari ini? Aku tidak ingin membuang waktu. Banyak yang harus kita siapkan untuk pesta besok lusa.” Dan Eleanor berjalan melalui Irina yang kebingungan. Ia lantas berkata pada Nicci, pelayan pribadinya,

“Nicci, siapkan air mandi untukku. Aku ingin mandi sebelum memulai pelajaranku hari ini.”

Bukan hanya keseriusan Eleanor pagi ini yang membuat Irina keheranan. Ia juga heran oleh lancarnya pelajaran tata krama mereka hari ini.

“Derrick, apa yang terjadi padanya?” bisik Irina ketika Eleanor berlatih berjalan anggun. “Apa yang terjadi di kota?”

“Aku tidak tahu,” jawab Derrick.

Irina pun semakin tidak mengerti melihat Eleanor untuk pertama kalinya tidak mengomel. Untuk pertama kalinya pula Eleanor tidak berusaha kabur. Irina maupun Derrick juga tidak perlu memanjat pohon untuk menemukan gadis itu. Irina tidak perlu berseru memanggil Eleanor untuk muncul di kelas yang sudah disiapkannya. Derrick tidak perlu mengawasi setiap pintu Mangstone. Dan yang terutama adalah untuk pertama kalinya Eleanor melakukan semua tugasnya dengan lancar tanpa sebuah kesalahan pun!

Ia tidak menjatuhkan sebuah buku pun dari atas kepalanya ketika berjalan. Ia tidak menginjak kaki Derrick ketika berlatih berdansa. Ia tidak mengeluarkan sebuah suara pun ketika makan. Ia bersikap santun sepanjang hari ini. Tidak sesaat pun ia mengeluarkan sikap kelaki-lakiannya. Eleanor seakan-akan terlahir kembali menjadi sebuah sosok yang tidak mereka kenali lagi.

“Bukankah ini bagus?” tanya Derrick ketika Irina tidak henti-hentinya mengomentari perubahan Eleanor yang mendadak ini, “Ia sudah menjadi seorang lady yang anggun seperti keinginanmu.”

Irina juga tidak dapat memberi pendapat selain mengomentari dan berpikir.



*****Lanjut ke chapter 9

No comments:

Post a Comment