Saturday, December 1, 2007

Ratu Pilihan-Chapter 7

Nicoleta memekik keras,

“Ya, Tuhan!! Apa yang terjadi pada Anda? Mengapa Anda berpakaian seperti ini? Seorang Ratu tidak boleh berpakaian seperti gadis puritan.”

Eleanor langsung memasang muka cemberut. “Aku tidak memintanya,” gerutunya.


Derrick tersenyum simpul melihat gadis itu. Tanpa berpikir pun ia tahu Eleanor akan sangat tidak senang dengan berita ini. Eleanor bukanlah seorang gadis yang bersumpah untuk tidak menikah tetapi ia adalah gadis yang bebas. Ia tidak suka dikekang. Sebelum Eleanor dilamar Raja, Derrick percaya Eleanor akan menikahi seorang petualang bukan seorang bangsawan yang membosankan apalagi Yang Mulia Paduka Raja!

“Tolong kau percantik gadis ini, Nicoleta,” Irina memberitahu, “Ia akan membutuhkan banyak gaun baru.”

Pria itu langsung mencermati gaun Eleanor yang entah berapa bulan lalu dibelinya.

“Duduklah di sini,” pria itu berkata dengan genitnya lalu dengan gayanya yang kewanitaan, ia mulai membongkar-bongkar koleksi gaun-gaunnya, “Saya masih menyimpan beberapa gaun terbaru saya.”

“Keluarkan semua yang kau punya,” kata Irina, “Kau tahu gadis ini paling tidak suka disuruh membeli baju baru. Ia lebih suka memakai baju lamanya sampai robek-robek.”

“Mengapa aku harus membuang uang kalau bajuku masih bisa dipakai?” protes Eleanor.

Derrick langsung menyikut Eleanor. “Jangan berbicara lagi,” bisiknya memperingati, “Hari ini Irina bukan Irina yang biasa. Kau tahu itu.”

Tetapi Eleanor bukan gadis yang kenal takut. “Terus?” ia menantang.

Eleanor kesal. Ia marah besar. Saat ini tidak ada lagi yang ditakutinya. Bahkan kematian pun akan ditantangnya. Eleanor mengerti keadaan Viering saat ini yang sulit. Ia paham seseorang harus berkorban untuk masa depan Viering tetapi mengapa harus ia? Mengapa harus ia yang menjadi tumbal? Dan mengapa harus pria yang paling menjemukan di dunia ini yang harus menjadi suaminya?

Walaupun di mata keluarganya, Eleanor adalah seorang anak laki-laki dalam tubuh wanita, Eleanor masih mempunyai impian tentang cinta. Ia memimpikan sebuah cerita cinta yang manis. Ia akan jatuh cinta dengan pria yang menarik, pria yang akan membiarkannya terbang ke mana pun ia ingin, pria yang akan membawanya ke berbagai petualangan yang menarik. Ia menginginkan sebuah cinta yang manis dari pria yang benar-benar memahami dirinya seperti Derrick. Ia menginginkan pernikahan yang penuh cinta! Ia sama sekali tidak menginginkan pernikahan konyol seperti ini! Apalagi dengan makhluk paling membosankan yang pernah ia ketahui di dunia ini.

Derrick memperhatikan Irina yang masih sibuk memilih gaun bersama Nicoleta dan ia menjadi lega dibuatnya. Ia tidak dapat membayangkan kemarahan Irina bila ia mendengar protes Eleanor.

“Gaun ini cantik,” Irina menarik keluar sepotong gaun dari antara koleksi gaun-gaun Nicoleta dan mempertunjukkannya pada mereka berdua. “Bagaimana menurut kalian?”

“Pilihan sempurna,” puji Nicoleta menunjuk pada gaun hijau cerah di tangan Irina. Bunga-bunga musim semi yang segar tersulam indah dari sisi kanan dada gaun berleher rendah itu dan terus melintang hingga bagian pinggang kiri. Kain sifon hijau yang membentuk lengannya yang lebar dan panjang, merumbai-rumbai lembut.

“Aku akan tampak seperti tumbuhan hidup,” komentar Eleanor.

“Cantik sekali,” Derrick cepat-cepat berkomentar sebelum Irina menyadari komentar Eleanor itu, “Eleanor akan tampak sangat cantik dalam gaun itu. Gaun itu benar-benar sesuai dengan sifat Eleanor.”

Namun rupanya Irina telah mendengarnya karena setelahnya ia tidak pernah menanyakan pendapat keduanya. Bersama Nicoleta ia terus menyibukkan diri memilih gaun untuk Eleanor mulai dari gaun untuk dipakai sehari-hari, gaun untuk ke pertemuan-pertemuan penting hingga gaun pesta.

Eleanor dibuat bosan olehnya. Pendapatnya sama sekali tidak dibutuhkan di sini. Irina memilih dan ia pula yang memutuskan apa yang cocok untuk Eleanor. Eleanor merasa kehadirannya sama sekali tidak diperlukan di sini. Mengapa Irina tidak mengambil ukurannya dan kemudian pergi ke tempat ini seorang diri? Mengapa ia harus ikut serta? Eleanor benar-benar bosan. Ia tidak bisa ke mana-mana. Nicoleta, sang penjahit langganan mereka yang genit itu telah memerintahkannya untuk duduk manis di kursi yang ia sediakan dan Irina tidak akan suka bila ia beranjak pergi dari situ.

Bukan hanya Eleanor yang bosan. Derrick juga bosan melihat Irina yang terus sibuk bersama Nicoleta. Ia ingin sekali meninggalkan tempat ini. Ia tidak ingin terus berdiam diri sambil memperhatikan Irina memilih gaun tanpa kenal lelah itu.

Keduanya berharap Irina segera selesai. Namun di saat Irina sedang berada dalam suasana hati gembira dan tertarik seperti ini, rasanya itu sulit.

Derrick tahu Eleanor juga sudah mulai menjamur seperti dirinya tetapi ia tidak bisa berbuat apa-apa. Irina tidak akan suka ia membawa pergi Eleanor. Dalam keadaan normal, Irina tidak akan melarangnya. Di lain pihak Derrick sendiri tidak ingin membawa Eleanor pergi. Saat ini Eleanor adalah incaran setiap orang yang ingin tahu. Mereka mungkin tidak mengenal Eleanor tetapi mereka pasti mengenalinya. Ia adalah putra tunggal sang Grand Duke yang diharapkan menjadi penerus Grand Duke.

“Gaun-gaun ini begitu cantik, Nicoleta. Aku sungguh tidak tahu harus memilih apa,” kata Irina, “Untuk hari ini aku rasa ini cukup. Bila kami membutuhkan yang lain, aku akan memberitahumu.”

Betapa leganya mereka mendengarnya.

“Ijinkan saya akan mengukur ukuran Anda, M’lady.”

Eleanor langsung melompat berdiri mendengar keinginan Nicoleta itu. Ia bertindak sangat manis dan penurut sehingga Nicoleta dapat dengan cepat menyelesaikan pengukuran tubuh Eleanor.

“Aku ingin kau segera menyelesaikan gaun-gaun ini.”

“Jangan khawatir, M’lady,” kata Nicoleta, “Saya akan langsung mengerjakannya malam ini. Saya hanya perlu menyesuaikannya dengan ukuran Tuan Puteri.”

“Kirimkan bon-bonnya ke Schewicvic,” kata Irina puas.

Eleanor pun kegirangan. Ia langsung memeluk tangan kanan Derrick dan menariknya, “Ayo kita pulang.”

Irina hanya menggeleng kepala melihat ketidaksabaran Eleanor. Ia sendiri sadar ia telah menyiksa Eleanor dengan rasa bosan. Tiba-tiba mata Irina terpaku pada sepotong baju yang tergantung di belakang koleksi gaun Nicoleta.

“Tunggu aku di luar. Aku masih mempunyai beberapa urusan,” Irina memberitahu.

Eleanor tidak berkomentar apa-apa. Ia terus menarik Derrick meninggalkan toko itu dan begitu ia berada di luar ia berkata gembira,

“Akhirnya aku dapat menghirup udara bebas.”

Derrick pun tertawa geli mendengar nada gadis itu yang seperti baru keluar dari penjara gelap.

Sementara itu Irina mengambil sepotong baju yang menarik perhatiannya itu.

Nicoleta memperhatikan Irina membentangkan celana panjang putih yang ketat itu dengan atasan merahnya dengan beberapa garis hitam dan sebuah pita di bagian lehernya yang tinggi.

“Aku rasa Eleanor akan menyukai ini,” Irina berkata. Ia ingin membelikan baju ini untuk Eleanor sebagai kompensasi rasa bersalahnya telah membuat gadis itu bosan.

“Lady Eleanor pasti akan sangat cantik dalam pakaian berkuda itu. Ia akan mempesona tiap orang.”

“Ya,” Irina sependapat, “Ia mempunyai bentuk tubuh yang sempurna.” Lalu ia melihat Nicoleta, “Apakah baju ini sesuai dengan ukuran Eleanor?”

“Ya, baju itu saya rancang untuk seseorang dengan tubuh kecil seperti Lady Eleanor.”

“Aku ambil baju ini,” Irina pun memberikan baju itu. Kemudian ia menambahkan, “Aku akan membayar tunai sekarang. Kau tidak perlu mengirimkan bonnya ke Schewicvic.”

“Saya mengerti.” Nicoleta tersenyum.

Pengurus Rumah Tangga Schewicvic tidak pernah heran menerima bon dalam jumlah banyak atas nama Irina. Earl juga tidak pernah berkomentar. Mereka tahu bon-bon itu adalah bon pembelian Eleanor. Semua ini sudah berlangsung semenjak Countess Virgie meninggal dunia. Eleanor yang masih kecil membutuhkan tangan seorang wanita. Dan Irina lah yang mengambil peran itu. Ia telah mengenal Eleanor sebelum Countess Virgie meninggal. Mereka adalah kawan akrab sebelum bencana itu memisahkan mereka dengan ibu kandung mereka dan mereka menjadi semakin akrab setelahnya.

Irina segera menyelesaikan pembayaran. Ia tidak ingin membuat Eleanor dan Derrick menanti terlalu lama di luar atau mereka akan mengomel sepanjang malam ini.

Di luar, Derrick tersenyum geli melihat Eleanor yang merentangkan tangannya lebar-lebar seolah-olah ia baru bangun tidur. “Kau sama sekali bukan seorang lady yang baik,” ia memberikan komentarnya.

“Aku memang bukan seorang lady,” balas Eleanor tidak suka, “Aku adalah aku!”

“Memang,” Derrick geli, “Kau seperti bukan Eleanor ketika duduk manis di dalam.”

“Irina benar-benar membuatku lelah. Aku tidak mengerti mengapa seorang wanita harus seperti Irina,” Eleanor mulai mengomel. “Mengapa pula aku harus membeli gaun baru? Aku tidak membutuhkannya!”

“Saat ini kau tidak membutuhkannya,” Derrick sependapat, “Tetapi kau akan sangat membutuhkannya ketika kau memasuki Fyzool.”

Diingatkan akan masa depan yang menantinya, Eleanor langsung memasang muka cemberut.

Derrick sadar ia telah melakukan kesalahan dan ia juga menutup mulutnya rapat-rapat. Derrick tidak tahu apa yang harus dikatakannya untuk mengembalikan keceriaan Eleanor.

Setiap hal yang mereka lakukan sepanjang hari ini dan untuk beberapa hari mendatang selalu berhubungan dengan masa depan Eleanor sebagai Ratu Kerajaan ini. ulai dari pagi, Irina telah memerintahkan gadis itu untuk bersikap lemah lembut, gemah gemulai dan penuh sopan santun selayaknya seorang lady yang baik.

Bagi Eleanor yang tidak suka dikekang, hari ini adalah hari yang paling menyiksa seumur hidupnya demikian pula hari-hari mendatangnya. Ia sama sekali tidak menikmati hari-harinya di Mangstone seperti biasanya.

Bukan hanya Irina yang bersikap keras padanya hari ini. Derrick yang biasanya selalu berada di pihaknya, juga bersikap keras padanya.

Tidak seorang pun dari mereka membuka mulut. Masing-masing tenggelam dalam pikiran mereka sendiri.

“Bukankah Countess Virgie meninggal ketika ia masih lima atau enam tahun? Itu artinya ia tumbuh dewasa tanpa kehadiran seorang wanita. Apakah ia mampu menjadi seorang Ratu?”

“Kau benar. Earl seorang diri tidak akan mampu mendidiknya menjadi seorang lady.”

“Kurasa Grand Duke memilihnya karena Earl adalah sahabat baiknya.”

Eleanor langsung memelototi sepasang wanita yang berjalan semakin dekat ke arah mereka.

“Aku yakin ia tidak pernah muncul karena suatu alasan,” wanita itu terus berkata tanpa mengenali Derrick maupun Eleanor yang mereka lewati.

Derrick melihat Eleanor. Ia sendiri tidak yakin Eleanor akan sanggup menghadapi semua ini. Ia hanya yakin Eleanor akan membuat sensasi baru.

Ia hanya bergurau ketika ayahnya bertanya tentang wanita yang cocok menjadi istri Quinn. Ia tidak serius ketika ia mengajukan Eleanor. Jelas Eleanor tidak akan menjadi seorang Ratu yang anggun dan lembut. Eleanor bukanlah seorang gadis yang bisa duduk berdiam diri sepanjang hari. Namun Derrick percaya ayahnya mempunyai pendapatnya sendiri hingga ia berani memilih Eleanor.

Eleanor tumbuh dewasa tanpa sentuhan seorang wanita. Dan di negara yang memandang tinggi keutuhan sebuah keluarga dengan pengertian keluarga lengkap dengan ayah, ibu dan anak, Eleanor sudah mendapatkan nilai kurang di mata penduduk Viering. Nilai kurang Eleanor yang lain adalah ia tumbuh dewasa hampir tanpa sentuhan seorang wanita. Selain itu, Eleanor tidak pernah muncul dalam pergaulan para bangsawan. Tak heran bila banyak orang yang meragukannya.

Ia bersimpati pada Eleanor.

Derrick melingkarkan tangan di pundak Eleanor.

“Mengapa kau menahanku?” protes Eleanor. Matanya yang biru cerah melotot tajam, “Mereka merendahkan Bernard! Mereka tidak mempercayainya!”

Derrick terperanjat.

“Aku akan membuat perhitungan dengan mereka.”

Derrick tertawa geli. Untuk sesaat ia lupa gadis ini adalah Eleanor.

“Perhitungan apa yang akan kaubuat?” Irina muncul dengan wajah marahnya. Ia langsung menatap tajam Eleanor dan berkata, “Ingat kedudukanmu sekarang ini! Jangan berbuat macam-macam.”

Eleanor memasang wajah cemberutnya. Ia benar-benar tidak menyukai keadaannya saat ini. Ia membencinya dan ia lebih membenci pria yang menyebabkan semua ini juga wanita yang menjadi biang keladinya.

“Jangan berteriak-teriak seperti ini,” Derrick mengambil alih kotak-kotak besar di tangan Irina. “Kita harus segera ke kereta sebelum seorang pun melihat kita.”

Irina langsung bersiaga. Matanya melihat sekitar dengan was-was. “Ayo, Eleanor,” ia menarik tangan gadis yang masih memendam kekesalannya itu, “Kita harus segera pulang.”

Eleanor menggerutu semakin panjang ketika Irina menggeretnya ke kereta yang telah menanti mereka tak jauh dari tempat itu.

Untuk menghindarkan perhatian orang-orang, Irina dengan sengaja memanggil kereta sewaan untuk mengantar mereka malam ini. Ia juga meminta sang kusir menghentikan kereta beberapa meter dari Snell.

Eleanor langsung melompat gembira ke dalam kereta. Ia sudah tidak sabar lagi. Ia ingin segera kembali ke Mangstone.

Derrick pun tersenyum geli melihat gadis itu. Ia dapat memahami gadis itu karena ia pun sudah ingin segera meninggalkan Snell ketika Irina mulai memilih gaun-gaun untuk Eleanor. Sering Derrick merasa, dibandingkan Irina, ia lebih dapat memahami Eleanor. Ia tidak heran melihat Eleanor langsung melompat keluar ketika kereta mereka telah sampai di Mangstone. Gadis itu seperti seekor burung yang baru saja dibebaskan dari sarangnya.

Untuk sesaat Eleanor tercengang melihat sebuah kereta di depan pintu masuk Mangstone. Ia tersenyum lebar ketika melihat kereta itu dan langsung berlari mendekat ketika pintu kereta terbuka.

“Bernard!” ia memanggil pria tua itu. Ia langsung menjatuhkan diri dalam pelukan pria yang dihormatinya sebagai ayah keduanya itu. “Kau pulang lebih cepat.” Lalu Eleanor mulai merajuk, “Kau pulang cepat untuk menyelamatkanku?”

Sang Grand Duke kebingungan. “Menyelamatkanmu?”

“Ya,” Eleanor berkata mantap, “Mereka berdua benar-benar keterlaluan,” ia menunjuk Irina dan Derrick yang baru keluar dari dalam kereta. “Sepanjang hari mereka menyiksaku. Mereka ingin aku lebih cepat mati."

“Mereka melakukan semua ini untuk kebaikanmu,” hibur Grand Duke.

Eleanor cemberut. Baginya hiburan Grand Duke hanyalah dukungan bagi Irina dan Derrick. Eleanor yakin saat ini Quinn sedang berpuas diri. Ia telah berhasil menyelamatkan wajah Viering. Ia telah menyelamatkan pertanggungjawabannya kepada nenek moyangnya.

Eleanor tidak tahu bahwa Quinn juga sama kesalnya seperti dia. Quinn sudah tahu sebuah pernikahan akan merepotkan tetapi ia tidak pernah menyadari bahwa hal yang paling dihindarinya ini akan menyita seluruh waktu dan perhatiannya. Hanya satu ikatan perjanjian! Dan seluruh tenaga dan jiwa raganya telah terkuras.

Quinn menjatuhkan diri di atas sofa empuk di dalam kamarnya. Kepalanya berdenyut keras.

Hari ini ia telah melewati hari yang sangat panjang dan melelahkan.

Ia pikir ia telah mengambil tindakan atas segala hal yang harus dipersiapkan untuk sebuah pernikahan. Tetapi masih ada saja detail yang ia lewatkan. Ia juga telah menyerahkan tugas persiapan pernikahan ini pada bawahannya tetapi tetap saja ia diperlukan untuk mengatur pernikahan ini! Quinn sadar ia tidak akan bisa melepaskan diri dari segala peraturan dan tata cara pernikahan yang merepotkan.

Pagi ini orang-orang yand ditugasinya datang untuk meminta petunjuknya. Mereka terus menerus meminta persetujuannya sebelum memutuskan sesuatu walau ia telah memberi kewenangan pada mereka untuk memutuskan. Bagi mereka pernikahan ini adalah peristiwa besar dalam hidupnya dan mereka tidak mau membuat suatu kesalahan pun!

Pagi ini pula utusan Lady Irina datang untuk menanyakan perihal gaun pengantin Eleanor – satu-satunya hal yang terlupakan olehnya! Ia telah memikirkan segala tentang pernikahannya kecuali sang mempelai sendiri! Sang mempelai – baik gadis itu maupun dirinya sendiri – sama sekali tidak terpikirkan olehnya. Dan ia tidak mempunyai ide sama sekali mengenainya. Karena itulah ia menyerahkan masalah ini pada Lady Irina, sang pengasuh Eleanor.

Quinn tidak peduli ke manakah bon gaun-gaun Eleanor itu akan dikirimkan. Ia sanggup membayar bon-bon gadis itu. Ia mempunyai lebih dari cukup kekayaan untuk memuaskan gaya mewah gadis itu. Hanya satu yang diminta Quinn, jangan menganggunya dengan gaya mewah dan manja gadis bangsawan!

Namun, sayangnya, Quinn tidak dapat menghindarinya sebelum pernikahan mereka.

Siang ini Earl datang menemuinya. Earl of Hielfinberg datang karena gosip-gosip yang beredar dengan cepatnya setelah kabar pernikahan kerajaan ini diumumkan. Semua orang berspekulasi dengan pernikahan dadakan ini. Semua orang berpendapat sendiri tentang pernikahan yang tidak terduga ini. Semua menggosipkan sang ratu pilihan Paduka Raja Viering yang tidak tertarik untuk menikah!

Earl of Hielfinberg sangat terganggu oleh pandangan-pandangan miring yang mulai keluar tentang putri kesayangannya. Ia mulai terusik oleh spekulasi-spekulasi yang berkembang liar itu.

Dari perundingan mereka, diputuskan dalam waktu dekat ini, sebelum pesta pernikahan, akan diadakan semacam pesta pertunangan di Schewicvic. Melalui pesta pertunangan itu diharapkan gosip-gosip itu akan berhenti atau setidaknya berganti arah.

Masih belum sirna keletihan Quinn ketika wanita terakhir yang sedang berhubungan dengannya, datang untuk memprotesnya dan menuntut pertanggungjawabannya.

“Apa maksud semua ini!?” protes wanita cantik berambut pirang itu.

“Semuanya sudah jelas,” jawab Quinn singkat, “Hubungan kita berakhir.”

“Mengapa dia? Mengapa gadis puritan itu yang kau pilih?”

“Ia memenuhi syaratku,” lagi-lagi Quinn memberi jawaban singkat yang membuat wanita cantik itu kian kesal.

“Apa kekuranganku? Apa kelebihannya!?”

“Kau adalah wanita yang cantik dan menarik. Engkau adalah tipe wanita yang diidamkan setiap pria,” Quinn berkata dengan suara tenangnya, “Namun kau bukanlah wanita yang akan menjadi pendampingku. Kau sudah tahu itu.”

Ya, para wanita itu sudah tahu ketika mereka mulai berhubungan dengannya. Ia menikmati masa-masa kebersamaan mereka. Ia menikmati setiap detik yang ia lewatkan bersama mereka tetapi ia tidak akan pernah mengikat janji dengan seorang pun dari mereka. Setiap gadis di Viering tahu jelas akan hal ini.

Quinn sudah bersumpah untuk tidak menikah dan tidak akan merusak pernikahan orang lain. Ikatan dengan seorang wanita hanyalah suatu hal yang paling dihindarinya. Dan kali ini dunia tahu mengapa ia melanggar sumpahnya sendiri.

“Aku tidak punya waktu untukmu,” kata Quinn dan ia melangkah menuju pintu, “Aku masih punya banyak pekerjaan.”

Wanita itu benar-benar dibuat geram oleh Quinn. Tetapi Quinn tetap bersikap seolah tidak terjadi apa-apa.

Itulah Quinn, sang Paduka Raja Kerajaan Viering yang tampan. Pria dambaan setiap gadis di Viering itu dapat menjadi seorang yang romantis ketika ia mengikat hubungan dengan seorang wanita. Tetapi ketika ia memutuskan untuk mengakhiri hubungan itu, ia dapat menjadi seorang yang dingin. Ia akan bertindak seolah-olah tidak pernah terjadi apa pun di antara mereka. Tidak seorang gadis pun di Viering yang tidak menginginkan cintanya. Mereka rela berlomba-lomba untuk mendapatkan cintanya yang mahal itu. Ia adalah pria yang mempesona. Sayangnya hingga detik ini tidak ada yang berhasil mendapatkan cintanya yang tulus itu.

“Atau mungkin belum,” gumam Derrick ketika mereka membicarakan pesta pertunangan Eleanor yang akan diselenggarakan dalam waktu dekat di Schewicvic.

“Pria semacam itu seumur hidup tidak akan pernah jatuh cinta!” tegas Eleanor.

Derrick tersenyum geli melihat adik angkatnya itu. Semenjak ia diharuskan menikah dengan Quinn, Eleanor membenci Quinn dan kebenciannya itu kian lama tumbuh kian dalam.

“Siapa tahu dia jatuh cinta setengah mati padamu,” goda Derrick.

“Jatuh cinta sampai mati pun tidak akan pernah!” omel Eleanor, “Pria semacam itu adalah Narcissus. Aku tidak akan menjadi Echo kedua!” Eleanor merujuk pada seorang pemuda tampan dalam legenda Yunani yang mencintai bayangan dirinya sendiri di permukaan kolam dan menolak seorang nymph bernama Echo. Atas kesombongannya itulah kemudian para dewa menghukumnya. Ia diubah menjadi sebatang bunga yang kemudian dinamakan seperti namanya, bunga Narcis.

“Siapa yang mengatakan kau akan menjadi Echo?” Derrick terus menggoda Eleanor.

Eleanor merah padam. Ia benar-benar dibuat kesal oleh Derrick.

Derrick tertawa. “Aku tidak sabar melihat pertemuan kalian berdua.”

Irina pun tersenyum. “Aku juga tidak sabar melihat pertunangan kalian.”

“Tapi sebelumnya,” Derrick berkata serius, “Kau harus menjinakkan Eleanor atau ia akan menyerang Quinn di pesta pertunangannya.”

“Derrick!” bentak Eleanor, “Apa maksudmu!?”

Derrick tidak dapat menahan tawa gelinya.

“Sudah. Sudah,” Irina mengelus-elus kepala Eleanor, “Derrick hanya menggodamu. Jangan terpancing olehnya.”

Tiba-tiba saja Eleanor merasa ia tengah diperlakukan seperti seorang anak kecil berusia empat tahun yang mudah digoda dan dibujuk.

Grand Duke Bernard tersenyum melihat ketiga pemuda-pemudi itu. Ia lega melihat Eleanor yang masih bisa bercanda seperti biasa. Ia merindukan saat ketiga pemuda-pemudi itu masih kecil. Ia merindukan canda tawa mereka yang selalu menghiasi Schewicvic dan Mangstone. Ia akan selalu merindukannya.



*****Lanjut ke chapter 8

No comments:

Post a Comment