Sunday, May 13, 2007

Gadis Misterius-Chapter 15

Setelah melalui perjalanan panjang dan melelahkan, akhirnya mereka memasuki kota Xoechbee.

Sesaat setelah mereka meninggalkan Obbeyville, cuaca masih terang. Tetapi beberapa saat kemudian hujan deras terus menerus menganggu perjalanan mereka ditambah lagi keadaan Princess Minerva yang semakin memburuk.

Selama beberapa kali, Mrs. Vye menghentikan kereta di penginapan dan memaksa Princess Minerva untuk tinggal beberapa hari tetapi Princess Minerva selalu menolaknya.

Princess Minerva bersikeras segera pergi ke Xoechbee tanpa menjelaskan apa-apa kepada Mrs. Vye maupun kepada Eido. Hanya hujan deraslah yang membuat Princess Minerva terpaksa membatalkan perjalanan panjangnya. Kadang-kadang keadaan Princess Minerva terus memburuk sehingga gadis itu menjadi sangat lemah.

Saat itulah Mrs. Vye memanfaatkan keadaan untuk berhenti dan menginap selama beberapa hari di penginapan yang mereka temui hingga Princess Minerva pulih kembali.

Bila Princess Minerva mulai pulih, Mrs. Vye tidak segera memutuskan untuk berangkat walaupun Princess Minerva telah memaksanya.

Princess Minerva tidak dapat berbuat apa-apa. Ia tahu kondisinya semakin memburuk karena udara yang dingin dan terus berubah. Mantel tebal yang dibawa Mrs. Vye untuk mencegahnya jatuh sakit karena udara dingin bila hari hujan juga tidak membantu apa-apa. Dengan semakin melemahnya tubuh Princess Minerva, perjalanan berjalan semakin lambat.

Perjalanan yang biasanya dapat ditempuh selama beberapa hari kini menjadi berminggu-minggu karena banyaknya halangan yang harus mereka hadapi.

Bahkan ketika mereka memasuki Xoechbee, halangan itu tetap ada. Hujan deras mengguyur bumi ketika mereka memasuki Xoechbee.

Ketika menyadari kereta telah memasuki Xoechbee, Princess Minerva berkata perlahan kepada Mrs. Vye, “Tolong antarkan saya ke Istana Plesaides.”

Mrs. Vye terkejut tetapi ia tidak bertanya apa-apa kepada Maria. Ia berteriak mengalahkan gemuruh hujan deras, “Ke Istana Plesaides, Eido.”

Mrs. Vye tahu Eido pasti sama terkejutnya dengan dirinya.

Selama perjalanan, Mrs. Vye telah banyak menceritakan mengenai Maria kepada Eido. Dan seperti penduduk Obbeyville, pria itu juga mengagumi gadis itu.

Mrs. Vye menatap Princess Minerva yang tampak sangat pucat dan mulai menebak diri gadis itu yang sebenarnya. Mrs. Vye telah membaca berita hilangnya Princess Minerva di koran dan ia mulai menduga Marialah sang putri yang hilang itu.

Semua yang ada pada gadis itu sangat tepat bila ia adalah seorang putri, kecantikkan, keanggunan, keramahan serta kepandaian Maria, kecuali satu hal, kepandaian memasak gadis itu dan mengurus rumah. Kepandaian memasak Maria membuat Mrs. Vye kembali berpikir apakah benar Maria adalah putri yang hilang itu.

Terlalu janggal bagi Mrs. Vye bila Maria sebagai seorang putri yang tak pernah kekurangan pelayan dapat memasak dan melakukan pekerjaan lainnya yang tak sesuai dengan kedudukannya seperti menata rumah.

Hal itu telah terbukti. Selama berada di Obbeyville, Maria telah menunjukkan kepandaiannya menata rumah.

Selama berada di Obbeyville, Maria tidak diam saja melihat Sidewinder House yang sepi. Gadis itu meramaikan suasana di dalam Sidewinder House dengan bunga-bunga musim panas. Di beberapa ruangan gadis itu telah melakukan perubahan yang membuat ruangan itu jauh lebih menarik dari keadaan semula. Gadis itu juga merubah penampilan halaman Sidewinder House menjadi lebih menarik.

Mrs. Vye benar-benar kebingungan. Terlalu banyak hal yang membingungkan pada diri gadis itu bahkan sejak ia menemukan gadis itu.

Ketika kereta berhenti setelah beberapa saat mengelilingi Xoechbee untuk menemukan Istana Plesaides, Mrs. Vye tahu segalanya akan menjadi jelas.

Mrs. Vye menanti di dalam kereta tetapi tidak terjadi apa-apa.

Mrs. Vye mulai merasa cemas. Setelah tak sabar menanti akhirnya ia memutuskan untuk turun. Setelah menutupi tubuh Princess Minerva yang bersandar lemah pada sisi kereta, ia turun.

Tanpa mempedulikan hujan yang menerpa tubuhnya, ia segera menemui Eido yang tengah berdebat bersama dua orang prajurit yang menjaga pintu gerbang.

“Ada apa, Eido?” tanya Mrs. Vye.

“Mereka tidak mengijinkan kita memasuki Istana, Mrs. Vye,” jawab Eido.

“Mengapa kalian tidak mengijinkan kami masuk dan menemui Raja?” tanya Mrs. Vye pada kedua prajurit itu.

“Kami bertugas menghadang semua orang yang tidak dikenal yang ingin memasuki Istana,” jawab salah satu prajurit itu.

“Biarkan kami masuk dan menemui Raja. Ini penting sekali,” kata Mrs. Vye bersikeras.

Prajurit yang tadi menjawab pertanyaan Mrs. Vye berkata, “Katakan dulu kepada kami urusan apa?”

“Kami harus menemui Raja sekarang juga,” kata Eido ikut-ikutan berbantah.

Prajurit yang satunya berkata dengan sabar, “Kami bertugas untuk menjaga pintu gerbang ini karena itu kami tidak dapat menjaga siapapun yang ingin memasuki Istana tanpa tujuan yang jelas.”

“Kami membawa Princess,” kata Mrs. Vye.

Jawaban Mrs. Vye mengejutkan ketiga pria itu. Suasana menjadi hening hingga tawa prajurit yang tadi berbantah dengan Mrs. Vye memecahkan keheningan itu.

“Princess kami hilang bagaimana kalian dapat menemukannya? Tunjukkan dulu buktinya kepada kami,” kata prajurit itu.

Mrs. Vye mulai marah, “Princess sekarang berada di kereta. Cepat ijinkan kami masuk karena ini menyangkut nyawa Princess kalian. Bila terjadi sesuatu pada Princess, kalianlah yang akan disalahkan.”

“Maafkan kelancangan saya tetapi teman saya benar, kami tidak dapat melakukan apa-apa bila Anda tidak dapat menunjukkan buktinya kepada kami,” kata prajurit yang lebih muda dan lebih sabar itu.

“Princess berada di ambang kematian tetapi kalian masih tidak mengijinkan kami menemui Raja,” kata Mrs. Vye marah.

“Maafkan kami, kami hanya menjalankan tugas,” kata prajurit yang sabar itu lagi.

“Baiklah,” kata Mrs. Vye sambil melangkah ke kereta.

Mrs. Vye merasa ragu apakah benar Maria adalah Princess yang hilang itu. Walaupun ia telah berulang kali menyebut Maria sebagai Princess, tetapi ia sebenarnya merasa ragu apakah itu benar.

“Apakah di luar hujan lagi?” tanya Princess Minerva lirih ketika ia melihat Mrs. Vye memasuki kereta dengan tubuh yang basah.

“Ya, Maria. Musim gugur selalu dipenuhi hujan,” kata Mrs. Vye.

Nada bicara Mrs. Vye yang seperti orang baru bertengkar hebat membuat Princess Minerva bertanya, “Ada apa, Mrs. Vye?”

Untuk sesaat Mrs. Vye ragu-ragu tetapi akhirnya ia berkata, “Mereka tidak mengijinkan kita masuk.”

Princess Minerva tersenyum lemah selemah gerakan tangannya yang menyentuh kalungnya. Setelah melepas kalung itu, Princess Minerva menyerahkannya kepada Mrs. Vye.

“Mintalah kepada penjaga-penjaga itu untuk menunjukkan kalung ini pada Pangeran Alcon,” kata Princess Minerva.

Mrs. Vye menerima kalung itu dengan ragu-ragu.

Princess Minerva menyadari keragu-raguan itu dan berkata, “Tolonglah, Mrs. Vye.”

Mrs. Vye membawa kalung itu di tangannya dan menemui prajurit-prajurit itu.

“Princess meminta kalian menunjukkan kalung ini pada Pangeran,” kata Mrs. Vye sambil menunjukkan kalung itu.

Prajurit yang kasar itu tertawa.

Temannya yang lebih sabar menegurnya, “Jangan tertawa!”

“Mengapa aku tidak boleh tertawa? Lucu sekali menunjukkan bukti dengan seuntai kalung yang bisa didapatkan siapa saja di manapun.”

“Princess berkata seperti itu dan engkau meragukannya,” kata Eido.

“Maafkan temanku. Ia memang seperti itu,” kata prajurit yang lebih sabar.

“Apakah aku salah bila bersikap seperti ini?” tanya prajurit yang satunya.

Prajurit yang lebih sabar mengacuhkannya dan berkata kepada Mrs. Vye, “Saya akan membawa kalung itu dan menunjukkannya pada Pangeran Alcon.”

Teman prajurit itu tertawa lagi, “Bagaimana bila gadis yang dikatakan wanita ini bukan Princess?”

“Itu adalah urusan nanti. Sekarang aku hanya melakukan apa yang harus kulakukan,” kata prajurit itu sambil menerima kalung itu.

Sebelum temannya berkata apa-apa, prajurit itu membuka pintu gerbang yang tinggi dan besar itu dan berlari memasuki halaman Istana yang luas.


-----0-----



Suasana di Ruang Tahta terasa sangat sunyi dan mencekam.

Semua yang ada di sana tampak termenung memikirkan sesuatu.

“Apakah tidak ada kabar?” tanya Pangeran Alcon.

Menteri Dalam Negeri yang ditanya berkata, “Hingga saat ini belum ada kabar mengenai Princess, Pangeran.”

“Sudah hampir empat bulan berlalu tetapi mengapa masih belum ada kabar,” kata Pangeran dengan cemas.

“Maafkan saya, Pangeran. Saya telah memerintahkan beberapa orang untuk mencari Princess di sekitar Death Rocks tetapi hingga kini kami belum menemukannya. Kami juga telah mencarinya ke sekitar Foentza tetapi tetap tak dapat menemukan Princess.”

“Bagaimana perkembangan terakhir usaha pencarian itu?” tanya Raja.

“Hingga saat ini saya telah mengirim banyak orang dan banyak pula bantuan dari masyarakat yang ingin menemukan Princess tetapi tetap saja Princess belum ditemukan,” jawab Menteri Dalam Negeri.

“Apakah engkau telah mencari di sekitar Death Rocks terutama di bawah tebing itu?” tanya Pangeran.

“Saya telah mencari Princess di bawah Death Rocks hingga jarak yang memungkinkan sebagai tempat jatuhnya Princess,” jawab Menteri Dalam Negeri. “Tetapi Pangeran….”

“Tetapi apa, Kendsley?” tanya Pangeran Alcon tak sabar.

“Menurut saya, sangat kecil sekali kemungkinan Princess masih hidup. Death Rocks sangat curam dan terjal selain itu tempat itu sangat tinggi. Mustahil Princess masih selamat setelah jatuh dari tebing yang sangat curam itu.”

“Tidak mungkin!” seru Pangeran, “Bila Minerva telah meninggal, kita pasti masih dapat menemukan jasadnya tetapi hingga kini kita tidak menemukan apa-apa selain kuda-kuda yang mati itu dan kereta yang hancur. Minerva masih hidup. Ia pasti masih hidup, aku yakin itu.”

“Alcon, apa yang dikatakan Kendsley ada benarnya. Mustahil Minerva masih hidup setelah jatuh dari tebing yang tinggi itu. Mrs. Wve sendiri telah mengatakan Minerva terlempar terluar dari kereta dan ia sempat melihat Minerva jatuh ke bawah,” kata Raja.

“Tidak mungkin, Papa. Minerva pasti masih hidup. Apakah Papa percaya Minerva telah meninggal?”

Raja berkata sedih, “Aku juga tidak percaya, tetapi hal itu mungkin saja. Sangat mustahil Minerva masih hidup, mengingat tebing itu sangat curam.”

“Bagaimana dengan Mama, apakah Mama percaya Minerva masih hidup?”

“Mama tidak tahu, Alcon. Mama ingin mempercayai Minerva masih hidup tetapi Kendsley benar tidak mungkin Minerva masih hidup. Mama tidak mengharapkan Minerva telah meninggal tetapi bila benar itu yang terjadi, kita tidak dapat berbuat apa-apa, Alcon, selain menerimanya,” kata Ratu tak kalah sedihnya dengan Raja.

“Tidak, Minerva masih hidup. Aku tidak akan percaya Minerva telah meninggal sampai aku bertemu kembali dengannya. Aku yakin Minerva masih hidup di suatu tempat,” kata Pangeran melawan pendapat semua orang yang ada di ruangan itu.

“Alcon!” tegur Ratu.

“Maafkan aku, Mama. Tetapi aku tidak akan pernah percaya Minerva telah meninggal sebelum aku melihat jasadnya. Aku percaya Minerva masih hidup.”

Pangeran berjalan mondar-mandir di ruangan itu dan hampir menabrak seorang prajurit yang memasuki ruangan itu dengan terburu-buru.

Prajurit itu berlutut di depan Raja yang duduk di kursi kebesarannya dan hendak berkata sesuatu tetapi Pangeran telah mendahuluinya.

“Tidak perlu terlalu formal. Katakan apa yang hendak kaulaporkan,” kata Pangeran tegas.

“Seorang dari penjaga gerbang meminta ijin untuk bertemu,” kata prajurit itu.

“Apakah terjadi sesuatu di luar?” tanya Raja.

“Maafkan saya, saya tidak mengetahuinya.”

Pangeran mengambil tindakan lebih dulu, “Suruh dia masuk.”

“Baik.”

Sesaat setelah kepergian prajurit itu, seorang prajurit yang berbaju basah memasuki Ruang Tahta.

Sekali lagi sebelum prajurit itu berkata apa-apa, Pangeran Alcon mendahuluinya, “Tidak perlu bersikap formal dan segera katakan apa yang hendak kaulaporkan.”

“Alcon!” tegur Ratu.

“Maaf, Mama. Aku benar-benar merasa gila karena hilangnya Minerva,” kata Pangeran.

“Itulah yang hendak saya laporkan, Pangeran. Di luar ada seorang wanita tua yang bersikeras masuk, katanya ini menyangkut hidup matinya Princess,” kata prajurit itu hati-hati.

Semua orang terkejut mendengar perkataan prajurit itu.

“Katakan sekali lagi,” kata Pangeran tak percaya.

“Di luar ada seorang wanita tua yang mengaku membawa Princess,” ulang prajurit itu.

“Apakah engkau yakin ia adalah Princess?” tanya Menteri Dalam Negeri.

“Saya tidak tahu. Tetapi wanita itu berkata Princess meminta saya untuk menunjukkan kalung ini kepada Pangeran,” kata prajurit itu sambil mengangkat kalung itu.

Leontin kalung yang berbentuk hati itu terayun-ayun dan berkilauan tertimpa sinar yang memenuhi ruangan itu. Melalui rantainya yang halus, air dari tangan prajurit itu menetes hingga menyentuh lantai. Air itu terus menetes seperti air mata.

Semua orang memandang kalung yang terayun-ayun itu tanpa ada yang berkata apa-apa.

Pangeran Alcon membelalak terkejut. Ia mengambil kalung itu dari tangan prajurit itu dan mengamatinya.

“Tidak salah lagi ini kalung yang kuberikan pada Minerva pada ulang tahunnya yang kedelapan belas,” kata Pangeran dengan penuh semangat.

“Apakah engkau yakin, Alcon?” tanya Raja.

“Aku yakin sekali, Papa. Kalung ini hanya ada satu di dunia. Kalung ini dibuat khusus untuk Minerva. Di mana mereka?” tanya Pangeran.

“Mereka di luar gerbang, Pangeran.”

Pangeran menggenggam kalung itu dan berlari meninggalkan Ruang Tahta.

Sesaat sebelum ia mencapai pintu, Raja bertanya, “Engkau hendak ke mana, Alcon?”

“Aku ingin menemui Minerva.”

Pangeran terus berlari tanpa menghiraukan prajurit dan pelayan yang terkejut melihatnya berlari seperti orang yang dikejar setan.

Pangeran Alcon juga tak menghiraukan hujan yang menerpa tubuhnya. Ia terus berlari menembus hujan.

Kemunculan Pangeran yang mendadak dengan tubuh basah kuyup membuat tiga orang yang menanti di gerbang, kebingungan dan terkejut.

Mrs. Vye terkejut melihat seorang pria yang mirip dengan Maria muncul dengan berlari-lari dan terus berlari ke kereta tanpa menghiraukan mereka yang terpaku di tempatnya.

Pangeran Alcon membuka kereta dan melihat adiknya tersenyum lemah padanya.

“Minerva!” seru Pangeran girang.

“Aku pulang, Al,” kata Princess Minerva lirih sambil tersenyum lemah.

Pangeran memasuki kereta dan saat itulah ia menyadari keadaan adiknya.

Napas Princess Minerva terputus-putus, seperti orang yang berada di ambang maut. Rambut yang menutupi wajahnya yang pucat, tidak bersinar lagi. Mata Princess Minerva memandang lemah pada kakaknya seakan-akan ia kehilangan tenaganya untuk membuka mata.

“Engkau pucat sekali,” kata Pangeran Alcon, “Aku lupa engkau tidak tahan udara dingin. Pasti perjalanan ini membuatmu jatuh sakit.”

Pangeran Alcon mengangkat tubuh Princess Minerva yang lemah dan membawanya meninggalkan kereta.

Princess Minerva merasa lelah. Ia telah berusaha keras agar lekas sampai di Istana Plesaides dan kini setelah ia sampai, ia merasa tidak bertenaga lagi. Semua tenaganya telah digunakannya untuk mempertahankan dirinya agar tidak pingsan selama perjalanan. Kelelahan dan kelegaan yang menerpa tubuhnya membuat Princess Minerva jatuh pingsan saat Pangeran membawanya meninggalkan kereta.

Pangeran kembali berlari tanpa mempedulikan ketiga orang yang masih terkejut. Pangeran berlari menembus hujan sambil melindungi tubuh adiknya dari tetesan hujan dengan tubuhnya sendiri.

Pangeran terus berlari ketika ia melihat Raja dan Ratu serta beberapa orang berjalan di halaman dengan payung besar yang melindungi mereka dari hujan deras.

“Sekarang engkau akan ke mana?” tanya Raja.

“Aku akan membawa Minerva ke kamarnya,” kata Pangeran sambil terus berlari meninggalkan sekelompok orang yang terkejut dengan jawabannya itu.

Seluruh Istana gempar dengan munculnya putri mereka.

Ratu dan Mrs. Wve menangis gembira ketika mendengar putri mereka yang hilang telah kembali. Mungkin tidak hanya Ratu dan Mrs. Wve saja yang menangis gembira tetapi juga beberapa pelayan yang menyayangi Princess Minerva.

Dalam waktu singkat seluruh Istana disibukkan oleh keadaan Princess Minerva yang parah. Sebagian bingung mencari dokter, sebagian lagi bingung membuat Princess Minerva merasa hangat.

Raja memerintahkan untuk membawa Mrs. Vye dan Eido masuk setelah melihat putranya membawa adiknya masuk ke dalam Istana.

Kedua orang itu terkejut ketika mengetahui Maria benar-benar Princess yang hilang itu terutama Mrs. Vye. Tetapi kebingungan wanita itu masih belum hilang semuanya. Ia masih tidak mengerti mengapa Princess Minerva memiliki banyak kepandaian yang sangat tidak sesuai dengan kedudukannya sebagai seorang putri raja.

Pelayan-pelayan Istana menyambut Mrs. Vye dan Eido dengan penuh suka cita. Mereka membawakan baju ganti bagi kedua orang itu dan menyuruh mereka mengganti baju mereka yang basah.

Prajurit yang semula berbantah dengan Mrs. Vye dan prajurit yang menunjukkan kalung Princess Minerva pada Pangeran terkejut ketika mengetahui berita itu seperti halnya Mrs. Vye yang menyadari Maria adalah putri yang hilang itu.

Tadi sewaktu berdiri di depan pintu gerbang sambil menanti prajurit yang membawa masuk kalung Maria, ia sempat memperhatikan wajah Istana. Istana itu tampak seperti Istana negeri dongeng dengan dindingnya yang putih dan halamannya yang luas dan indah. Beberapa ujung menara yang runcing tampak bersinar setiap kali ada petir yang menggelegar di langit. Bendera yang berkibar-kibar di ujung menara itu basah oleh air hujan demikian pula patung-patung yang menghiasi halaman Istana.

Dengan tersebarnya kabar bahwa Princess Minerva telah kembali, Mrs. Vye merasa senang karena telah membuat prajurit yang kasar itu menjadi merasa malu. Mrs. Vye tidak menyukai prajurit kasar itu, ia lebih menyukai prajurit satunya yang sabar.

Setelah mengganti gaunnya yang basah dan menghangat dirinya, Mrs. Vye dibawa pelayan menemui Princess Minerva di kamarnya.

Mrs. Vye terpesona pada kamar Princess Minerva yang luas.

Saat Mrs. Vye memasuki ruangan itu, ia mencium bau harumnya bunga dan saat ia berada di dalam, barulah ia menyadari bau harum itu berasal dari bunga-bunga yang memenuhi ruangan yang luas itu.

Udara di ruangan itu hangat. Api di perapian yang besar, menyala dan menimbulkan bunyi kayu yang terbakar. Sofa yang indah dan antik dengan mejanya yang tak kalah indahnya terletak di depan perapian menambah indahnya ruangan itu. Sofa itu terlihat sangat nyaman bila diduduki. Sebuah jendela panjang menghubungkan ruangan itu dengan serambi. Tirai putih yang panjang menutupi jendela itu sehingga Mrs. Vye tidak dapat melihat keadaan serambi itu.

Tetapi Mrs. Vye dapat menebak serambi itu juga tampak indah dengan pemandangannya yang indah pula.

Piano putih yang berada di dekat jendela menarik perhatiannya. Piano itu tampak antik dan anggun. Sebuah bangku yang indah berada di depan piano itu.

Seorang wanita yang setua diri Mrs. Vye muncul dari balik sebuah pintu yang berada di dalam ruangan tempatnya berdiri. Wanita itu menghampirinya dan berkata, “Terima kasih Anda telah membawa kembali putri kami.”

Mrs. Vye menggelengkan kepalanya, “Tidak, bukan saya yang membawa Princess. Ia sendirilah yang membawa dirinya kembali ke Istana, saya hanya mengikutinya.”

“Saya pengasuh Princess Minerva, Mrs. Wve,” kata wanita itu.

“Saya Mrs. Vye,” kata Mrs. Vye memperkenalkan dirinya.

“Andakah yang merawat Princess selama ini?” tanya Mrs. Wve.

Mrs. Vye menganggukkan kepalanya.

“Terima kasih Anda telah merawat Princess dengan baik. Saya tidak tahu harus berkata apa selain itu. Saya benar-benar berterima kasih karenanya.”

“Jangan berkata seperti itu. Saya tidak dapat menjaga Princess dengan baik buktinya sekarang ia jatuh sakit,” kata Mrs. Vye.

“Tidak apa-apa. Princess memang tidak tahan dengan udara dingin, tidak ada yang menyalahkan Anda. Saya tetap berterima kasih pada Anda.”

Pangeran muncul dari balik pintu yang sama dengan pintu tempat munculnya Mrs. Wve.

Pangeran tersenyum pada Mrs. Vye dan berkata, “Saya berterima kasih atas bantuan Anda. Anda telah menjaga Minerva dengan baik.”

Mrs. Vye melihat kemiripan senyum Pangeran dengan Maria dan ia membalas senyuman itu, “Anda terlalu melebihkan.”

“Silakan bila Anda ingin menemui Minerva. Setelah itu saya mengharapkan kedatangan Anda di Ruang Tahta. Kami membutuhkan keterangan Anda,” kata Pangeran.

“Baik,” jawab Mrs. Vye.

Pangeran tersenyum lagi. “Tolong kauantarkan Mrs. Wve.”

“Baik, Pangeran,” kata Mrs. Wve.

Setelah Pangeran meninggalkan ruangan itu, Mrs. Wve membawa Mrs. Vye memasuki ruangan tempat terbaringnya Princess Minerva.

“Apakah pria itu adalah Pangeran Alcon?” tanya Mrs. Vye.

“Ya, ia kakak Princess.”

“Ia mirip sekali dengan Princess.”

“Tentu saja, mereka bersaudara,” kata Mrs. Wve.

Sekali lagi Mrs. Vye terpesona pada ruangan tempatnya berada.

Seperti ruangan sebelumnya, ruangan itu terus memanjang hingga ke serambi. Antara serambi dan ruangan itu juga terpisah oleh jendela panjang yang bertirai putih tipis.

Tepat di tengah ruangan itu ada sebuah tempat tidur antik yang besar yang bertiang emas. Tirai-tirai putih yang menutupi tempat tidur itu menyentuh permadani hijau cerah yang menutupi lantai di sekitar tempat tidur. Di setiap kaki tiang-tiang emas itu terletak sebuah pot bunga yang berisi berbagai macam bunga. Tidak hanya di kaki tiang itu saja yang dihiasi bunga tetapi hampir di setiap sudut kamar itu. Sebuah meja rias yang juga terlihat indah dalam keantikkannya terletak tidak jauh dari tempat tidur. Di sampingnya berdiri sebuah almari besar. Selain benda-benda itu dan pot-pot yang penuh berisi bunga, di ruangan itu tidak ada apa-apa lagi sehingga ruangan itu tampak lebih luas dari yang sebenarnya.

Mrs. Wve dan Mrs. Vye mendekati tempat tidur yang terletak tepat di tengah ruangan itu.

Mrs. Wve menyingkap tirai itu.

Mrs. Vye terkejut melihat seorang gadis yang hampir tidak dapat dikenalinya sebagai Maria yang telah tinggal bersamanya selama lebih dari tiga bulan di Obbeyville, tengah terbaring di sana.

Wajah Princess Minerva tampak pucat sekali, jauh lebih pucat dari saat Mrs. Vye menemukannya. Rambutnya yang panjang berserakan di sekeliling kepalanya. Selimut putih yang lembut dan hangat menutupi sekujur tubuhnya yang telah mengenakan gaun tidur yang indah. Mata gadis itu terpejam erat. Napasnya tersengal-sengal. Keringat dingin yang bermunculan di dahinya membasahi rambut di sekitar dahinya.

Mrs. Wve menyadari kekhawatiran yang muncul di benak Mrs. Vye. Ia berkata, “Jangan khawatir, Mrs. Vye. Princess memang selalu begini setiap kali ia pingsan.”

“Tetapi napasnya terputus-putus seperti orang yang berada di ambang maut,” kata Mrs. Vye cemas.

“Jangan khawatir, Mrs. Vye. Princess memang selalu seperti ini setiap kali ia kedinginan. Kami sedang berusaha menghangatkan ruangan ini agar Princess tidak kedinginan lagi,” kata Mrs. Wve.

Mrs. Vye dan Mrs. Wve memperhatikan wajah Princess Minerva yang tampak terus memucat.

Tiba-tiba Mrs. Wve berkata, “Aku tidak tahu apa yang harus kulakukan bila Princess tidak kembali. Aku sangat menyayanginya.”

“Aku juga sangat menyayangi Maria,” sahut Mrs. Vye.

“Maria?” tanya Mrs. Wve tak mengerti.

“Itu nama yang kuberikan padanya ketika aku menemukannya,” kata Mrs. Vye menjelaskan.

Mrs. Wve memandang tak mengerti kepada Mrs. Vye.

“Saya ingin bertanya banyak kepada Anda tetapi lebih baik sekarang kita segera menemui Pangeran. Di sana Anda dapat menceritakan semua yang telah terjadi tanpa perlu mengulanginya berkali-kali,” kata Mrs. Wve sambil menutup kembali tirai yang mengelilingi tempat tidur Princess Minerva.

“Sebenarnya apa yang terjadi sehingga kecelakaan itu terjadi?”

Mrs. Wve menarik tangan Mrs. Vye meninggalkan kamar itu, “Aku akan menceritakannya nanti. Sekarang kita lebih baik membiarkan Princess beristirahat. Kita masih harus menemui Pangeran.”

“Apakah baik bila kita meninggalkan Princess sendirian dalam keadaan seperti ini?”

“Kita tidak akan meninggalkan Princess sendirian. Di luar pasti ada seseorang.”
Apa yang dikatakan Mrs. Wve memang benar.

Di Ruang Duduk mereka melihat seorang pelayan pria sedang memasukkan beberapa batang kayu ke dalam perapian yang menyala terang.

“Tolong panggilkan seseorang untuk menemani Princess,” kata Mrs. Wve pada pelayan itu.

“Anda hendak ke mana, Mrs. Wve?” tanya pelayan itu.

“Pangeran memintaku mengantar Mrs. Vye menemuinya di Ruang Tahta,” jawab Mrs. Wve.

“Baik, Mrs. Wve. Saya akan segera meminta seseorang untuk menemani Princess. Anda tidak perlu khawatir.”

“Tolong segera engkau carikan. Kami tidak akan lama.”

“Baik, Mrs. Wve.”

“Mari, Mrs. Vye,” kata Mrs. Wve sambil membuka pintu.

Mrs. Vye berjalan di samping Mrs. Wve yang tidak berbicara apa-apa selama perjalanan.

Mrs. Wve mengerti Mrs. Vye mengagumi Istana. Dan ia memberi kesempatan kepada wanita itu untuk mengamati setiap bagian Istana yang mereka lalui. Walaupun banyak pertanyaan yang ingin diajukannya tetapi Mrs. Wve tetap tidak berbicara apa-apa, ia hanya berjalan pelan-pelan di samping Mrs. Vye yang sibuk mengamati setiap bagian Istana yang mereka lalui.

Setelah melakukan perjalanan yang cukup lama dari kamar Princess Minerva yang terletak di lantai empat menuju Ruang Tahta yang terletak di lantai dasar, akhirnya mereka tiba juga di Ruang Tahta.

Prajurit yang melaporkan kedatangan mereka berdua kepada Raja, muncul tak lama kemudian. Prajurit itu membukakan pintu Ruang Tahta bagi mereka dan menutupnya kembali setelah kedua wanita itu memasuki Ruang Tahta.

Pangeran Alcon serta Raja dan Ratu sedang bercakap-cakap dengan Eido ketika mereka memasuki ruangan itu.

Mereka segera menghentikan percakapan mereka ketika melihat Mrs. Wve dan Mrs. Vye datang mendekat.

“Kami mengucapkan terima kasih pada Anda yang telah membawa putriku pulang kembali,” kata Raja.

“Saya tidak membawanya kembali, Paduka. Princess sendiri yang membawa dirinya kembali ke Xoechbee, saya hanya mengikutinya,” kata Mrs. Vye.

“Tidak apa-apa. Kami tetap mengucapkan terima kasih kepada Anda yang telah menjaga Minerva selama perjalanan.”

“Sudah merupakan kewajiban saya untuk menjaga Princess yang saya sayangi bahkan sebelum saya mengetahui ia adalah putri yang hilang itu.”

“Sekarang kami ingin mengetahui apa yang telah terjadi pada Minerva selama ia berada di sisi Anda,” kata Pangeran, “Teman Anda, Eido, tidak dapat memberi banyak keterangan pada kami. Kata Eido, Andalah yang telah menemukan Minerva dan merawatnya selama ini.”

Mrs. Vye menganggukkan kepala, “Benar. Saya menemukan Princess tergeletak pingsan di tepi Sungai Alleghei ketika saya sedang berjalan-jalan di sepanjang sungai itu.”

“Sungai Alleghei!?” seru Pangeran Alcon terkejut.

“Ya, saya menemukan Princess di Sungai Alleghei,” ulang Mrs. Vye.

“Ya, Tuhan. Itu tidak mungkin. Sungai itu jauh sekali dari kaki Death Rocks. Tidak mungkin Minerva terlempar dari tebing itu hingga mencapai Sungai Alleghei yang mengalir jauh di bawahnya,” kata Pangeran.

“Itu mungkin saja, Pangeran. Angin bertiup sangat keras ketika Princess tiba-tiba terlempar keluar dari kereta. Mungkin angin itulah yang menerbangkan tubuh Princess ke Sungai Alleghei yang mengalir jauh dari kaki Death Rocks,” kata Mrs. Wve.

“Pantas saja kita tidak dapat menemukan Minerva walaupun kita telah mencari di sekitar tebing itu bahkan dalam jarak sekitar lima mil dari tebing itu,” kata Raja, “Tidak kuduga ternyata Minerva terlempar ke Sungai Alleghei yang jaraknya kurang lebih sepuluh mil dari kaki tebing itu.”

“Kita harus bersyukur berkat itulah Minerva kembali tanpa kehilangan suatu apapun. Kita benar-benar harus berterima kasih pada Tuhan yang telah melindungi Minerva hingga kini. Dan sekarang kita harus berusaha agar Minerva segera sadar kembali,” kata Ratu.

“Jangan khawatir, Paduka Ratu. Saya telah mengutus orang untuk memanggil Dokter Donter,” kata Menteri Dalam Negeri.

“Baiklah, itu mungkin saja. Teruskan cerita Anda, Mrs. Vye,” kata Pangeran.

“Princess tidak sadarkan diri selama beberapa hari dan ketika ia sadar kembali ia tidak dapat mengingat masa lalunya juga namanya,” kata Mrs. Vye melanjutkan ceritanya.

Kembali Pangeran Alcon memutus cerita Mrs. Vye. “Minerva hilang ingatan!?”

“Jadi itu sebabnya Minerva tidak segera kembali bahkan setelah berita itu muncul,” timpal Raja ikut memutuskan cerita Mrs. Vye.

“Jangan memutus cerita Mrs. Vye!” tegur Ratu, “Kalian memang selalu begini setiap kali ada masalah yang menyangkut Minerva.”

“Mama telah mengerti sifat kami bila mengatasi masalah yang berhubungan dengan Minerva, karena itu Mama harus mengerti bila kami sering memutus cerita Mrs. Vye,” kata Pangeran Alcon sambil memberikan senyuman yang manis tetapi nakal kepada Ratu.

“Engkau tidak pernah berubah bila menyangkut adikmu, Alcon,” kata Ratu.

“Maafkan kami, Mrs. Vye. Silakan melanjutkan cerita Anda,” kata Raja.

Mrs. Vye kembali melanjutkan ceritanya. “Baroness Lora, majikan saya sangat marah ketika ia mengetahui saya menemukan seorang gadis. Ia ingin sekali saya segera mengusir Princess Minerva tetapi saya memaksanya membiarkan Princess tinggal hingga ia sadar kembali. Baroness Lora tetap ingin mengeluarkan Princess Minerva walaupun ia tahu Princess kehilangan ingatannya.”

“Sungguh keterlaluan Baroness Lora. Bagaimana ia bisa berbuat setega itu pada seorang gadis yang hilang ingatan?” kata Ratu.

Pangeran Alcon tersenyum pada Ratu yang tanpa sadar telah memotong cerita Mrs. Vye. “Baroness Lora memang sangat keterlaluan. Bagaimana ia bisa berbuat seperti itu?”

“Saya juga tidak mengerti mengapa ia berbuat seperti itu. Ia berkata Princess hanya akan menambah pengeluarannya, tetapi sebenarnya dia sendirilah yang membuat pengeluaran keluarga Sidewinder membengkak dan hampir hilang semuanya terutama sejak kematian Baron Marx Sidewinder,” kata Mrs. Vye.

“Saya tahu sepak terjang Baroness Lora. Ia memang bukan wanita yang baik,” kata Menteri Dalam Negeri, “Saya tidak menyukainya. Dan saya percaya wanita itu tega melakukan hal yang sangat keji pada seorang gadis yang tak berdaya.”

“Baroness Lora memaksa saya untuk mengeluarkan Princess, tetapi saya tetap bersikeras mempertahankan Princess. Baroness Lora sangat marah dan berjanji akan melakukan segala cara untuk mengeluarkan Princess. Saya sangat ketakutan waktu itu, saya tidak tega membayangkan Princess yang hilang ingatan harus pergi tanpa arah.”

“Walaupun Baroness Lora tidak dapat memecat saya, tetapi saya tahu ia bisa membuat Princess meninggalkan Obbeyville. Tetapi untunglah putri Baroness Lora, Lady Debora tidak menginginkan Princess meninggalkan tempat itu,” kata Mrs. Vye melanjutkan ceritanya.

“Apakah Baroness Lora menyetujui permintaan putrinya itu?” tanya Mrs. Wve.

“Tentu saja Baroness Lora menyetujuinya. Baroness Lora sangat menyayangi Lady Debora. Tetapi baik Lady Debora maupun Baroness Lora tidak begitu saja menerima kehadiran Princess.”

Mrs. Vye ragu-ragu untuk melanjutkan ceritanya.

“Teruskan cerita Anda, Mrs. Vye,” kata Raja.

“Lady Debora meminta Princess menjadi pelayannya,” kata Mrs. Vye.

Semua orang tercengang mendengar kalimat terakhir Mrs. Vye.

Akhirnya kesunyian itu terpecahkan oleh seruan kemarahan Pangeran Alcon, “Wanita keji! Bagaimana ia bisa melakukan itu?”

“Baroness Lora bisa melakukan apa saja. Ia bahkan mengambil gaun yang dikenakan Princess sewaktu saya menemukannya. Saya telah mencoba mempertahankan gaun itu tetapi mereka tetap mengambilnya. Untunglah mereka tidak mengetahui Princess mengenakan kalung yang indah saat saya menemukannya. Setelah mengambil gaun itu, Baroness Lora masih menjelek-jelekan Princess, ia mengatakan Princess bukan gadis baik-baik.”

“Wanita kejam, aku tidak akan memaafkannya. Bagaimana ia bisa berkata seperti itu padahal ia belum tahu siapa sebenarnya Minerva itu? Apakah ia tidak mempunyai perasaan? Bagaimana ia bisa mengambil barang yang bukan miliknya dan setelah itu menjelek-jelekkan orang itu?” kata Pangeran Alcon geram.

“Alcon! Jangan marah seperti itu,” tegur Ratu.

“Maafkan aku, Mama. Tetapi aku benar-benar marah sekali kepada kedua wanita itu,” kata Pangeran Alcon tanpa mengurangi nada kemarahannya.

Ratu menggelengkan kepalanya dan berkata, “Teruskan cerita Anda, Mrs. Vye.”

“Princess menerima syarat yang diajukan Lady Debora dengan senang hati. Princess sama sekali tidak pernah mengeluh apa-apa ketika ia bekerja untuk Lady Debora.”

“Princess Minerva memang bukan orang yang suka mengeluh. Princess pasti melakukan pekerjaannya dengan sangat baik,” kata Mrs. Wve.

“Ya, ia mengerjakan segala sesuatunya dengan sangat baik. Bahkan ia telah membuat saya tercengang dengan kepandaiannya mengurus rumah dan kepandaian memasaknya. Tetapi lebih dari itu Princess telah membuat saya dan pelayan-pelayan lainnya yang masih bekerja di Sidewinder House tercengang akan kebijaksanaannya.”

Pangeran Alcon tersenyum, “Pasti Minerva telah membuat penduduk Obbeyville menjadi gempar.”

Mrs. Vye tersenyum, “Ya, ia membuat penduduk Obbeyville menjadi gempar sejak saya menemukannya di Sungai Alleghei yang kami anggap keramat. Kami menganggapnya sebagai seorang bidadari yang dikirim para dewa kepada kami melalui Sungai Alleghei. Tidak ada di antara kami yang meragukan hal itu apalagi setelah mendengar segala yang diketahui Princess mengenai mitos itu.”

Semua tercengang mendengar perkataan Mrs. Vye.

“Luar biasa!” seru Pangeran Alcon kagum, “Minerva pasti telah membuat semua yang tidak mungkin menjadi mungkin.”

“Bagaimana Minerva bisa mengingat kembali masa lalunya, Mrs. Vye?”

“Saya kurang tahu apa yang terjadi hari itu. Saya hanya melihat Lady Debora sedang memarahi Princess dari ujung tangga dan tiba-tiba ia mendorong Princess. Ketika Lady Debora mendorong Princess Minerva hingga terjatuh di tangga, Princess pingsan. Dan setelah ia sadar, Baroness Lora muncul dan memarahinya.”

“Kasihan Princess,” kata Mrs. Wve, “Mengapa Lady Debora tega melakukan itu?”

“Mereka pasti tega, Mrs. Wve. Aku tahu mereka akan selalu tega menyakiti orang lain untuk kepentingan mereka sendiri,” kata Pangeran Alcon geram.

“Tetapi mungkin berkat itu ingatan Minerva kembali,” kata Raja.

Ratu yang sejak tadi hanya membiarkan mereka menyela cerita Mrs. Vye akhirnya berkata, “Lanjutkan cerita Anda, Mrs. Vye.”

Mrs. Vye melanjutkan ceritanya, “Princess tidak mengatakan apa-apa, ia hanya meminta saya untuk memanggilkan kereta untuknya. Semula ia tidak setuju saya ikut dengannya tetapi saya berhasil memaksa ikut dan akhirnya Princess tidak berkata apa-apa untuk melarang saya.”

“Selama di perjalanan Princess jatuh sakit dan kami terpaksa berhenti selama beberapa hari di penginapan yang kami temui. Selain itu hujan lebat juga sering menghalangi perjalanan kami. Karena itulah perjalanan ini lebih lama dibandingkan yang seharusnya,” kata Mrs. Vye mengakhiri ceritanya.

“Benar-benar luar biasa!” seru Pangeran, “Benar-benar petualangan yang panjang. Apakah selama itu Minerva terus berada di Obbeyville?”

“Tidak, beberapa kali Tuan Muda Alexander mengajaknya ke Blueberry. Tetapi Tuan Muda tidak hanya membawanya tetapi juga mengajak Lady Debora,” kata Mrs. Vye.

“Siapakah Alexander itu?” tanya Ratu.

“Ia putra Duke of Blueberry,” jawab Mrs. Vye.

“Aku tahu Alexander. Aku pernah mendengar namanya. Kudengar ia seorang pria yang sulit didekati wanita. Bila ia mengajak pergi Minerva dan Lady Debora maka ada dua kemungkinan ia menyukai Minerva atau menyukai Lady Debora. Tetapi bila mengingat kedinginan sikap Alexander bila menghadapi wanita, maka sangat besar kemungkinan ia menyukai Minerva,” kata Pangeran Alcon.

“Aku ingin bertemu dengannya,” kata Raja.

“Apakah kita harus mengumumkan kepada masyarakat mengenai kembalinya Princess?” tanya Menteri Dalam Negeri.

“Tentu saja. Kita harus mencegah penduduk terus mencemaskan keadaan Minerva,” kata Raja.

“Tetapi, Papa, bila kita mengumumkannya sekarang pasti banyak penduduk yang ingin bertemu dengan Minerva. Sedangkan Minerva sendiri masih belum sadar,” kata Pangeran.

“Jangan khawatir, Pangeran. Saya hanya akan mengumumkan penduduk tidak perlu lagi mengkhawatirkan keadaan Princess,” kata Menteri Dalam Negeri.

“Apakah mereka akan menerima berita itu?” tanya Ratu.

Kendsley terdiam. “Menurut saya, kita harus menambahkan bahwa Princess sedang sakit dan meminta mereka tidak menganggu Princess hingga ia sembuh,” katanya.

“Itu juga sulit, Kendsley. Penduduk pasti ingin mengunjungi Minerva,” kata Raja, “Dan kita tidak tahu apakah Minerva masih berada di sini setelah ia sadar.”

“Bagaimana bila kita mengadakan pesta untuk itu? Kita tetap mengumumkan kepada semua penduduk bahwa Minerva telah kita temukan dan berjanji akan memperlihatkan Minerva kepada penduduk dalam pesta itu. Dengan demikian semua masalah akan selesai,” kata Pangeran.

“Tetapi, Pangeran, Princess Minerva tidak suka menjadi pusat perhatian,” kata Mrs. Wve.

“Jangan khawatir, Mrs. Wve. Minerva pasti mengerti bila aku menerangkan segala sesuatunya dan kali ini ia tidak dapat kabur lagi dari pesta yang akan kuselenggarakan,” kata Pangeran.

“Sebenarnya masih banyak yang tidak saya mengerti,” kata Mrs. Vye, “Saya tidak mengerti mengapa Princess Minerva pandai memasak? Mengapa Princess Minerva jarang berada di Istana?”

Sebelum ada yang menjawab pertanyaan Mrs. Vye, seorang prajurit muncul bersama seorang pelayan.

“Ada apa?” tanya Pangeran.

“Sebaiknya Anda segera menemui Princess, Pangeran. Princess memanggil-manggil nama Anda dalam tidurnya sejak tadi,” kata pelayan itu.

“Terima kasih, aku akan segera ke sana,” kata Pangeran.

Kemudian Pangeran berpaling kepada Mrs. Vye dan berkata, “Mengenai pertanyaan Anda tadi, Mrs. Vye. Saya rasa Mrs. Wve akan menjawabnya dengan senang hati. Anda dapat bertanya segala hal yang tidak Anda mengerti kepadanya.”

Pangeran terdiam kemudian berkata, “Apakah Anda berdua berkenan tinggal di sini setidaknya hingga Minerva sadar kembali. Aku yakin Minerva akan mencari Anda bila ia sadar.”

“Engkau jangan lupa, Alcon, Mrs. Vye dan Eido masih mempunyai keluarga di Obbeyville. Di samping itu keluarga Sidewinder pasti mencari Mrs. Vye,” tegur Raja.

“Paduka tidak perlu khawatir mengenai itu, saya tidak mempunyai keluarga lagi. Jadi tidak ada masalah bila saya tinggal di sini hingga Princess sadar,” kata Eido.

“Saya juga tidak berkeberatan bila harus tinggal di sini. Keluarga Sidewinder tidak akan mencari saya. Mereka pasti senang saya telah meninggalkan rumah itu. Sejak dulu Baroness Lora memang tidak menyukai saya, ia terus berharap dapat mengeluarkan saya dari rumahnya tetapi ia tidak dapat melakukannya bahkan setelah suaminya meninggal,” kata Mrs. Vye.

“Baiklah kini semua masalah telah selesai kecuali satu, sadarnya Minerva,” kata Pangeran Alcon, “Sekarang aku permisi dulu. Aku ingin menemui Minerva.”

No comments:

Post a Comment