Saturday, April 14, 2007

Kelembutan dalam Baja-Chapter 3

Ketika waktu yang dinantikannya tiba, Kakyu mulai membangunkan setiap orang.

Yang paling dulu dibangunkan Kakyu adalah prajurit jaga baik yang menjaga tenda-tenda penting maupun yang menjaga seluruh perkemahan.

Semua orang kecuali yang telah mengetahui rencana Kakyu, heran. Mereka tidak mengerti mengapa mereka dibangunkan pagi-pagi lalu disuruh segera berkemas.

Tapi mereka semua mematuhi perintah yang tersebar cepat itu kecuali Putri Eleanor yang jengkel kepada Kakyu dengan rencananya yang berulang kali berubah itu.

Untung Raja Alfonso segera menangani putrinya yang manja itu walau pada akhirnya ia menyerah dan menyuruh pengawal pribadi putrinya, Kakyu, mengatasi gadis itu.

Kakyu yang sudah kerepotan dengan rencananya itu, semakin dibuat repot oleh Putri Eleanor. Waktu yang semakin sempit tidak membuat Kakyu bingung.

Kakyu meminta Imma dan kedua putranya menemani Putri Eleanor yang semakin jengkel karena diacuhkan Kakyu.

Hingga mereka telah selesai berkemas-kemas, Kakyu belum bertemu Putri Eleanor di dini hari ini.

Mereka baru bertemu ketika Kakyu melihat Putri tidak mau naik kereta bersama-sama Imma dan kedua putranya.

Kakyu mengerti Putri Eleanor sangat marah kepadanya. Tapi tidak ada lagi yang dapat dilakukan Kakyu selain menaikkan kedua penjahat yang terikat itu ke atas punggung kuda. Kakyu tidak dapat membiarkan kedua pria itu berada di kereta Halberd bersama-sama keluarga itu. Ia juga tidak dapat mengosongkan punggung seekor kudapun.

Ketika berangkat ke Naullie, rombongan Istana itu hanya terdiri dari tujuh belas orang termasuk Raja dan Putri. Masing-masing orang menunggangi seekor kuda. Dan ketika kembali, rombongan mereka bertambah enam orang serta sebuah kereta petani.

Guna melengkapi rencananya untuk tidak memisahkan kedua pria itu sekaligus menjauhkan mereka dari keluarga Halberd, Kakyu meminta Putri Eleanor merelakan kudanya untuk pemberontak itu sehingga masing-masing pria itu menaiki seekor kuda.

Semua telah diperhitungkan Kakyu dengan matang kecuali sikap Putri Eleanor.

Mulanya Kakyu berpikir Putri akan mengerti permintaannya ini. Tapi rupanya kejengkelan Putri Eleanor pada pemuda itu membuatnya tidak mau mengerti hingga Raja Alfonso menyerah membujuk Putrinya itu.

“Engkau membuatku jengkel, Kakyu,” kata Putri Eleanor saat melihat Kakyu, “Kemarin siang engkau ingin kita berkemas-kemas lalu sesaat kemudian engkau ingin kita tetap tinggal. Pagi ini engkau membangunkan kami semua pagi-pagi dan menyuruh kami segera berkemas. Dan sekarang engkau menyuruhku naik kereta.”

“Maafkan saya, Tuan Puteri,” kata Kakyu tenang dan singkat.

“Tidak adakah yang dapat kaukatakan selain ‘maaf’?”

Kakyu tahu Putri Eleanor semakin jengkel mendengar jawaban singkatnya, tapi ia tetap berkata, “Tidak ada, Tuan Puteri.”

“Jangan memberiku jawaban pendek, Kakyu!”

“Saya berharap Anda mengerti permintaan saya ini, Tuan Puteri,” kata Kakyu, “Keselamatan Anda semakin terancam bila Anda terlalu lama berada di sini.”

“Aku tidak peduli,” balas Putri Eleanor tenang, “Keselamatanku adalah tanggung jawabmu.”

Kakyu tetap tenang menghadapi Putri Eleanor. “Bila Anda tidak mempedulikan keselamatan Anda, Tuan Puteri, setidak-tidaknya Anda mempedulikan keselamatan Paduka serta keluarga Halberd yang juga terancam.”

Putri memperhatikan kedua putra Halberd yang memeluk ibunya erat-erat.

“Bailkah, Kakyu,” Putri Eleanor akhirnya mengalah, “Tapi ingat, aku malakukannya demi mereka bukan karenamu.”

Kakyu tersenyum. “Terima kasih, Tuan Puteri.”

Putri Eleanor jengkel melihat senyum itu dan ia semakin jengkel ketika ia naik kereta dibantu prajurit lain bukan Kakyu.

“Engkau berhasil membujuk putriku, Kakyu,” kata Raja Alfonso sambil tersenyum.

Kakyu membalas senyuman itu tanpa berkata apa-apa.

Mereka kembali ke Istana Vezuza dimulai dari empat prajurit yang ditugas Kakyu menjaga di depan.

Diikuti Raja dan Jewry serta Raugh yang mengawal di samping kanan kirinya. Jewry dan Raugh masing-masing menarik seekor kuda yang ditunggangi pria hasil berburu Kakyu.

Di belakang mereka, kereta Halberd dengan masing-masing dua prajurit di kanan kirinya.

Sebagai penutup formasi perlindungan Raja Alfonso dan Putri Eleanor yang sengaja dibuat mencolok oleh Kakyu itu, Kakyu meletakkan Phil serta dua prajurit lainnya di belakang.

Sementara itu Kakyu sendiri berada di luar formasi yang dirancangnya dengan mencolok itu.

Dengan formasi yang mencolok ini, Kakyu berharap kelompok pemberontak yang melihatnya, berpikir mereka tahu segala sesuatu tentang kegiatan mereka dan akhirnya mereka mengundurkan niat mereka.

Seringkali ketika pasukan Istana berjalan sambil tetap mengelilingi Raja dan kereta Halberd, Kakyu menghentikan kudanya untuk memperhatikan sekelilingnya.

Tak jarang pula Kakyu mendahului formasi itu untuk memeriksa keamanan jalan yang akan mereka lalui.

Mereka terus berada dalam posisi itu hingga mereka tiba di Istana Vezuza keesokan harinya.

Semua orang di Istana terkejut melihat kedatangan Raja Alfonso yang lebih cepat dua minggu dari yang direncanakan. Terlebih lagi saat melihat hewan buruan Raja yang tidak hanya terdiri dari hewan itu.

Begitu tiba di Istana Vezuza, Raja Alfonso segera mengumpulkan para Jenderal dan pejabat untuk memeriksa ketiga pria yang ditangkap Kakyu.

Kakyu merasa ia tidak perlu memberi tahu apapun kepada Raja Alfonso. Raja dan para pejabat lainnya dapat mengetahui apa yang ingin mereka ketahui dari ketiga pria itu.

Karena itu Kakyu memilih menenangkan kekhawatiran Imma saat melihat Halberd dikawal masuk Istana Vezuza, setelah menyelesaikan tugas akhir dari pengawalannya hari ini.

Kakyu tidak terkejut ketika melihat Imma dan kedua putranya bersama Putri Eleanor. Kakyu tahu dalam perjalanan pulang ke Chiatchamo, Putri yang satu kereta dengan keluarga Halberd itu menjadi akrab dengan mereka.

“Apa yang terjadi pada Halberd?”

“Raja dan para Jenderal serta pejabat lainnya sedang memeriksanya bersama dua pria lainnya, Tuan Puteri.”

“Ia akan baik-baik saja?”

“Jangan khawatir, Imma, mereka hanya memeriksanya bukan menghukumnya.”

“Jangan khawatir, Imma, Papa bukan orang yang kejam,” Putri Eleanor turut menghibur Imma, “Papa tidak akan menghukum Halberd karena aku yang akan memintanya. Aku yakin Papa tidak akan menolak permintaanku ini.”

Kakyu meragukan keyakinan Putri Eleanor.

Walaupun semua orang tahu Raja Alfonso baik hati, Raja bisa berbuat kejam bila memang diperlukan.

Apa yang akan menimpa Halberd, tergantung pada pemeriksaan yang dilakukan Raja ini.

Kakyu yakin hingga malam nanti Raja, para Jenderal serta pejabat yang menangani urusan dalam negeri khususnya keamanan, tidak akan selesai memeriksa ketiga pria malang itu.

Setelah selesai diperiksa, Kakyu yakin ketiga pria malang itu masih belum bisa mendapatkan pengobatan yang lebih baik dari yang telah diberikan Kakyu.

Raja dan yang lain pasti akan langsung merundingkan masalah pemberontakan ini sesudah menyelesaikan pemeriksaan mereka.

Dan pasti mereka akan melupakan ketiga pria malang itu sewaktu mereka sibuk berunding.

“Sekarang mereka ada di mana, Kakyu?” tanya Putri Eleanor.

“Di Ruang Tahta.”

“Aku akan ke sana.”

“Jangan, Tuan Puteri,” cegah Kakyu.

“Mengapa engkau mencegahku, Kakyu?”

“Raja tidak ingin diganggu.”

Putri Eleanor tersenyum. “Papa tidak akan marah bila aku yang menganggunya.”

“Sebaiknya Anda tidak melakukannya, Tuan Puteri,” kata Kakyu, “Raja telah memerintahkan prajurit untuk mencegah siapapun masuk.”

“Jangan khawatir, Kakyu.”

Sebelum Kakyu sempat mencegah lagi, Putri Eleanor telah menuju Ruang Tahta.

Kakyu yang telah mengenal sifat Putri Eleanor yang manja dan keras kepala itu, membiarkan Putri sendiri yang membuktikan ucapannya.

“Tunggu kami di sini,” pesan Kakyu.

Imma mengangguk. “Baik, Tuan,” katanya.

Lalu Kakyu segera menyusul Putri Eleanor.

Dari kejauhan Kakyu melihat Putri Eleanor sedang berbantah dengan dua prajurit yang menjaga pintu Ruang Tahta.

Kakyu yakin Putri Eleanor bersikeras masuk sementara kedua prajurit itu bersikeras menjalankan perintah Raja Alfonso.

Mereka menghentikan pertengkaran mereka ketika melihat Kakyu mendekat.

“Raja benar-benar tidak ingin diganggu, Tuan Puteri.”

“Tapi aku putrinya, bukan orang lain.”

“Saya mohon Anda mengerti.”

Putri Eleanor cemberut mendengar Kakyu tidak memihak padanya. Putri memandang lekat-lekat wajah pemuda itu.

Tiba-tiba Putri menarik Kakyu menjauh.

“Ada apa, Tuan Puteri?” tanya Kakyu kebingungan.

“Kakyu,” kata Putri Eleanor bersemangat, “Engkau menyusup masuk saja. Aku tahu engkau pandai dalam hal itu.

“Apa!?” kata Kakyu terkejut.

Putri Eleanor benar Kakyu yang sering mendapat tugas penyusupan dari Raja Alfonso, pasti bisa dengan mudah menyusup masuk ke Ruang Tahta dan melihat apa yang terjadi di dalam. Apalagi dulu Kakyu pernah menyusup ke dalam ruangan itu.

Tapi Kakyu tidak mau melakukannya.

“Masuklah ke dalam Ruang Tahta diam-diam dan lihat apa yang terjadi,” ulang Putri Eleanor dengan lebih jelas.

“Tidak,” kata Kakyu tegas.

“Ayolah, Kakyu,” bujuk Putri, “Tidak akan terjadi apa-apa. Engkau hanya melihat apa yang terjadi lalu keluar lagi.”

Sekali lagi Kakyu menolak tegas, “Tidak, Tuan Puteri.”

Putri Eleanor berusaha meyakinkan Kakyu. “Tidak akan ada yang marah padamu, Kakyu. Kalau engkau ketahuan, aku yang akan bertanggung jawab dan tak seorangpun yang akan memarahimu.”

Kakyu tetap pada pendiriannya.

Putri Eleanor dibuat kesal karenanya, “Ini perintahku, Kakyu. Engkau tidak boleh mengatakan ‘tidak’!”

“Saya juga tidak dapat melanggar perintah Paduka,” kata Kakyu tenang.

Putri dibuat semakin kesal karenanya.

Kakyu meninggalkan Putri Eleanor dengan tenang, setenang kata-katanya.

Pemuda itu tersenyum ketika mengetahui harapannya berjalan lancar.

Putri Eleanor mengikutinya untuk membujuknya.

Tahu Putri Eleanor mengikutinya, Kakyu mempercepat langkahnya ke tempat ia meninggalkan Imma beserta kedua putranya.

“Selamat sore, Paduka Ratu,” sapa Kakyu kepada Ratu Ylmeria yang berada di samping Imma.

“Selamat sore, Kakyu,” balas Ratu sambil tersenyum, “Kudengar perburuanmu kali ini membawa hasil yang sangat luar biasa.”

“Anda terlalu melebihkannya, Paduka.”

Putri Eleanor yang berhasil mengejar Kakyu, terkejut melihat ibunya. “Selamat sore, Mama,” katanya.

“Engkau sungguh tidak sopan, Eleanor,” kata Ratu Ylmeria, “Engkau mengundang Imma tapi engkau meninggalkannya di sini sendirian.”

Putri Eleanor terkejut menyadari kesalahannya sendiri. “Maafkan aku, Imma.”

“Tidak apa-apa, Tuan Puteri,” kata Imma sambil tersenyum.

“Dari mana saja engkau, Eleanor?”

“Aku ingin menemui Papa,” kata Putri sambil melihat wajah tenang Kakyu, “Tapi Kakyu mencegahku.”

Ratu Ylmeria juga ikut menatap Kakyu yang tetap tenang seolah-olah tidak terjadi apa-apa.

“Tindakan Kakyu benar. Ayahmu tidak ingin diganggu siapapun saat ini.”

Karena dua kali tidak dibela orang yang diharapkannya, Putri Eleanor sangat kesal hingga tidak berkata apa-apa lagi.

Ratu hanya tersenyum melihat tingkah putrinya yang kekanak-kanakan.

“Sebaiknya engkau segera berisitirahat di kamarmu, Eleanor. Aku yakin perjalanan jauh membuatmu lelah,” kata Ratu Ylmeria kemudian pada Kakyu dan Imma, ia berkata, “Kalian juga terutama kedua putramu, Imma.”

Karena terlalu kesal, Putri Eleanor segera menuruti perintah Ratu Ylmeria tanpa mengatakan apa-apa.

Kakyu yang telah terbiasa dengan sikap Putri Eleanor yang seperti ini, bukannya mengejar Putri Eleanor malah berkata, “Kalau Anda tidak keberatan, saya ingin mengantar Imma ke Quentynna House. Saya janji akan kembali lagi ke Istana sesudahnya.”

“Untuk apa, Kakyu? Kamar di Istana cukup banyak untuk kalian tempati.”

“Saya yakin Imma akan merasa lebih baik bila tinggal di Quentynna House hingga masa depan suaminya jelas.”

“Tuan Kakyu benar, Paduka Ratu,” Imma mendukung Kakyu, “Istana Vezuza terlalu mewah untuk kami yang dari desa ini. Kami merasa gugup di tempat semewah ini.”

“Baiklah, aku mengijinkanmu, Kakyu,” kata Ratu Ylmeria, “Tapi setelah tiba di Quentynna House, engkau tidak perlu kembali lagi ke sini. Aku tahu engkau lelah dan merindukan keluargamu. Ini pertama kalinya engkau berpisah lama dengan keluargamu, bukan?”

“Benar, Paduka Ratu,” kata Kakyu ragu-ragu.

Ratu Ylmeria mengerti kekhawatiran Kakyu. “Jangan mengkhawatirkan Eleanor. Engkau sendiri tahu putriku yang satu ini memang semakin manja sejak kakaknya pergi ke Inggris.”

Atas desakan Ratu Ylmeria itu, Kakyu akhirnya kembali ke Quentynna House dan tidak kembali lagi ke Istana Vezuza setelah mengurus keberadaan keluarga Halberd di rumahnya itu.

Tak seorangpun yang bertanya apa-apa pada Kakyu. Mereka termasuk Vonnie, kakak kedua Kakyu yang biasanya selalu ingin tahu, mengerti kelelahan pemuda itu.

Mereka membiarkan pemuda itu segera tidur setelah menyelesaikan semua tugasnya.

Kakyu senang dapat menebus dua hari waktu tidur malamnya yang digunakannya untuk pemberontak itu.

Karena ingin mengetahui perkembangan pemeriksaan Raja terhadap Halberd dan dua pria lainnya, Kakyu segera pergi ke Istana Vezuza setelah menghabiskan sarapannya.

Kali ini Kakyu beruntung lagi.

Tak seorangpun yang berusaha mencegahnya bahkan Marie, kakak perempuan Kakyu yang lain yang membenci keterburu-buruan, hanya diam saja melihat Kakyu segera menghilang setelah menghabiskan makan paginya.

“Selamat pagi, Paduka Ratu,” sapa Kakyu pada Ratu Ylmeria yang bertemu dengannya di koridor menuju Ruang Tahta.

“Selamat pagi, Kakyu,” balas Ratu Ylmeria, “Hendak ke mana engkau pagi-pagi seperti ini?”

Belum sempat Kakyu menjawab pertanyaan itu, Ratu telah berkata,

“Kalau engkau ingin mengetahui hasil pembicaraan Raja, sebaiknya engkau mengurungkan niatmu itu,” kata Ratu Ylmeria, “Mereka baru selesai beberapa jam yang lalu dan kini mereka semua masih tidur.”

Kakyu diam saja mendengar pemberitahuan itu lalu ia berkata, “Saya akan menemui Tuan Puteri.”

“Sebaiknya engkau juga mengurungkan niatmu itu, Kakyu. Eleanor masih tidur.”
Ratu tersenyum sambil mengenang sesuatu.

“Gadis itu memang nakal,” kata Ratu Ylmeria tiba-tiba, “Engkau tahu, Kakyu? Saat kemarin kita semua mengira ia kembali ke kamarnya, ia pergi ke Ruang Tahta.”

Kakyu tahu apa yang kemudian terjadi.

“Eleanor berhasil menerobos masuk dan akhirnya ia mengikuti perundingan itu hingga dini hari tadi.”

Walaupun tidak ada lagi yang dapat dilakukan Kakyu, Ratu Ylmeria yakin pemuda itu tidak akan menerima nasehatnya untuk beristirahat.

Ratu Ylmeria tahu itu.

“Karena tidak ada lagi yang dapat kaulakukan, ikutlah aku,” Ratu Ylmeria mengajak Kakyu berjalan-jalan, “Aku ingin berbicara banyak hal denganmu.”

“Baik, Paduka.”

Kakyu mengikuti d samping Ratu Ylmeria.

“Tak kuduga engkau cukup kejam, Kakyu. Kata pelayan yang merawat luka ketiga pria itu, luka mereka cukup dalam,” kata Ratu Ylmeria sambil tersenyum penuh arti.

“Kakyu!”

Panggilan itu membuat mereka berhenti dan menanti Putri Eleanor yang berlari mendekat.

“Kalian mau ke mana?” tanya Putri Eleanor.

“Kami ingin berjalan-jalan,” jawab Ratu Ylmeria, “Mengapa engkau sudah bangun, Eleanor?”

Putri Eleanor menatap Kakyu sebagai jawabannya.

Ratu Ylmeria tersenyum melihat putrinya menatap lekat-lekat pemuda yang tetap tenang itu.

Sesaat kemudian mereka telah berjalan-jalan di taman Istana Vezuza.

Walaupun tadi Ratu Ylmeria mengatakan ingin berbicara dengannya, Kakyu lebih menjadi pendengar yang baik daripada kawan bicara yang baik di pagi hari yang cerah itu.

Satu-satunya hal yang saat ini ingin dibicarakan Kakyu adalah hasil pembicaraan Raja bersama para pejabat lainnya.

Namun pemuda itu tetap terlihat tenang ketika siang harinya Raja Alfonso memanggilnya ke Ruang Tahta.

Karena ingin tahu, Ratu Ylmeria dan Putri Eleanor ikut pergi bersamanya ke Ruang Tahta walau tidak ikut dipanggil.

“Selamat siang, Kakyu,” kata Raja Alfonso tanpa memberi kesempatan bicara pada Kakyu, “Aku akan memberitahumu apa yang paling ingin kauketahui saat ini.”

“Mula-mula aku mengucapkan selamat padamu, Kakyu. Kuakui engkau memang seorang pengawal yang hebat. Engkau benar soal pemberontak itu. Mereka sudah ada di sana sejak dua tahun lalu.”

“Karena tak seorangpun dari kita bahkan ketiga pria itu yang tahu tempat persembunyian pemberontak itu, aku memutuskan untuk menyelidiki mereka terlebih dulu sebelum menyerbu mereka. Engkau punya usul lain?”

Akhirnya Raja Alfonso memberi kesempatan bicara pada Kakyu tapi pemuda itu tidak menggunakan kesempatan ini untuk bicara banyak. Ia hanya berkata, “Tidak, Paduka.”

Yang dilakukan Raja Alfonso sudah benar.

Pemberontak itu akan memperkuat diri setelah mengetahui dua kawannya tertangkap bahkan mungkin mereka pindah lebih dalam ke Hutan Naullie. Hal ini akan mempersulit penyerbuan.

Seperti kata Raja Alfonso, saat ini yang dapat dilakukan hanya menyelidiki pemberontak itu sebelum menghancurkannya.

“Tugas itu kuserahkan pada Jenderal Erin.”

Kakyu tidak mengerti mengapa Raja Alfonso berhenti hanya untuk melihat reaksinya mendengar keputusannya itu. Tapi ia tetap menjaga ketenangannya.

Raja tersenyum melihat ketenangan sikap Kakyu. “Engkau tahu siapa yang akan menggantikan kedudukannya sebagai Kepala Keamanan Istana?” kata Raja Alfonso berteka-teki.

Kakyu tetap tenang dalam kediamannya.

“Pilihanku memang tepat,” kata Raja puas, “Engkau memang seorang pemuda yang tenang. Tak salah bila aku menunjukmu menggantikan Erin.”

Ketenangan Kakyu buyar karena kalimat itu. “Apa!?” katanya terkejut.

“Papa mengangkatmu menjadi Kepala Keamanan Istana menggantikan Jenderal Erin yang bertugas di Hutan Naullie,” ulang Putri Eleanor dengan lebih jelas.

Kakyu menatap Jenderal Reyn sebelum berkata, “Saya tidak dapat menerimanya, Paduka.”

Sekarang ganti Raja Alfonso yang terkejut. “APA!?” serunya.

“Saya tidak dapat menerima tugas itu, Paduka,” ulang Kakyu tetap dengan ketenangan yang dimilikinya.

“Mengapa?” tanya Raja Alfonso keheranan, “Apakah tugas ini terlalu berat untukmu?”

“Saya merasa senang mendapat kepercayaan Anda ini, Paduka, tapi saya merasa tidak pantas menerimanya. Banyak Jenderal yang lebih berpengalaman dari saya.”

“Engkau menolak tugas dariku?” kata Raja Alfonso pura-pura marah.

Kakyu segera berlutut. “Saya tidak berani, Paduka,” katanya, “Hanya saja saya terlalu muda untuk jabatan sepenting itu. Saya khawatir pengalaman saya tidak cukup untuk melindungi penghuni Istana ini.”

“Aku menunjukmu bukan tanpa alasan, Kakyu. Aku menunjukmu karena aku percaya pada kemampuanmu,” kata Raja.

“Terima saja tugas ini, Kakyu,” bujuk Putri Eleanor, “Engkau memang pantas menduduki posisi ini.”

“Jangan kaupedulikan usiamu yang masih muda, Kakyu,” bujuk Ratu Ylmeria pula, “Engkau setangguh yang kamu percayai bahkan lebih tangguh dari yang dapat kami bayangkan.”

“Paduka Ratu benar, Kakyu. Walaupun masih muda, engkau telah menunjukkan ketangguhanmu,” Jenderal Erin ikut membujuk penggantinya, “Jangan kauragukan apapun, Kakyu. Kami semua percaya pada kemampuanmu.”

“Kalau bukan karenamu, aku dan Papa tidak akan berada di sini saat ini.”

“Karenamu juga, kami mengetahui adanya pemberontak itu di Hutan Naullie,” tambah Jenderal Decker.

“Sekarang apalagi yang dapat kaukatakan, Kakyu?” kata Raja Alfonso puas.

Kakyu tidak tahu harus berbuat apa lagi selain menerimanya.

Demikianlah hanya dalam tiga tahun sejak menjadi pasukan pengawal Istana Vezuza, Kakyu diangkat menjadi Kepala Keamanan Istana menggantikan Jenderal Erin.

Jenderal Erin segera berangkat bersama pasukannya setelah menyerahkan jabatannya pada Kakyu melalui suatu upacara resmi ketentaraan.

Bersamaan dengan pengangkatan itu, Raja Alfonso mengangkat Kakyu menjadi seorang Perwira Tinggi.

Mengenai pemberontak itu, Kakyu masih khawatir tapi ia sudah tidak mengkhawatirkan Halberd dan keluarganya lagi.

Raja Alfonso mengabulkan permintaannya untuk mengampuni pria itu dengan membebaskannya. Bahkan atas permintaan Putri Eleanor, keluarga itu mendapatkan rumah dan tanah pertanian di Parcelytye yang jauh dari Farreway.

Dengan demikian keluarga itu aman dari ancaman kelompok pemberontak itu dan Kakyu harus mengurungkan niatnya untuk mencarikan tempat baru yang aman bagi keluarga Halberd.

Rumah Halberd di Farreway yang ditinggalkan pemiliknya, digunakan Jenderal Erin sebagai pusat pengintaian pemberontak di sana.

Keberhasilan Kakyu dalam mengetahui adanya pemberontak yang mereka sebut Kirshcaverish inilah yang membuat pemuda itu menjadi seorang Perwira Tinggi yang paling muda di Kerajaan Aqnetta dan menjadi Kepala Keamanan Istana.

Dengan pengangkatan ini Kakyu menjadi semakin terkenal dan dikagumi di Kerajaan Aqnetta terutama di kalangan gadis-gadis. Walau sudah terkenal dalam usianya yang masih muda, Kakyu tetap tidak sombong. Sikapnya pun tetap seperti dulu. Bahkan kepada Putri Eleanor, ia tetap dingin-dingin tenang.

Raja Alfonso senang melihatnya.

Ketenangan Kakyulah yang membuat Raja Alfonso memilihnya selain karena ketangguhannya yang tidak perlu diragukan lagi.

Setiap orang di Istana Vezuza tahu Putri Eleanor tidak menyukai sikap dingin-dingin tenang Kakyu itu.

Setiap kali bertemu dengan Kakyu, Putri selalu berusaha mengajak pemuda itu menamaninya.

Tak heran bila orang-orang di Hall itu mendengar Putri berkata, “Kalau tidak ada masalah apapun, temani aku berjalan-jalan.”

Dan seperti biasanya, Kakyu berkata, “Maafkan saya, Tuan Puteri.”

Walaupun tahu Putri Eleanor kesal mendengar penolakan itu, Kakyu melanjutkan kembali perjalanannya ke Ruang Baca untuk menemui Raja Alfonso.

Biasanya Kakyu memang tidak punya waktu untuk menemani Putri Eleanor karena banyaknya tugas yang harus dilakukannya.

Tapi kali ini Kakyu benar-benar harus menemui Raja Alfonso untuk membicarakan suatu masalah yang berkaitan dengan kejadian dua bulan yang lalu.

No comments:

Post a Comment