Friday, November 30, 2007

Ratu Pilihan-Chapter 6

Earl termangu menatap gambar diri istrinya yang telah lama tiada.

“Apakah keputusanku ini tepat, Virgie?” ujarnya, “Aku tidak tahu apa yang harus kulakukan?”

Kemarin ketika Grand Duke mengungkapkan lamarannya itu, satu-satunya reaksi yang ditemukan Earl adalah berseru dengan keras,


“APA!?”

“Bukan. Bukan itu,” Grand Duke buru-buru menjelaskan, “Maksudku, aku ingin dia menikah dengan Paduka Raja.”

Earl membelalak.

“Paduka telah setuju menikahi Eleanor.”

Earl duduk kaget. “Tidak mungkin, Bernard. Kau mengenal Eleanor. Ia… ia tidak pantas menjadi seorang Ratu.”

“Sebaliknya,” Grand Duke berkata penuh percaya diri, “Aku pikir hanya dia yang pantas.”

Earl membisu. Ia tidak tahu apa yang harus dilakukannya. Hingga saat ini pun ia tidak tahu apa yang harus dilakukannya.

“Katakan padaku, Virgie bila keputusanku ini tepat,” lagi-lagi ia bergumam.

Eleanor membuka pintu Ruang Perpustakaan. Ia melihat ayahnya sedang berdiri menatap lukisan diri ibunya. Seperti yang dikatakan Nicci, ia tampak begitu galau.

“Mama memang cantik. Ia adalah wanita paling cantik yang pernah aku temui,” Eleanor berdiri di samping ayahnya.

Earl menatap putrinya lalu kembali ke lukisan istrinya. “Ia adalah wanita yang hebat.”

“Aku menyayanginya,” Eleanor memeluk ayahnya, “Aku juga menyayangi Papa.”

Earl melingkarkan tangan di pundak Eleanor. “Bagaimana perjalananmu ke kota?”

Eleanor tidak terkejut mendengar pertanyaan itu. Ia yakin ayahnya tahu kebiasaannya ini. Selama ini tidak seorang pun dari mereka yang membicarakannya.

“Menarik,” jawab Eleanor, “Aku bertemu Derrick. Saat ini ia sedang dikerumuni orang-orang yang ingin mendaftarkan diri pada Bernard.” Eleanor tertawa geli membayangkan reaksi Derrick mendapat serbuan para wanita yang penuh ingin tahu itu.

Earl mendesah panjang.

Eleanor terkejut. “Apa yang terjadi, Papa? Sepertinya kau tidak senang mendengarnya.”

“Kurasa kita perlu duduk,” Earl membimbing Eleanor ke sofa.

Sikap Earl yang lain dari biasanya itu membuat Eleanor curiga.

“Dengarlah apa yang akan kukatakan padamu.”

Eleanor dapat mencium ketidakberesan.

“Kau tahu Bernard mendapat tugas penting dari Paduka Raja, tugas yang sangat penting, tugas yang menyangkut masa depan Viering.”

“Ya,” Eleanor mengangguk. “Ia ditugasi untuk menemukan gadis yang tepat untuk menjadi Ratu Viering.”

“Aku yakin kau telah mendengar kabar Bernard telah menentukan pilihannya,” kata Earl kemudian.

Eleanor terperanjat. Apakah mungkin berita yang baru didengarnya pagi ini benar? Bernard pasti tidak akan melakukan itu. Ia pasti tidak akan mengorbankan putrinya sendiri walau ia tahu ini demi masa depan Viering. Hanya orang tolollah yang tidak tahu pernikahan ini hanyalah demi menyelamatkan muka Viering.

“Papa… kau tidak mengatakan itu, bukan. Itu tidak mungkin terjadi.”

“Ya, Eleanor,” Earl berkata dengan penuh penyesalan, “Bernard memilihmu.”

Memilihmu…

Eleanor membelalak. Untuk sesaat Eleanor merasa ia tidak berada di dunia nyata. “Tidak mungkin! Itu tidak mungkin,” Eleanor menggelengkan kepala – mencoba mengeluarkan kata ‘memilihmu’ itu dari otaknya.

“Bernard memilihmu dan aku telah menyetujuinya. Kau harus mengerti ini demi masa depan Viering.”

Eleanor membelalak. Ia tidak percaya ayahnya akan melakukan hal ini.

“Aku tidak mau!” Eleanor menolak, “Aku tidak mau menikah dengan Quinn! Aku tidak mau menikah dengan plaboy kelas atas itu. Mati pun aku tidak mau!”

“DIAM!” suara Earl Hielfinberg meninggi.

Eleanor terperanjat. Ayahnya tidak pernah mengeluarkan nada setinggi ini padanya. Ayahnya tidak pernah sekali pun memarahinya!

“Kau tidak mempunyai pilihan lain. Kau harus menikah dengan Paduka Raja dan aku telah menyetujuinya.”

Eleanor terpukul. Ia menatap ayahnya putus asa.

“Aku tidak mengerti mengapa Bernard memilihmu tetapi aku yakin ia mempunyai pandangannya sendiri,” gumam Earl.

“Aku tidak percaya!” Eleanor berseru kesal, “Aku akan mencari Bernard!”

Sebelum Earl sempat mencegah Eleanor, gadis itu telah berlari menuju istal. Kehadirannya yang tiba-tiba mengagetkan para penjaga istal.

“Siapkan kuda untukku,” Eleanor memberi perintah dan ia menekankan, “Sekarang juga!”

Dengan segera mereka memasangkan pelana di atas seekor kuda dan Eleanor pun melesat dengan cepat ke Mangstone. Dalam perjalanan itu ia hanya berpikir bagaimana ia akan mengorek berita dari Bernard. Ia akan membuat Bernard menjelaskan semua ini padanya.

Ia tidak memperhatikan orang-orang yang keheranan melihat seorang pelayan berkuda dengan kencang. Ia terlalu tergesa-gesa untuk memperhatikan mereka. Ia terlalu tergesa-gesa untuk membalas beberapa kusir kuda yang marah oleh caranya menggendarai kuda yang mengebut itu. Para pelayan Mangstone pun terkejut melihatnya tiba-tiba muncul dan tanpa basa-basi membuka pintu. Untunglah mereka telah mengenalnya dengan baik, bila tidak mungkin Eleanor sudah diusir. Saat ini ia tidak tampak sebagai putri Earl of Hielfinberg. Ia lebih tampak sebagai seorang pelayan muda dengan gaunnya yang hitam dan celemek putih.

“Bernard!” serunya, “Bernard! Kau ada di mana?”

Eleanor terus berseru keras sambil menuju Ruang Makan. Ia yakin mereka berada di sana. Ia tahu mereka masih menikmati makan pagi mereka.

Irina muncul membuka pintu Ruang Makan dengan cemas. “Apa yang terjadi, Eleanor?” Dan ia terpekik melihat gaun pelayan yang dikenakan Eleanor, Mengapa kau seperti ini? Mengapa engkau berpakaian seperti ini!??”

“Di mana Bernard?” Eleanor mengabaikan kekagetan wanita itu.

“Papa tidak ada di sini,” sebuah suara menjawab dari dalam.

Eleanor melihat Derrick sudah kembali ke Mangstone dan sedang menikmati makan paginya bersama Irina.

“Pagi ini kau benar-benar keterlaluan,” Derrick mengingatkan Eleanor akan dosanya, “Kau benar-benar membuat aku kewalahan.”

“Di mana Bernard?” Eleanor bertanya sekali lagi dengan tegas.

“Papa sudah berangkat ke Istana,” jawab Irina, “Apa yang terjadi padamu, Eleanor? Mengapa kau tergesa-gesa seperti ini?”

“Kau tidak akan mempercayai ini, Irina,” Eleanor memeluk wanita itu. Ia ingin menumpahkan semua kekesalannya pada wanita itu. Ia ingin menjerit keras-keras untuk memuaskan diri, “Papa sudah gila. Ia mengorbankan aku. Ia membiarkan Bernard memilihku menjadi mempelai Quinn.”

Irina terpekik kaget. “Benarkah itu!?”

Satu-satunya orang yang tidak terkejut di ruangan itu adalah Derrick.

“Mereka semua tidak waras! Bagaimana mungkin mereka membiarkan aku menjadi Ratu Viering!!???” Eleanor berkata dengan penuh amarah. “Mereka sudah dibuat sinting oleh si sial Mathias!”

“Wah… wah… Sungguh tidak terduga gadis tomboy ini akan menjadi Ratu,” goda Derrick.

“Tidak lucu!” Eleanor memasang muka masamnya.

Irina tersenyum. “Kau akan membuat setiap wanita cemburu. Paduka memilihmu.”

“Aku hanyalah alat untuk mendapatkan keturunannya,” kata Eleanor tidak senang, “Dan menghentikan Simona mencoret muka kerajaan ini.”

“Jangan khawatir,” hibur Irina, “Ia pasti akan mencintaimu. Kau adalah gadis yang menarik.”

“Benar,” sambung Derrick tersenyum nakal, “Sebelum ia mengusirmu dari Istana.”

Eleanor menatap tajam pria itu.

Irina tertawa geli.

“Jangan khawatir,” Irina meletakkan tangan di kepala Eleanor dan mengelusnya dengan lembut seperti yang biasa setiap kali ia menghibur Eleanor, “Kami tidak akan membiarkan ia menyakitimu.”

“Katakanlah padaku bila ia menyakitimu,” Derrick berkata serius, “Aku akan membuat perhitungan dengannya tak peduli siapa pun dia.”

Eleanor terharu.

“Tapi itu jika ia belum babak belur,” Derrick menambahkan sambil tersenyum geli.

“Derrick!” Eleanor marah. Ia berdiri dan menyerang Derrick.

“Hentikan!” Irina segera menahan Eleanor.

Kedua orang ini memang selalu seperti ini. Derrick suka menggoda Eleanor. Tak jarang pula ia berkelahi dengan Eleanor. Untungnya, seiring dengan pertambahan usia mereka, frekuensi perkelahian mereka berkurang. Hubungan mereka sangat akrab tapi tidak akan pernah ada cinta di antara mereka. Mereka saling menganggap yang lain sebagai saudara. Mereka bertiga telah menjadi semakin dan semakin akrab dalam beberapa tahun ini. Walaupun tidak sedarah, mereka telah menjadi saudara akrab.

“Kau tidak boleh seperti ini,” Irina memarahi, “Dan kau, Derrick, kau tidak boleh terus menggoda Eleanor. Ia akan segera menjadi seorang Ratu.”

Eleanor membelalak.

“Mulai saat ini kau harus merubah dirimu,” Irina meneruskan dengan serius, “Aku tidak akan membiarkanmu bertindak kasar lagi. Aku akan melatihmu menjadi seorang gadis anggun.”

“Mengapa tidak seorang pun dari kalian yang berada pada pihakku!??”

Derrick tidak berkata apa-apa. Ia sudah tahu Eleanor akan seperti ini. Ia sudah menduganya. Mungkin itulah sebabnya Earl tidak segera memberitahu Eleanor.

Irina terdiam.

“Mengapa? Mengapa kalian menyetujui ide gila ini!?”

Untuk sesaat Derrick menduga Eleanor akan menangis tetapi gadis itu malah berseru keras dan penuh amarah, “Apa kalian sudah ikut tidak waras??”

“Bukan begitu, Eleanor,” Irina mencoba menenangkan, “Kami selalu berada di pihakmu. Kami selalu mendukungmu.” Tangan Irina terulur meraih tangan Eleanor.

Eleanor menjauhkan diri. Ia menatap kedua kakaknya itu dengan marah.

“Kami tidak dapat berbuat apa-apa,” Derrick ikut turun suara, “Papa telah memutuskan. Paduka Raja pun telah menyetujuinya. Tidak seorang pun yang bisa merubahnya. Kali ini keadaan benar-benar mendesak. Ini bukan main-main, Eleanor. Aku percaya engkau cukup cerdas untuk memahami apa yang tengah terjadi.”

Eleanor tahu ini akan terjadi. Ia tahu Quinn akan menikah untuk menyelamatkan masa depan Viering tetapi mengapa dirinya? Mengapa harus dirinya yang menjadi tumbal?

“Pilihan Papa tidak mungkin salah,” Irina menatap Eleanor serius, “Engkau tidak ingin mengatakan Papa mengambil keputusan tanpa pertimbangan, bukan?”

Eleanor tidak dapat membantahnya. Ia menyayangi Grand Duke seperti ia menyayangi ayahnya. Baginya mereka berdua adalah orang tuanya. Ia percaya pada Grand Duke. Ia mengagumi Grand Duke yang masih cekatan di usianya yang tidak muda itu. Ia selalu mengelu-elukan Grand Duke selain ayahnya.

Irina merangkum wajah gadis itu – menatapnya lekat-lekat dan berkata lembut, “Papa pasti melihat sesuatu pada dirimu yang tidak ada pada gadis lain.”

“Tapi mengapa aku?” Eleanor masih memprotes.

“Kau adalah gadis yang manis,” Irina terus meyakinkan Eleanor, “Engkau adalah gadis yang cantik.”

Derrick melihat Irina akan membutuhkan waktu sepanjang hari untuk menenangkan Eleanor dan ia memutuskan,

“Irina, kau tetaplah bersama Eleanor. Aku akan menangani masalah di luar.”

Eleanor melihat kepergian Derrick dengan heran.

“Biarlah Derrick pergi mengurus orang-orang yang mencari Papa,” Irina membimbing Eleanor ke dalam Ruang Makan, “Kau bisa bergabung denganku. Aku yakin kau belum sarapan.”

Ketika Irina menghabiskan waktu sepanjang pagi itu untuk meyakinkan Eleanor, sang Grand Duke sedang kerepotan di Istana. Selain Grand Duke, beberapa menteri juga kerepotan menerima tugas dari Quinn.

Quinn ingin pernikahannya segera dilangsungkan. Ia ingin segera menjalankan rencananya menghentikan langkah Mathias. Ia tidak akan membiarkan wanita yang tak jelas asal usulnya itu bersenang-senang terlalu lama. Ia menyuruh Pengurus Rumah Tangga Fyzool mengatur jadwal pesta pernikahannya dan acara jamuan pesta pernikahannya. Ia menginginkan Menteri Luar Negerinya segera mengirim undangan kepada negara-negara tetangga. Ia menyuruh Menteri Kerakyatannya mengatur kedatangan Uskup yang akan meresmikan pernikahannya dan mengatur pemesanan Katedral utama Viering. Ia ingin Menteri Sosialnya mendaftar tamu-tamu yang harus ia undang. Ia meminta Jenderal Utama Viering memperketat penjagaan selama pesta pernikahannya. Ia telah memikirkan semuanya semalam setelah Bernard memberitahukan pilihannya. Ia menginginkan semuanya segera dilaksanakan dengan cepat dan tanpa cacat setelah ia menyetujui pilihan Bernard. Setiap hal yang terpikirkan oleh Raja Muda itu telah diserahkan kepada mereka yang bertanggung jawab. Setiap celah yang terlewatkan olehnya telah diurus oleh Grand Duke. Segera setelah Quinn selesai membagi tugas kepada para pembantu pemerintahannya, mereka bubar.

“Putri Earl of Hielfinberg,” gumam Kaven ketika mereka meninggalkan Ruang Rapat.

“Apakah Earl mempunyai seorang putri?” tanya Chad, sang Menteri Dalam Negeri.

“Ya, ia punya,” jawab Domingo, “Aku masih ingat ia memeluk seorang gadis kecil dalam upacara penghormatan korban Red Invitation.”

“Aku ingat sekarang!” seru Chad, “Sudah lama sekali aku tidak mendengar berita tentang Earl Hielfinberg.”

“Ia mengurung dirinya semenjak kematian istrinya,” kata Kaven. “Semenjak itu ia terus melindungi putrinya dengan ketat. Ia benar-benar takut kehilangan putrinya. Sepertinya luka yang ditinggalkan oleh istrinya benar-benar serius.”

“Bagaimanakah rupa putrinya, Bernard?” tanya Vicenzo tertarik, “Aku yakin kau pasti sering bertemu dengannya. Kudengar kalian adalah sahabat baik.”

“Ia adalah gadis manis yang ceria,” Grand Duke tersenyum membayangkan wajah manis Eleanor yang selalu tersenyum itu, “Ia adalah anak yang baik.”

“Aku sungguh tidak menyangka Earl akan memberikan putrinya begitu saja,” komentar sang Menteri Sosial.

“Ia tahu ini bukan main-main. Ini adalah masalah serius,” Grand Duke memberikan penjelasan, “Ini menyangkut masa depan Viering.”

“Tindakanmu cukup cepat juga, Bernard,” sang Jenderal Besar Viering, Geert, memberikan pujiannya, “Baru kemarin Paduka memberimu perintah dan hari ini kau sudah memberikan jawaban.”

“Kurasa ia bertidak cepat untuk menghindari segelintir orang,” kata Vicenzo.

Mereka tertawa.

“Mereka terpaksa pulang dengan tangan hampa karena kau sudah memutuskan,” Domingo tersenyum geli.

“Lowongan sudah ditutup,” Geert menegaskan.

Sekali lagi mereka tertawa.

“Aku ingin tahu kapankah berita ini akan tersebar luas,” gumam Kaven.

Mereka tidak perlu menanti terlalu lama untuk menunggu seluruh Viering mengetahui kabar ini. Bukan saja karena Derrick selalu memberitahu para tamunya, “Papa pergi ke Istana untuk merencanakan pesta pernikahan Kerajaan bersama Paduka.” Tetapi juga karena surat kabar khusus yang muncul beberapa jam kemudian.

“Berita khusus! Berita khusus!” teriak setiap penjaja Koran, “Calon Ratu Kerajaan telah ditentukan! Viering akan mempunyai ratu!”

Sementara berita itu menjalar dengan cepat di seluruh Viering, Irina masih sibuk menenangkan Eleanor di Ruang Keluarga Mangstone. Ia mendengarkan keluhan-keluhan Eleanor sekaligus menasehati gadis itu.

Di tengah pembicaraan kedua wanita itu dari hati ke hati itulah, Derrick masuk.

“Nicci datang,” ia memberitahu Eleanor.

“Earl pasti menyuruh Nicci menjemputmu,” Irina menggenggam tangan Eleanor – meyakinkan gadis itu, “Ia pasti mencemaskanmu.”

“Tuan Puteri,” Nicci muncul, “Yang Mulia mengirim saya ke sini untuk menemani Anda. Kata Yang Mulia, Anda harus tinggal selama beberapa hari di Mangstone untuk belajar tata krama pada Lady Irina. Saya sudah membawa pakaian ganti Anda dan kebutuhan-kebutuhan yang lain.”

“Lihat, ia sama sekali tidak mencemaskanku,” cibirnya.

Seorang pelayan masuk memberikan selembar kertas pada Derrick. “Ini baru saja diantar, Tuan Muda,” katanya memberitahu.

Derrick melihat sebaris tulisan besar di bagian atas kertas itu.

“Kurasa aku tahu mengapa Earl mengungsikanmu ke sini,” ia tersenyum lebar.

“Apa itu?” tanya Eleanor tertarik. Ia langsung berdiri dan merebut kertas itu dan tangan Derrick.



CALON RATU VIERING TELAH DITENTUKAN!
Raja Quinn Akhirnya Memutuskan untuk Mematahkan Sumpahnya Sendiri.



Pesta pernikahan kerajaan sudah di ambang mata! Hanya dalam sehari setelah Paduka Raja mentitahkan Grand Duke untuk mencari calon istrinya, Duke Krievickie telah menjatuhkan pilihannya. Sang calon mempelai tak lain adalah putri Earl of Hielfinberg, Lady Eleanor.

Tidak banyak yang diketahui dari Lady yang tidak pernah muncul ini. Ia tumbuh dewasa tanpa kehadiran ibunya. Countess Virgie adalah salah satu korban dalam peristiwa Red Invitation. Dan semenjak itu, Earl tidak pernah meninggalkan Hielfinberg demikian pula sang putri. Kita tidak tahu persis seperti apakah calon Ratu Viering tetapi kita yakin ia jauh lebih baik dan lebih terhormat dari Simona, sang Duchess of Binkley yang berada di urutan kedua posisi Ratu Viering.

Yang Mulia Paduka Raja Viering, Quinn Arcalianne akhirnya mengambil langkah tepat untuk menyelamatkan Viering dari aib yang memalukan.



“Bagus,” Eleanor geram, “Sekarang seluruh dunia sudah mengetahuinya,” ia meremas kertas itu. Ia sudah bukan anak kecil lagi yang tidak mengerti mengapa ayahnya menyuruhnya tinggal di Mangstone. Dulu hal ini juga pernah terjadi. Beberapa saat setelah peristiwa Red Invitation, Earl menitipkan Eleanor di Mangstone untuk beberapa waktu hingga keramaian akibat peristiwa itu mereda. Dulu ia terlalu kecil untuk mengerti ayahnya sedang menghindarkannya dari pusat perhatian tetapi sekarang ia sudah mengerti.

“Saya melihat beberapa kereta menuju Schewicvic dalam perjalanan saya ke tempat ini,” Nicci melaporkan.

Derrick langsung tertawa geli, “Mereka pasti tertipu. Mereka pasti mengira kau ada di Schewicvic.”

“SEMPURNA SUDAH!” seru Eleanor kesal, “Sekarang aku tidak bisa kembali ke Schewicvic. Wanita sial itu pasti puas. Ini semua gara-gara pelacur yang tidak tahu diri itu!”

“Eleanor!” bentak Irina, “Kau tidak boleh berkata sekasar itu! Kau harus merubah caramu bersikap dan bertutur kata. Kau akan menjadi Ratu Viering. Kau tidak boleh bertindak sembarangan. Dan kau, Derrick,” ia melotot pada adiknya, “Jangan sekali-kali kau mempengaruhi Eleanor!”

Mereka terdiam. Kali ini Irina benar-benar marah!

“Kita harus mulai mengatur jadwal pelajaran tata krama Eleanor. Kita harus mengajari Eleanor cara seorang bangsawan bersikap. Ia harus bisa bersikap anggun dan halus seperti layaknya seorang lady. Tetapi mula-mula kita harus mengubah dandanan Eleanor,” Irina mengamati Eleanor dari kepala hingga ke ujung kakinya dengan mendetail sehingga membuat Eleanor merasa Irina sedang menelanjanginya. “Kita harus memberi beberapa gaun baru untuk Eleanor. Besok kita harus pergi ke Snell. Eleanor akan membutuhkan banyak baju baru.”

“Kita?” Derrick bertanya tidak percaya, “Aku tidak mau ikut.”

“Aku tidak mau pergi kalau Derrick tidak ikut!” Eleanor memprotes.

“Kau harus ikut, Derrick!” Irina menegaskan, “Kami membutuhkan seseorang untuk membawakan barang-barang belanjaan kami.”

Eleanor tertawa puas.

“Seorang lady tidak boleh tertawa seperti itu!” hardik Irina tegas, “Itu sungguh tidak sopan dan tidak berpendidikan. Kau harus menutup mulutmu ketika kau tertawa. Kau harus membuang jauh-jauh sikap kelaki-lakianmu. Mengerti?”

Eleanor merasa hari-hari bahagianya sudah berakhir dan ia langsung cemberut.

Derrick menatap gadis itu.

“Nicci,” Irina berbalik pada pelayan pribadi Eleanor, “Minta seseorang untuk menyiapkan kamar untuk Eleanor dan pindahkan barang-barang ke sana. Kemudian pergilah ke Snell dan katakan pada Nicoleta besok kami akan datang setelah ia tutup. Ingat aku tidak ingin seorang pun tahu mengenai kedatangan kami. Katakan itu pada Nicoleta.”

“Baik, Tuan Puteri, saya akan segera melaksanakan perintah anda,” Nicci membungkuk. Wanita itu segera mengundurkan diri dari ruangan.

Irina tidak berhenti di situ saja. Ia terus mengeluarkan perintah-perintahnya. Ia mengatur pelajaran tata krama Eleanor selama gadis itu berada di Mangstone.

Derrick merasa ia tidak mempunyai cara lain selain menuruti perintah Irina. Irina benar. Sekarang Eleanor bukan sembarang gadis. Ia adalah calon Ratu Kerajaan Viering! Pikiran itu membuatnya mencemaskan Eleanor.

Ternyata bukan hanya Derrick saja yang berpikir serius mengenai masa depan Eleanor. Malam itu ketika Eleanor sudah masuk ke kamar yang disediakan untuknya, Irina datang ke kamarnya.

“Menurutmu,” Irina bertanya serius, “Mengapa Papa mengusulkan Eleanor pada Paduka Raja?”

“Aku tidak tahu,” jawab Derrick.

Irina kecewa.

“Tetapi,” Derrick melanjutkan, “Aku yakin Papa tahu apa yang dilakukannya. Ia pasti mempunyai alasannya sendiri.”

“Aku tidak meragukan Papa. Sedikitpun tidak,” Irina menegaskan, “Tetapi…,” ia kembali ragu-ragu, “Kau tahu Eleanor.”

“Eleanor memang seperti anak lelaki. Tetapi ia juga mempunyai sisi kewanitaan juga. Jangan khawatir.”

“Aku juga percaya Eleanor akan dapat menjadi seorang Ratu yang baik,” Irina menegaskan. “Tetapi…,” lagi-lagi ia menjadi ragu-ragu, “Kau tahu Earl selalu melindungi Eleanor dalam tahun-tahun belakangan ini. Sejak peristiwa itu, ia begitu takut orang lain menemukan Eleanor. Ia tidak ingin keceriaan Eleanor terusik oleh berita-berita itu. Selama ini ia telah aman dalam perlindungan Earl. Dan besok, ia akan menjadi berita utama kerajaan ini. Mungkin selama sisa hidupnya ia akan terus menjadi bahan gosip seisi kerajaan ini.”

Irina menatap serius Derrick.

“Kau sendiri tahu bagaimana kejamnya gosip-gosip itu. Kau sendiri tahu bagaimana liciknya para wanita angkuh itu di dalam Istana. Kau juga tahu bagaimana menyiksanya menjadi topik gosip orang lain.”

Derrick berdiam diri.

“Aku kasihan pada Eleanor. Ia pasti tidak sanggup menghadapi semua ini. Aku tidak ingin melihatnya terluka oleh gosip-gosip itu.”

“Jangan khawatir,” hibur Derrick, “Eleanor adalah gadis yang kuat. Ia pasti bisa mengatasi semua ini. Aku juga tidak akan membiarkan ia dilukai siapa pun. Aku akan menantang siapa pun yang berani mengusiknya.”

“Dan membuat gosip baru?” sergah Irina tidak senang. “Semua orang akan mengira Eleanor berselingkuh denganmu kalau kau sampai melakukan itu.”

“Tidak akan,” Derrick meyakinkan, “Semua orang tahu ia telah kuanggap adik kandungku.”

“Siapa yang mau peduli?” tanya Irina tajam, “Begitu Eleanor memasuki Fyzool, ia adalah sasaran empuk gosip-gosip celaka itu. Kalau kita tidak hati-hati, kita akan celaka juga. Kau tahu sendiri bagaimana kejamnya gosip itu.”

Derrick tidak berkata apa-apa lagi. Ia masih ingat bagaimana gosip menerpa keluarganya sepuluh tahun yang lalu dan bahkan, hampir mencabut nyawa ayahnya.

“Aku berharap Eleanor dapat mengatasi semua itu,” pinta Irina.

“Pasti,” Derrick meyakinkan, “Eleanor adalah gadis yang tegar.”



*****Lanjut ke chapter 7

1 comment:

  1. Oi, achei seu blog pelo google está bem interessante gostei desse post. Gostaria de falar sobre o CresceNet. O CresceNet é um provedor de internet discada que remunera seus usuários pelo tempo conectado. Exatamente isso que você leu, estão pagando para você conectar. O provedor paga 20 centavos por hora de conexão discada com ligação local para mais de 2100 cidades do Brasil. O CresceNet tem um acelerador de conexão, que deixa sua conexão até 10 vezes mais rápida. Quem utiliza banda larga pode lucrar também, basta se cadastrar no CresceNet e quando for dormir conectar por discada, é possível pagar a ADSL só com o dinheiro da discada. Nos horários de minuto único o gasto com telefone é mínimo e a remuneração do CresceNet generosa. Se você quiser linkar o Cresce.Net(www.provedorcrescenet.com) no seu blog eu ficaria agradecido, até mais e sucesso. If is possible add the CresceNet(www.provedorcrescenet.com) in your blogroll, I thank. Good bye friend.

    ReplyDelete