Monday, June 11, 2007

Runtuhnya Gunung Es-Chapter 14

Vladimer terperangah mendengar cerita Angella. Ia telah menduga gadis itu mengetahui banyak tentang Charlemagne. Tetapi ia tetap terkejut mendengar cerita itu.

Ia tidak menduga Angella berperan sangat penting dalam kehidupan Charlemagne sejak anak itu baru lahir.

Vladimer tidak dapat membayangkan perasaan Angella yang saat itu masih sangat muda dan bahkan mungkin masih kekanak-kanakan, yang mengetahui semua itu dan menolong putra sahabatnya, kesedihan Angella saat menggendong Charlemagne menerobos hujan deras menuju Gereja St. Augustine.

“Jadi itu sebabnya,” gumam Vladimer.

“Sebab apa?” tanya Angella tak mengerti sambil menghapus air matanya yang masih tersisa.

“Engkau bersikap dingin kepada semua orang tidak terkecuali keluargamu karena engkau telah kehilangan kepercayaanmu terhadap orang-orang di sekitarmu,” kata Vladimer.

Angella dengan tersipu-sipu membenarkan kata-kata Vladimer. Ia memang telah kehilangan kepercayaannya terhadap semua orang akibat peristiwa yang menimpa Jenny.

“Aku dapat menyimpulkan bahwa aku sangat beruntung karena engkau mempercayaiku. Apakah sekarang engkau menyesal karena telah melanggar janjimu?”

“Aku tidak tahu. Aku…,” kata Angella, “Aku telah melanggar janjiku.”

“Jangan menyesal. Apa yang kaulakukan ini memang benar. Tidak seharusnya engkau memendam ini semua,” kata Vladimer menghibur Angella.

“Berjanjilah kepadaku, Vladimer. Berjanjilah engkau tidak akan menceritakannya kepada siapapun termasuk kakak-kakakku,” kata Angella.

“Mengapa engkau bersikeras menyembunyikan hal ini dari kakak-kakakmu? Biarkanlah mereka mengetahuinya, mereka akan lebih banyak memberimu bantuan daripada aku,” bujuk Vladimer.

“Bila engkau melanggar janjimu, aku tidak akan memaafkanmu,” kata Angella tajam.

“Baiklah, aku tidak akan memintamu berterus terang kepada mereka. Aku juga tidak akan melanggar janjiku. Aku tidak ingin kehilangan kepercayaanmu yang sangat langka itu, karena itu percayalah,” kata Vladimer.

“Engkau harus memegang teguh kata-katamu itu.”

“Sekarang apa yang akan kaulakukan?”

“Aku akan membawa Charlie menemui neneknya. Aku juga akan berusaha menghapus kebencian Jenny kepada anaknya. Bila aku dapat menghilangkan kebencian Jenny, aku akan mengembalikan Charlie kepada mereka.”

“Kapan engkau akan membawanya?”

“Aku tidak tahu. Freddy dan Oscar menjagaku lebih ketat dari biasanya akhir-akhir ini. Di samping itu aku belum memberitahu Charlie. Aku tidak tahu apakah anak itu akan siap menerima kenyataan ini. Ia sangat menyayangi keluarga Boudini.”

“Apabila engkau berterus terang kepada mereka, tentunya mereka akan mengerti.”

“Vladimer!”

“Jangan marah. Aku tidak bermaksud membujukmu, aku hanya mengatakan yang sebenarnya,” kata Vladimer. “Masih ada satu hal yang tidak kumengerti. Mengapa engkau sangat yakin kelak harga diri Danny akan jatuh?”

“Karena bila Earl mengetahui ia memiliki putra, dengan sendirinya Danny tidak akan menjadi pewaris Earl. Kesombongannya karena menjadi pewaris pamannya akan jatuh bila ia mengetahui Charlie adalah pewaris Earl,” kata Angella menjelaskan. “Selama ini ia sangat bangga pada posisinya.”

“Aku mengerti. Mengapa engkau yakin Earl tidak mengetahui bahwa ia mempunyai putra? Bagaimana bila Earl menolak mengakui Charlie sebagai putranya?” tanya Vladimer.

“Bila Earl mengetahui bahwa ia mempunyai putra, ia pasti berusaha menemukan Charlie sejak kematian istrinya. Tetapi ia tidak melakukannya, di samping itu aku yakin Lady Elize tidak memberi tahu kedatangan Jenny pada Earl,” jawab Angella, “Harga diri Earl yang tinggi tidak akan mengijinkannya memilih Danny sebagai pewarisnya. Ia akan memilih anaknya daripada keponakannya.”

“Sepertinya engkau sangat yakin dengan perkataanmu itu.”

“Aku telah mengenal baik keluarga yang berharga diri tinggi itu. Karena itu aku sangat yakin,” kata Angella.

“Aku mengerti,” Vladimer berdiri.

“Apa yang kaulakukan!?” tanya Angella panik ketika Vladimer mengangkat tubuhnya.

“Aku akan membawamu kembali ke kamarmu,” jawab Vladimer tenang.

“Aku bisa berjalan sendiri. Turunkan aku!” kata Angella.

“Jangan keras kepala. Aku tidak yakin engkau akan sampai di kamarmu dengan selamat setelah mendapat berbagai kejutan akhir-akhir ini,” kata Vladimer, “Sekarang lingkarkan saja tanganmu pada leherku.”

Angella menuruti keinginan Vladimer. Kemudian ia menyembunyikan wajahnya yang memerah di bahu Vladimer.

-----0-----



“Bagaimana keadaan Angella?” tanya Frederick ketika melihat Vladimer meninggalkan kamar adiknya.

“Ia baik-baik saja. Ia baru saja tertidur.”

“Apakah engkau berhasil?” tanya Oscar.

“Ia telah menceritakan segalanya kepadaku, tetapi aku tidak dapat memberi tahu kalian. Aku telah berjanji kepadanya,” kata Vladimer.

“Katakan saja kepada kami. Kami janji tidak akan membuka mulut,” kata Oscar mendesak.

“Jangan mendesaknya, Oscar. Seorang pria harus memegang teguh janjinya,” tegur Frederick.

“Tetapi…”

“Aku akan membujuknya agar ia mau bercerita kepada kalian juga,” kata Vladimer sambil menyembunyikan keraguannya.

Vladimer merasa ragu apakah ia berhasil membujuk Angella untuk menceritakan masalah ini kepada kakak-kakaknya. Ia telah mengalami kesulitan sewaktu mencoba membuat Angella menceritakan segala sesuatu tentang Charlemagne. Dan ia merasa kali ini akan jauh lebih sulit membujuk Angella agar mau menceritakan hal ini kepada kakak-kakaknya. Gadis itu telah menunjukkan sikapnya yang tidak mempercayai siapa pun selama bertahun-tahun.

Kini, pertanyaan yang muncul di benak Vladimer adalah apakah Angella benar-benar mempercayainya? Apakah Angella akan tidak mempercayainya lagi? Apakah Angella tetap akan mempercayainya bila ia membujuk gadis itu?

Terlalu besar resiko yang harus ditanggungnya. Ia tidak ingin kehilangan kepercayaan Angella yang sangat berharga itu. Tetapi ia juga tidak dapat membiarkan gadis itu terus menerus menyembunyikan kenyataan yang sebenarnya dari kakak-kakaknya.

Ia ingin membantu gadis itu, ia tidak ingin Angella menanggung sendiri beban itu. Selama empat tahun lebih, Angella menanggung kepedihan itu dengan penuh ketabahan.

Bertahun-tahun gadis itu memendam dirinya dalam kesedihan, dalam kedinginan hatinya. Ia ingin mengeluarkan gadis itu dari belenggu kesedihan yang membuat Angella berubah dari seorang anak pendiam yang ceria menjadi gadis cantik yang sangat pendiam dan dingin. Tetapi Vladimer juga menemui resiko bila ia ingin meruntuhkan dinding es yang menutupi hati gadis itu.

Ada kemungkinan Angella tidak menyukai pria setelah ia mengetahui apa yang terjadi pada sahabatnya, Jenny.

Dan itu telah terbukti. Gadis itu tidak pernah mau didekati pria baik itu tua maupun muda selain kakak-kakaknya dan ayahnya. Sikap gadis itu jauh lebih dingin kepada pria daripada kepada wanita. Gadis itu menutup dirinya dari semua pria.

Angella membuat semua pria merasa tertarik untuk menembus kedinginan hatinya. Tetapi tidak seorangpun dari mereka yang berhasil.

Danny yang selama ini terkenal sebagai pria yang sangat tampan juga tidak berhasil menembus kedinginan hati Angella. Walaupun banyak wanita yang ingin menjadi kekasih Danny, tetapi pria itu tidak berhasil menembus kedinginan hati Angella.

Frederick dan Oscar juga telah bercerita kepadanya mengenai segala tingkah Angella yang membuat semua pria merasa semakin tertarik untuk mencoba menundukkan kedinginan hatinya.

Mereka juga mengatakan bahwa Angella sering mendapat undangan jamuan, tetapi gadis itu selalu menolaknya. Tetapi tidak semua undangan bisa ditolaknya, ada beberapa undangan dari kawan Earl yang tidak bisa ditolak Angella.

Dalam menghadiri undangan yang tidak dapat ditolaknya itu, Angella selalu dikawal kedua kakaknya. Kedua kakaknya yang selalu berada di sisinya, membuat setiap pria berpikir berulang kali sebelum mendekatinya.

Semua orang tahu Frederick dan Oscar sangat menyayangi Angella. Mereka tidak akan membiarkan Angella didekati pria manapun.

Terlalu sulit membujuk kedua kakak Angella agar mau meninggalkan adiknya seorang diri bila mereka berada di luar Troglodyte Oinos.

Pernah pada suatu saat Angella terpaksa hadir dalam suatu jamuan seorang diri. Saat itu tidak ada seorangpun dari keluarganya yang dapat menghadiri jamuan itu selain dirinya. Mereka tidak dapat menolak undangan itu karena undangan itu berasal dari sahabat keluarga Earl.

Keluarga Arkt dan keluarga Tritonville telah bertahun-tahun bersahabat, sejak kakek moyang mereka. Turun temurun mereka telah menjalin persahabatan yang baik.

Untuk menjaga persahabatan yang telah berjalan lama itu, Angella terpaksa menghadiri jamuan makan malam yang diadakan keluarga itu.

Semua orang yang hadir di pesta itu terkejut melihat Angella datang sendiri tanpa kedua kakaknya.

Putra tertua Earl of Arkt, Hilbert menyambut Angella dengan sangat ramah, namun Angella menerima sambutan itu dengan sikap yang sangat dingin.

Selama perjamuan itu, Hilbert tidak pernah beranjak dari sisi Angella. Ia berusaha memanfaatkan kesempatan itu sebaik-baiknya untuk meruntuhkan kedinginan hati Angella.

Semua pria lainnya yang hadir di dalam perjamuan itu merasa iri pada Hilbert. Mereka mengira Angella membukakan hatinya yang dingin itu bagi Hilbert. Namun ternyata mereka salah.

Ketika jamuan itu selesai, mereka menuju ke Ruang Duduk. Saat itu Hilbert dengan sengaja memasang musik waltz yang lembut. Setelah itu pria itu tanpa berkata apa-apa menarik tangan Angella ke lantai dansa.

Saat itu Angella masih duduk bersama wanita-wanita yang lain. Ia memainkan gelas yang berisi anggur di tangannya sambil mendengarkan para wanita itu bercakap-cakap.

Ketika tangan Hilbert menyentuh tangannya, Angella tanpa berkata apa-apa segera menyiramkan anggur yang berada di tangannya itu.

Semua yang hadir terkejut dengan sikap Angella. Mereka hanya dapat memandang tanpa melakukan apa-apa melihat Hilbert marah-marah terhadap perlakuan Angella yang kasar itu.

“Wanita macam apa engkau ini! Tidak tahu sopan santun, seenaknya menyiramkan anggur ke wajah orang,” kata Hilbert sambil menyeka wajahnya yang basah.

Angella dengan tenang meletakkan gelas itu di meja yang berada di dekatnya dan berkata, “Lebih tidak sopan seorang pria yang memaksakan kehendaknya kepada wanita.”

Hilbert segera terdiam mendengar kata-kata Angella yang tenang namun dingin dan tajam itu.

Tanpa mempedulikan apa yang telah dilakukannya, Angella meninggalkan Ruang Duduk.

Ia mengucapkan terima kasih atas jamuan makan malam itu kepada Earl of Arkt kemudian meninggalkan rumah itu bersama Thompson yang terus menantinya sejak mereka tiba.

Ketika Earl of Tritonville mengetahui apa yang telah dilakukan putrinya dalam jamuan itu, ia menasehati Angella untuk bersikap lebih sopan bila ia hendak menolak ajakan seseorang.

“Ia pantas mendapatkan itu, Papa. Agar ia tidak berbuat seenaknya lagi kepadaku,” kata Angella dengan tenang.

Earl dan Countess hanya dapat menasehati Angella, tetapi mereka tidak dapat membuat Angella merasa menyesal pada tindakannya itu.

Sikap Earl dan Countes ketika mengetahui kejadian dalam jamuan itu berlainan dengan Frederick dan Oscar. Kedua kakak Angella sangat menyetujui tindakan adiknyai tu. Mereka memuji Angella yang menurut mereka berbuat yang seharusnya.

Hilbert sejak kejadian itu berusaha dengan keras untuk menundukkan kedinginan hati Angella. Tetapi ia tidak pernah berhasil bahkan hingga saat ini ia tidak berhasil membuat Angella mengeluarkan sepatah katapun bila mereka bertemu.

Sikap Angella pada putra tertuanya tidak membuat Earl of Arkt memutuskan tali persahabatan kedua keluarga itu.

Bahkan Earl of Arkt menyetujui sikap Angella pada putra tertua mereka yang telah berbuat tidak sopan kepada dirinya.

Terlalu banyak resiko yang harus diambil Vladimer bila ia ingin mengeluarkan Angella dari kesedihan yang telah mengurung dirinya.

Ia tidak bisa membuat gadis itu terus menutup hatinya dari dunia luar. Ia tidak bisa membiarkan Angella terus tidak mempercayai orang lain. Tetapi ia tidak ingin membuat gadis itu menjauhinya apalagi membencinya seperti gadis itu membenci keluarga Earl of Wicklow.

“Baiklah. Kami akan memberikan kesempatan kepadamu untuk berdua dengan Angella agar engkau bisa dengan leluasa berbicara kepadanya,” kata Frederick.

Hari-hari berikutnya Angella tetap tidak diijinkan meninggalkan kamarnya oleh kedua kakaknya walau telah dilarang oleh kedua orang tua mereka.

Frederick menepati kata-katanya. Ia sering membiarkan Angella dan Vladimer berdua. Setiap hari ia dan Oscar berusaha mengalihkan perhatian Charlie dari Angella.

Countess dan Nanny juga semakin jarang menemani Angella ketika mereka mengetahui gadis itu semakin dekat dengan Vladimer. Mereka menduga kedua insan itu sedang jatuh cinta. Mereka berusaha memberi kesempatan kepada kedua insan itu untuk berdua tanpa mengetahui bahwa mereka telah membantu Frederick dan Oscar juga Vladimer sendiri.

“Aku pernah melihatmu membawakan bunga untukku ketika aku sakit,” kata Angella mengejutkan Vladimer yang datang diam-diam dengan membawa sekeranjang bunga di tangannya.

“Maaf aku membuatmu terbangun,” kata Vladimer.

“Tidak apa-apa, aku tidak dapat tidur sejak tadi,” kata Angella.

“Mengapa engkau tidak tidur? Bukankah dokter berpesan engkau harus beristirahat,” kata Vladimer memarahi Angella.

“Aku sudah sembuh. Mengapa aku harus beristirahat sepanjang hari dan tidak boleh meninggalkan kamar ini?” kata Angella.

“Suhu tubuhmu kemarin malam tinggi sekali,” kata Vladimer mengingatkan Angella akan keadaannya pada malam sebelumnya.

“Tetapi suhu tubuhku sudah turun,” protes Angella.

“Kakak-kakakmu mengkhawatirkanmu.”

“Aku merasa mereka marah kepadaku karena itu aku tidak boleh meninggalkan kamar.”

Vladimer tersenyum melihat Angella yang sedang marah. “Mereka tidak pernah marah padamu, mereka sangat menyayangimu.”

“Aku yakin mereka marah padaku karena aku hanya bercerita kepadamu.”

“Karena itu biarkanlah mereka mengetahui semuanya,” bujuk Vladimer.

“Jangan membujukku, engkau telah berjanji,” kata Angella.

“Jangan cemberut, aku tidak suka melihat wajahmu yang seperti itu.”

“Bila engkau tidak suka, maka silakan pergi,” kata Angella tajam.

“Jangan bersikap dingin seperti itu kepadaku. Aku lebih menyukai keramahanmu.”

“Mengapa engkau tetap berada di sini bila engkau tidak suka?” tanya Angella.

Vladimer memberikan keranjang bunga itu kepada Angella. “Karena aku belum memberikan bunga ini kepadamu,” kata pria sambil tersenyum meletakkan keranjang bunga itu di pangkuan Angella.

“Engkau telah memberikannya kepadaku. Sekarang engkau boleh pergi bila engkau tidak suka,” kata Angella tanpa mengurangi ketajaman kata-katanya.

“Aku senang berada di sisimu. Walaupun engkau bersikap dingin kepadaku,” kata Vladimer, kemudian ia duduk di sisi Angella untuk menunjukkan kepada gadis itu kesungguhan kata-katanya.

Angella merasa malu mendengar keterusterangan Vladimer. “Mengapa engkau tidak membawakan bunga yang seperti waktu itu?” katanya mengalihkan topik.

“Karena aku percaya engkau lebih menyukai merangkai bunga sendiri daripada bunga yang dirangkaikan oleh Nanny.”

“Bunga yang waktu itu Nanny yang merangkainya?”

Vladimer menganggukan kepala. “Apakah engkau menyukai bunga itu?”

“Aku menyukainya. Apakah engkau yang memetik bunga ini?”

“Bukan. Bukan aku. Sejujurnya aku tidak mengerti tentang bunga. Kakak-kakakmu dan Charlie yang memetiknya untukmu.”

“Katakan kepada mereka aku menyukai bunga ini.”

Vladimer memperhatikan Angella yang sibuk menata bunga. Dengan tekun, Angella membuang bagian bunga yang tak diperlukan dan mengumpulkannya di keranjang itu. Kemudian merangkai bunga itu di jambangan di sampingnya. Ia tampak terhanyut dalam kesibukannya.

“Mengapa engkau memandangku seperti itu?” tanya Angella ketika menyadari Vladimer tengah memperhatikannya.

“Tidak apa-apa. Aku hanya ingin tahu bagaimana engkau bisa membangun dinding es yang sangat tebal di sekeliling kehangatan hatimu.”

“Bagaimana engkau dapat mempercayai bahwa aku tidak sedingin yang mereka katakan?” tanya Angella.

“Karena aku telah melihat kehangatanmu itu.”

“Engkau akan menyesal bila mengetahui bahwa engkau salah,” kata Angella memperingatkan Vladimer.

“Aku tidak mungkin salah. Sebelum engkau menceritakan hal itu kepadaku, aku telah menduga engkau mendirikan dinding es di sekeliling kelembutan hatimu,” kata Vladimer sambil tersenyum memandang Angella.

Angella merasa salah tingkah melihat senyuman Vladimer. “Engkau sendiri juga terkenal akan kedinginan sikapmu.”

“Ya, engkau benar. Tetapi aku berbeda denganmu. Aku bersikap dingin bukan karena aku membangun dinding es sepertimu tetapi karena aku tidak ingin mereka mendekatiku,” kata Vladimer.

“Aku tak mengerti,” kata Angella.

“Aku tidak ingin didekati wanita manapun karena itu aku bersikap dingin kepada mereka. Aku berpikir bila aku bersikap seperti itu, mereka dengan sendirinya akan menjauhiku dan itu telah terbukti kebenarannya,” kata Vladimer.

“Bagaimana dengan kawan-kawanmu?” tanya Angella.

“Aku tidak tahu,” jawab Vladimer.

“Itu berarti engkau bersikap dingin bukan karena engkau tidak ingin didekati mereka tetapi karena engkau memang dingin,” kata Angella.

“Mungkin engkau benar.”

“Apakah engkau mengetahui bahwa Mama dan Nanny menduga kita saling mencintai?”

“Aku tidak tahu. Dari mana engkau tahu?”

“Mata mereka yang mengatakannya. Bila mereka tahu yang sebenarnya, tentu mereka akan kecewa.”

“Mereka benar,” kata Vladimer.

Angella terkejut mendengar penyataan Vladimer. “Apa yang kaukatakan? Apakah engkau…? Jangan bercanda, tidak mungkin itu benar,” kata Angella mengelengkan kepala antara percaya dan tidak, antara senang dan bingung.

“Lupakan saja yang kukatakan,” kata Vladimer sedih melihat reaksi Angella. “Apakah engkau telah menemukan cara untuk mengajak Charlie mengunjungi neneknya?”

“Belum. Aku tidak akan pernah dapat mengajak Charlie bila Frederick dan Oscar tidak mengijinkanku keluar kamar,” kata Angella dengan sedih.

“Menurutku, engkau lebih baik memberi tahu mereka. Mereka akan mengijinkanmu bila mereka tahu,” saran Vladimer.

Angella merenungkan saran Vladimer. “Baiklah, aku menceritakan semuanya kepada mereka dan Charlie malam ini di gereja samping rumah bukan di sini.”

“Mengapa tidak di kamar ini?” tanya Vladimer tak mengerti.

“Karena aku tidak ingin orang lain turut mendengarkan.”

“Mengapa?” tanya Vladimer tetap tak mengerti.

“Kejadian tragis yang menimpa Jenny ini bukan cerita yang patut disebarkan,” kata Angella tajam.

Vladimer tersenyum mendengar Angella. “Baiklah, aku akan memberi tahu mereka. Mereka pasti senang bila mendengar hal ini.”



*****Lanjut ke chapter 15

No comments:

Post a Comment