Monday, April 23, 2007

Kelembutan dalam Baja-Chapter 12

Pangeran Reinald tidak sabar menanti pasukan.

Sementara ia mengkhawatirkan Kakyu yang sampai sekarang tidak segera kembali, pasukan Kerajaan Aqnetta tidak segera datang.

Berulang kali Pangeran Reinald ingin menyusul Kakyu tetapi ia terus menahan diri. Ia tidak tahu hingga kapan ia mampu bertahan sementara kekhawatirannya semakin bertambah tiap menitnya.

Cukup lama Pangeran Reinald bertahan di tempatnya hingga ia akhirnya tidak sabar lagi.

Di saat itulah kedatangan pasukan Kerajaan Aqnetta terdengar di kejauhan.

Untung saja pasukan Kerajaan Aqnetta segera tiba di saat itu, bila tidak Kakyu tidak hanya harus memperhatikan Bleriot tetapi juga Pangeran Reinald yang tidak pernah sabar. Dan Kakyu pasti kesulitan karenanya.

Pangeran Reinald lega juga semakin tidak sabar mendengar suara itu.

Ketika akhirnya Adna muncul pertama kali dari kegelapan malam, Pangeran Reinald berkata tajam, “Mengapa kalian lama sekali?”

“Maafkan saya, Pangeran,” kata Adna, “Kami telah berusaha datang secepat mungkin tetapi kami harus berhati-hati kalau tidak kami akan terkena ranjau.”

Jenderal Decker yang datang kemudian, tidak mendengar percakapan itu. Kepada Pangeran Reinald yang dikenalnya sebagai Adna, ia bertanya, “Di mana Kakyu?”

“Di sana,” kata Pangeran Reinald sambil menunjuk markas Kirshcaverish yang terbakar.

Jenderal Decker kaget melihat markas itu dan lebih kaget lagi melihat markas itu terbakar. Bukan hanya kebakaran kecil tetapi sudah menjadi kebakaran yang sangat parah.

“Cepat!” kata Pangeran Reinald, “Apalagi yang kalian tunggu! Serang saja mereka di saat mereka kacau balau seperti ini.”

Adna yang menyamar sebagai Pangeran Reinald segera berkata, “Cepat serang mereka!”

“Kita belum melakukan persiapan apapun, Pangeran,” kata Jenderal Erin.

“Tidak perlu,” jawab Jenderal Decker, “Kakyu mengatakan kalian tidak perlu menyusun rencana apapun selain menyerang mereka dari segala penjuru.”

“Saat ini juga!” tambah Pangeran Reinald dengan tegas.

“Sebaiknya kalian menuruti apa katanya,” kata Adna.

“Engkau tidak perlu khawatir, Erin,” kata Jenderal Decker, “Kakyu telah membuatkan peta tempat ini lengkap dengan strateginya.”

“Kakyu?” tanya Jenderal Erin tak mengerti.

“Tidak ada waktu untuk menjelaskan itu. Sekarang kita harus segera menyerang Kirshcaverish seperti strategi yang dibuat Kakyu,” Jenderal Decker menegaskan.

Bersama Jenderal Reyn yang telah mempelajari peta itu, Jenderal Decker mengatur pasukan seperti strategi yang terlukis dalam selembar kertas bersama-sama peta itu.

Sementara pasukan bersiap-siap mengambil posisi di tempat mereka masing-masing, Pangeran Reinald menarik Adna menjauh.

“Kakyu tahu,” katanya memberitahu.

“Tahu apa, Pangeran?” tanya Adna.

“Tahu aku bukan engkau dan engkau bukan aku.”

“Saya tidak terkejut,” kata Adna jujur, “Ia memang bukan prajurit biasa. Entah kemampuan apa yang dimiliknya sampai ia bisa muncul tiba-tiba sehingga membuat saya terkejut.”

“Juga menghilang tiba-tiba,” tambah Pangeran Reinald.

“Lalu apa yang harus kita lakukan?” tanya Adna, “Apakah kita harus tetap seperti ini atau kita mengatakan semuanya?”

“Apakah tidak apa-apa bagimu?” selidik Pangeran Reinald.

Adna tampak ragu-ragu. “Saya tidak tahu, Pangeran. Tetapi kalau Anda memerintahkan kita kembali ke posisi semula, saya akan menurut.”

“Tidak, Adna,” kata Pangeran Reinald, “Aku tahu hubunganmu dengan Joannie semakin dekat. Aku tidak ingin merusaknya.”

“Tetapi bagaimana dengan Kakyu?”

“Jangan mengkhawatirkan dia,” kata Pangeran Reinald yang masih tidak mau mengatakan Kakyu itu seorang gadis, “Ia juga telah menanyakan hal ini kepadaku. Kurasa sampai kita akan kembali ke Chiatchamo, tidak akan terjadi apa-apa kalau kita tetap seperti ini.”

“Apakah kita akan menang, Pangeran?” tanya Adna cemas, “Selama ini pasukan kita tidak pernah menang bila bertemu mereka.”

Pangeran Reinald terlihat ragu-ragu juga. “Aku juga tidak yakin. Tetapi Kakyu sangat yakin.”

“Mungkin Perwira Kakyu benar,” kata Adna, “Ia bukan pemuda yang ceroboh. Ia pasti telah memperhitungkan segalanya.”

“Aku juga berharap seperti itu,” kata Pangeran Reinald, “Sekarang kembalilah ke barisan sebelum seorangpun curiga.”

“Baik, Pangeran.”

Adna segera meninggalkan Pangeran Reinald.

Dengan cemas, Pangeran Reinald mengikuti Adna tak lama kemudian. Matanya terus tertuju pada markas Kirshcaverish yang terlihat memerah di kegelapan malam itu. Kekhawatirannya semakin menjadi-jadi ketika akhirnya semua pasukan telah siap di posisi masing-masing.

Pangeran Reinald tidak ingin hanya berdiri diam di puncak lembah sambil terus membakar perkemahan Kirshcaverish sementara pasukan lain menyerbu Kirshcaverish selain itu mengkhawatirkan Kakyu. Tetapi seseorang harus terus mengacaukan perhatian Kirshcaverish sementara pasukan Kerajaan Aqnetta mendekati markas mereka dengan perlahan-lahan.

Ketika melihat seorang prajurit yang sering dilatih memanah oleh Kakyu, Pangeran Reinald segera memerintahkannya untuk menggantikannya kemudian ia sendiri mengikuti pasukan yang telah berangkat lebih dulu.

Sementara pasukan yang lain menuruni lembah itu dengan berlindung di balik semak-semak tinggi, Pangeran yang tidak punya posisi tetap, berjalan lebih cepat ke tempat Kirshcaverish. Ia ingin mencari Kakyu di perkemahan itu dan melihat apa yang dilakukan gadis itu sebelum kekhawatirannya berubah menjadi kecurigaan.

Satu-satunya tempat Kakyu berada yang terpikirkan oleh Pangeran Reinald hanya pusat perkemahan Kirshcaverish. Kakyu mengatakan ia akan mengacaukan perhatian Kirshcaverish dan kemungkinan ia besar mengacau perhatian para pemimpin yang berada di pusat perkemahan itu.

Dugaan Pangeran Reinald tidak salah. Kakyu memang berada di pusat perkemahan Kirshcaverish tetapi ia tidak mengacaukan perhatian pimpinan Bleriot. Dengan tenangnya, ia bersembunyi di balik tirai gelap yang memisahkan tenda besar itu menjadi ruang tidur dan ruang kerja.

Cahaya lilin yang menerangi tenda besar itu menguntungkan Kakyu.

Bleriot yang sibuk di meja kerjanya menjadi tidak tahu Kakyu yang bersembunyi di balik tirai tepat di belakangnya.

Kirshcaverish yang sibuk tidak melihat kedatangan pasukan Kerajaan Aqnetta di puncak lembah, tetapi Kakyu yang mengintip melalui pintu belakang tenda, melihatnya. Walaupun begitu Kakyu tidak bergerak dari tempatnya, ia terus mengawasi gerak-gerik Bleriot di dalam tendanya.

Kakyu tidak ingin tahu bagaimana penyerbuan itu terjadi dan ia tidak senang mengetahuinya. Ia hanya tahu tugasnya untuk saat ini adalah mengawasi Bleriot agar pria itu tidak sempat melarikan diri sebelum pasukan Kerajaan Aqnetta menangkapnya.

Seperti yang diduga Kakyu, pria tua itu segera bersiap-siap melarikan diri ketika mendengar suara tembakan di antara keributan yang terjadi di luar.

Bleriot sudah tahu senjatanya sama sekali tidak bersisa. Tetapi ia tidak tahu siapa yang menghancurkan senjata sisa itu. Seperti ia tidak tahu ia sudah diawasi Kakyu sejak tadi.

Malang sekali bagi Bleriot, sebelum ia kabur, pasukan Kerajaan Aqnetta dipimpin Pangeran Reinald sendiri sudah menyerbu masuk.

“Berhenti!” seru Pangeran Reinald.

Sesaat kemudian muncul juga Jenderal Decker yang segera berseru, “Engkau tidak dapat ke mana-mana lagi, Bleriot.”

Beberapa prajurit lainnya menyusul masuk termasuk para Jenderal.

Bleriot tertawa mengejek melihatnya. “Kalian jangan harap dapat menangkapku,” katanya mengejek, “Orang yang kalian kirimpun tidak akan dapat menangkapku.”

“Orang yang kami kirim?” tanya Jenderal Decker kebingungan.

“Jangan bohong,” kata Bleriot, “Kalian semua pengecut. Kalian tidak mengakui kekalahan kalian malah menyuruh orang lain menyerbu tempat ini.”

“Tetapi baik kalian maupun dia tidak akan dapat menangkapku,” Bleriot tersenyum mengejek, “Tidak ada. Tidak ada yang dapat menangkap Jenderal Besar sepertiku.”

Bleriot mundur perlahan-lahan sambil terus tertawa mengejek.

Pasukan Kerajaan Aqnetta tidak mengetahui ada pintu belakang di tenda itu yang letaknya di ruang tidur. Mereka juga tidak tahu kain gelap di belakang Bleriot bukan batas tenda melainkan tirai pemisah. Semua mengira Bleriot mundur karena ketakutan dan tidak seorangpun yang curiga karenanya.

Sesaat sebelum Bleriot memasuki ruang tidurnya, Kakyu membuka tirai itu dan menampakkan dirinya.

Bleriot terkejut melihat Kakyu di belakangnya. Tiba-tiba wajahnya memucat melihat Kakyu yang berdiri memantung – tidak bergerak juga tidak berbicara – itu.

“Kau?” katanya antara terkejut dan heran, “Kenichi?”

Kakyu terkejut mendengar nama itu.

Bagaimana Bleriot mengenal Kenichi? Apakah gurunya itu berada di sini?

Sekitar lima tahun lalu, Kenichi berpamitan pada keluarga Quentynna untuk berlatih di Hutan Naullie, tetapi sejak saat itu tidak pernah terdengar kabar berita darinya.

Kakyupun telah mencari sendiri pria tua itu di dalam Hutan Naullie. Berhari-hari ia menelusuri hutan lebat ini tetapi ia tidak menemukannya.

Mengingat Kenichi bukan orang biasa, Kakyu hanya dapat yakin gurunya selamat walau ia terus mencemaskannya. Kemudian timbul pikiran dalam diri Kakyu kalau gurunya kembali ke tanah airnya, Jepang.

Tidak aneh kalau Kenichi kembali ke tanah airnya. Tahun-tahun telah berlalu, sejak ia ditemukan pingsan di tepi pantai oleh Jenderal Reyn.

Ketika Jenderal Reyn menemukannya pingsan di tepi pantai, Kakyu masih belum lahir. Beberapa hari setelah kedatangannya di Quentynna House, Kakyu lahir.

Kenichi yang hanya mengerti sedikit bahasa Inggris yang digunakan di Kerajaan Aqnetta, sangat menyukai gadis kecil yang baru lahir itu. Kenichi senang melihat rambut gadis kecil itu bersinar terang seperti api yang terus membara.

Dari ucapannya yang tidak dimengerti sama sekali oleh keluarga Quentynna, keluarga Quentynna mendengar Kenichi terus menerus mengatakan ‘Kakyu’ dan akhirnya kata itu mereka gunakan sebagai nama gadis kecil yang baru lahir itu.

Sejak kedatangan Kenichi di Quentynna House, pria tua itu telah menjadi kakek bagi putri-putri keluarga itu tetapi tidak ada yang sedekat Kakyu.

Sejak kecil Kakyu sangat dekat dengan Kenichi. Hampir setiap saat bayi mungil itu berada di gendongan Kenichi.

Lady Xeilan yang melihatnya sampai berkata, “Kakyu seperti cucu kandung Kenichi saja. Setiap hari mereka selalu lekat.”

Akhirnya di antara keluarga Quentynna, hanya Kakyu yang mengerti apa yang diucapkan Kenichi. Setiap hari mereka berbicara dalam bahasa Jepang yang terdengar aneh di telinga keluarga Quentynna lainnya.

Sejak kecil Kakyu menguasai dua bahasa. Satu bahasa Inggris yang dipakai dalam kehidupan sehari-hari Kerajaan Aqnetta dan yang lain adalah bahasa Jepang yang diperolehnya dari Kenichi.

Ketika Kenichi masih ada di Quentynna House, Kakyu sering menggunakannya tetapi sejak pria itu menghilang, Kakyu tidak pernah menggunakannya lagi.

Orang tuanya juga kakak-kakaknya tidak ada yang mengerti bahasa itu. Tetapi Kakyu tidak pernah melupakan bahasanya itu seperti ia tidak pernah melupakan Kenichi yang dianggapnya telah kembali ke tanah airnya.

“Tidak,” kata Bleriot tak percaya, “Tidak mungkin engkau masih hidup. Aku melihat sendiri tubuhmu dibuang di lembah.”

Kakyu terkejut mendengarnya tetapi ia tetap tidak bergerak. Matanya terus mengawasi muka Bleriot yang sesaat lalu memucat.

Jenderal Reyn juga Jenderal Decker terkejut mendengarnya.

“Siapa engkau? Engkau pasti bukan Kenichi, aku yakin aku telah membunuhnya empat tahun yang lalu.”

Kakyu terus menatap Bleriot dari balik penutup wajahnya sebelum ia bertanya, “Engkau yang membunuh Kenichi?”

Di tempat itu tidak ada yang lebih mengenali Kakyu daripada Jenderal Reyn. Jenderal Reyn tahu suara tenang itu berbahaya, berbahaya bagi Bleriot. Jenderal Reyn tahu seorang ninja membunuh musuhnya dengan ketenangannya yang tajam itulah.

“Benar,” kata Bleriot bangga – tanpa menyadari bahaya yang mengancamnya, “Engkau tidak menduga bukan? Aku dapat membunuh seorang ninja sepertinya. Dan engkau bocah, engkau tidak akan dapat menangkapku.”

Kakyu diam saja. Matanya terus menatap tajam wajah Bleriot yang tertawa mengejek itu. Sementara itu dalam hatinya terus bergolak perasaan marah dan sedih.

“Kau ingin tahu bagaimana aku membunuh ninja itu?” tanyanya, “Aku maracuninya dan akhirnya aku membuangnya ke lembah terdalam di pegunungan ini. Ia tidak akan dapat hidup di sana.”

Bleriot tertawa puas. Tujuannya adalah menakuti Kakyu tetapi ternyata tujuannya itu justru membuat Kakyu semakin tajam menatapnya.

Gejolak dalam diri Kakyu semakin bertambah besar karenanya. Sementara di satu sisi Kakyu ingin membalas dendam, di sisi lain Kakyu ingin mematuhi tugasnya.

Kakyu terus berdiam diri. Dalam hatinya terus terjadi pergolakan yang luar biasa antara dendam dan tugas.

Teringat Kenichi yang baik hati dan selalu disiplin, Kakyu tahu pria itu tidak akan senang melihatnya mengabaikan tugasnya hanya karena masalah pribadi.

Dosa Bleriot lebih besar kepada Kerajaan Aqnetta dibandingkan kepada Kenichi. Kakyu tahu Bleriot harus menerima hukumannya dari Kerajaan Aqnetta.

“Jangan khawatir,” katanya, “Tak lama lagi aku akan mengirimkanmu ke tempatnya agar kau dapat berkenalan dengannya. Juga kalian semuanya.”

Sambil tertawa penuh keyakinan akan menang, Bleriot menepuk tangannya tiga kali.

Tiba-tiba Kakyu merasakan keberadaan beberapa orang di bawahnya. Bersamaan dengan itu dari sekitar tenda itu, beberapa pintu bawah tanah yang tersamar oleh tanah, terbuka.

Sekitar lima orang yang juga mengenakan pakaian seperti Kakyu muncul dari lubang bawah tanah itu.

Jenderal Reyn terkejut melihat mereka. Ia tahu bahaya bila berhadapan dengan mereka. “Mundur!” perintah Jenderal Reyn.

Pasukan Kerajaan Aqnetta segera melaksanakan perintah itu. Tetapi Kakyu tidak.
Jenderal Reyn khawatir melihatnya. “Kakyu, mundur!”

Seruan itu membuat prajurit-prajurit terkejut. Kegaduhan muncul di antara mereka tetapi Kakyu tetap tidak bergerak.

“Hadapi dia dulu,” perintah Bleriot pada para pengawal ninjanya.

Satu yang tidak diketahui Bleriot adalah Kakyu sudah tahu para pengawal berbaju hitam itu bukan ninja sejak mereka muncul. Gerakan mereka sama sekali tidak mirip seorang ninja.

Kalau Bleriot berniat membuat Kakyu takut dengan pengawal ninjanya, ia tidak akan berhasil. Tetapi kalau orang lain, ia akan berhasil.

Kakyu yang sudah lama belajar menjadi ninja dari Kenichi, tidak mungkin tidak dapat membedakan ninja yang asli dengan meraka yang hanya berbaju selayaknya seorang ninja.

Kelima orang itu segera mengelilingi Kakyu yang tetap tidak bergerak.

Pangeran Reinald benar-benar cemas karenanya. Ia ingin membantu Kakyu tetapi pengawalnya menghalanginya. Sedangkan Jenderal Reyn yang tak kalah cemasnya, tidak dapat dapat berbuat apa-apa. Demikian pula Jenderal Decker yang belum tahu benar kehebatan seorang ninja.

Tetapi tidak demikian halnya dengan prajurit lainnya. Mereka ingin membantu Kakyu.

Beramai-ramai mereka maju dan segera menyergap kelima orang itu. Kelima pria berbaju hitam itu segera bertindak ketika banyak pasukan yang menyerang mereka.

Gerakan mereka semakin membuat Kakyu yakin mereka tidak seperti dirinya. Tetapi Kakyu tidak akan membiarkan seorangpun di antara mereka melukai pasukan Kerajaan Aqnetta.

Karena tidak ingin ada korban yang jatuh, Kakyu segera mengeluarkan apa yang selama ini tidak boleh dilakukannya. Tanpa memejamkan matanya walau hanya sebentar, Kakyu terus menatap kelima pria itu dari tempatnya.

Bleriot kebingungan melihat kelima pengawalnya tiba-tiba seperti ketakutan sehingga pasukan Kerajaan Aqnetta dapat meringkus mereka dengan mudah.

“Satu yang tidak kauketahui adalah aku sama seperti Kenichi,” kata Kakyu memberitahu dalam bahasa Jepangnya yang fasih, “Kau tidak akan dapat mengalahkanku juga tidak ninjamu itu. Mereka cukup bagus menyamar menjadi ninja tetapi sayang sekali mereka tidak tahu siapa yang mereka hadapi.”

Bleriot tidak mengerti apa yang dikatakan Kakyu, tetapi ia tetap tidak mau menunjukkannya. “Apa yang kaulakukan pada mereka?” tanya Bleriot geram.

“Kobadera,” jawab Kakyu singkat.

Wajah Bleriot memucat mendengarnya.

Dengan bahasa Jepang yang fasih pula Kakyu berkata, “Sekarang saatnya untukmu.”

Jenderal Reyn yang mengerti sedikit apa yang dikatakan Kakyu terkejut mendengarnya. Ia khawatir Kakyu akan melakukan sesuatu pada pria itu.

“Jangan, Kakyu!” pintanya.

Jenderal Reyn tidak perlu khawatir Kakyu akan membunuh pria yang memucat itu sebagai pembalasan dendamnya.

“Apalagi yang kautunggu?” tanya Bleriot mengejek, “Engkau tidak cukup berani untuk membunuhku, bukan?”

Pancingan itu mempengaruhi Kakyu. Kembali rasa marah, benci, dendam dan kesedihan menguasai perasaannya. Benar-benar perjuangan yang berat bagi Kakyu yang biasanya selalu dapat menguasai perasannya, untuk memilih di antara perasaannya dan tugasnya.

Dengan kemampuannya Kakyu tahu ia bisa membunuh pria itu dengan mudah tetapi ia tidak akan melakukan itu. Kakyu tahu pria itu lebih senang mati daripada harus menjalani hukuman tetapi Kakyu ingin pria itu menebus semua kesalahan yang telah dilakukannnya.

Dengan perjuangan yang berat, Kakyu akhirnya memilih menghilangkan perasaannya demi tugasnya. Kenichi sering berkata kepadanya untuk selalu menguasai perasaannya dan tidak membiarkan perasaan pribadinya mencampuri pekerjaannya.

Kenichi akan tidak senang melihat Kakyu mencampurkan perasaan pribadinya dengan tugasnya. Tugas yang sangat penting bagi Kerajaan Aqnetta.

“Baiklah kalau itu keinginanmu,” katanya berbohong.

Jenderal Reyn terkejut mendengarnya.

Tetapi Kakyu tetap tidak berpindah dari tempatnya juga tidak bergerak. Matanya terus tertuju pada pria itu.

Jenderal Reyn semakin khawatir melihatnya.

Mata Kakyu yang terus menatap tajam, membuat Bleriot ketakutan tetapi ia tidak mau menampakkannya.

Kakyu sendiri juga tidak mau menanti lebih lama lagi. Semakin ia melihat pria itu, semakin ingin ia membunuh pria itu.

Sebelum segalanya terlambat untuknya, Kakyu segera bertindak cepat.

Masih dengan bahasa asingnya, Kakyu berkata, “Kenichi tidak akan senang melihatmu masih hidup, tetapi ia lebih tidak akan senang lagi bila aku membunuhmu.” Bersamaan dengan itu, Kakyu meninggalkan Bleriot yang sudah ketakutan dan tidak dapat melawan lagi.

“Cepat tangkap dia!” seru Jenderal Reyn begitu Kakyu meninggalkan tenda secepat angin.

Tanpa perlu disuruh dua kali, pasukan segera bertindak. Menangkap Bleriot yang sudah ketakutan oleh Kakyu, lebih mudah daripada menangkap kelima pria itu. Dengan mudah mereka mengikat Bleriot dan membawanya pergi.

Pasukan telah meninggalkan tenda tetapi para pemimpin mereka belum.

“Apa yang dia katakan tadi?” tanya Jenderal Decker.

“Jangan tanya aku,” kata Jenderal Reyn, “Aku sendiri tidak mengerti apa yang dia katakan itu.”

“Di mana dia mempelajari bahasa itu?” tanya Pangeran Reinald dengan wajah pucatnya karena terkejut dan tidak percaya.

“Dari Kenichi,” jawab Jenderal Reyn.

“Engkau seharusnya juga dapat mengerti apa yang ia katakan,” kata Jenderal Decker, “Bukankah Kenichi guru Kakyu?”

“Itulah masalahnya. Walaupun aku dan Kenichi tinggal serumah tetapi saja Kakyu yang paling dekat dengannya yang mengerti bahasa Jepang. Dibandingkan siapapun di Quentynna House, Kakyu lebih mahir menguasai bahasa itu. Sejak lahir, ia sudah dekat dengan Kenichi.”

“Kalau rambut Perwira Kakyu berwarna hitam, aku yakin ia akan seperti seorang pemuda Jepang,” Pangeran Reinald palsu menanggapi. Sedangkan Pangeran Reinald yang asli hanya diam saja.

Gadis itu tampak semakin penuh misteri baginya. Banyak sekali pertanyaan yang muncul dalam diri Pangeran tampan itu dengan kejadian yang baru saja terjadi.

“Akhirnya masalah ini selesai juga,” kata Jenderal Erin, “Sekarang kita hanya perlu menggeledah tempat ini dan memeriksanya kemudian kembali ke Chiatchamo.”

“Tak pernah kubayangkan pertempuran terakhir ini lebih mudah dari pertempuran-pertempuran sebelumnya,” tambah Jenderal yang lain.

“Seharusnya memang begitu,” Jenderal Decker puas, “Apa gunanya kita mendapatkan bantuan dari Kakyu kalau tidak seperti ini hasilnya.”

Adna menatap Pangeran Reinald.

Segala keputusan ada di tangan Pangeran itu, apakah tetap membiarkan kesalahpahaman ini atau membenarkan? Apakah mereka harus memeriksa Hutan Naullie dengan teliti atau mereka dapat segera pulang setelah ini?

Pangeran Reinald sendiri tidak memikirkan masalah yang lain selain Kakyu.

Pangeran pernah mendengar temannya yang memang berasal dari Jepang menggunakan bahasa itu dan ia ingin penjelasan atas semua ini langsung dari Kakyu sendiri.

Sebelumnya Pangeran harus tahu ke mana perginya gadis itu tetapi ia tidak yakin akan dapat menemukan gadis itu. Gadis itu seperti angin yang datang dan pergi tiba-tiba serta tidak ada yang dapat menduganya juga mengikutinya.

Ke manapun perginya gadis itu, yang pasti gadis itu akan selamat. Gadis itu memang bukan seorang gadis biasa. Ia tidak hanya setangguh pemuda lain tetapi juga cepat.

Pangeran Reinald yang ketika berada di Inggris sering dipuji cepat baik dalam mengambil keputusan maupun bertindak, tidak dapat mengalahkan Kakyu.

Kakyu masih terlalu cepat untuknya.

Pangeran Reinald segera meninggalkan tenda itu untuk mencari Kakyu.

Walau telah mencari di sekeliling markas Kirshcaverish, ia tetap tidak dapat menemukan gadis itu. Ia ingin mencari Kakyu di benteng, tetapi ia tidak dapat meninggalkan pasukan Kerajaan Aqnetta di sini.

Sampai sekarang ia memang belum menukar kembali posisinya dengan Adna bahkan belum memberi tanda-tanda untuk melakukan itu, tetapi Pangeran tahu Adna tidak tahu harus berbuat apa tanpa dirinya. Kalaupun tahu, belum tentu pria itu tahu apa yang ingin dilakukannya.

Pangeran Reinald terus berkeliling markas Kirshcaverish sambil mencari Kakyu.

Sejak Bleriot dan seluruh anggotanya tertangkap semua – tanpa ada yang lolos, pasukan mulai memeriksa markas Kirshcaverish.

Segala barang bukti mereka kumpulkan sebagai bahan pengadilan bagi Bleriot dan kelompoknya.

Mereka juga membersihkan lembah ini dari sisa-sisa tempat tinggal Kirshcaverish untuk memastikan tidak ada lagi kelompok pemberontak yang muncul di tempat ini.

Untung tidak ada korban jiwa yang jatuh sehingga tugas prajurit Kerajaan Aqnetta menjadi mudah.

Seluruh pasukan tampak tidak sabar lagi untuk segera pulang ke keluarga mereka masing-masing.

Mereka semua telah berjasa bagi kedamaian kerajaan mereka dan sebentar lagi tiba saatnya bagi mereka untuk menikmati apa yang telah mereka lakukan bagi Kerajaan Aqnetta.

Tidak seorangpun dari mereka yang mengharapkan penghargaan yang tinggi dari Raja Alfonso setelah mereka tiba di Chiatchamo. Mereka lebih mengharapkan kembali pada keluarga mereka dan melepas rindu serta kecemasan yang ada.

Perang telah usai.

Kirshcaverish telah tertumpas. Pemimpinnya pun dapat tertangkap.

Tidak ada lagi yang perlu dikhawatirkan. Kedamaian Kerajaan Aqnetta telah kembali. Tetapi bersamaan dengan itu muncul tugas baru bagi Kerajaan Aqnetta.

Dengan adanya pemberontak ini, Kerajaan Aqnetta harus semakin memperkuat pasukannya bukan hanya di daerah yang lapang tetapi juga di hutan.

Di darat maupun di laut pasukan Kerajaan Aqnetta harus kuat agar tidak ada satu kerajaanpun yang dapat menguasai kerajaan kecil yang makmur dan kaya hasil bumi ini.

Malam semakin larut dan pagi semakin dekat tetapi Pangeran Reinald belum dapat menemukan Kakyu.

Tidak ada seorangpun di antara mereka yang melihat kepergian Kakyu. Prajurit yang berjaga-jaga di sekitar perkemahan Kirshcaverish pun tidak.

Pangeran sejak tadi ingin menerobos Hutan Naullie dan mencari Kakyu lebih dalam tetapi sayangnya Pangeran Reinald tidak dapat pergi tanpa membuat seorangpun terutama Adna khawatir.

Pangeran tidak mengenal Hutan Naullie ini sebaik Kakyu. Andai ia mengenal hutan ini dengan baik, tentu tak seorangpun yang akan khawatir ia tersesat.

Pangeran Reinald benar-benar jengkel menyadari ia tidak dapat berbuat banyak selain mondar-mandir dengan cemas di sekitar perkemahan Kirshcaverish. Ia tidak dapat meninggalkan Hutan Naullie juga tidak dapat memasuki Hutan Naullie lebih dalam lagi.

Kalau ia nekat melakukannya, ia tahu sendiri apa yang akan terjadi. Ia bukan hanya membuat Adna khawatir, lebih celaka lagi kalau kemudian pengawalnya itu karena sangat khwatirnya, mengatakan segalanya. Sedangkan Pangeran untuk saat ini masih belum mau membenarkan kekeliruan ini. Pangeran masih ingin memiliki banyak waktu untuk mendapatkan segala yang ingin ia ketahui dari Kakyu.

Sejak kemarin, Kakyu telah membuat Pangeran Reinald jengkel dan sekarang Pangeran tidak dapat lagi menahan kejengkelannya itu. Pangeran Reinald benar-benar marah. Hampir setiap orang yang mengganggunya mendapatkan amarahnya.

Untung saja Adna yang mengenal sikap Pangeran, menyarankan kepada setiap orang di sana untuk tidak mengusik Pangeran.

Pangeran terus mencari Kakyu.

Sang ayah, Jenderal Reyn sendiri tidak mengkhawatirkan putranya. Jenderal Reyn tahu Kakyu akan selamat apalagi dengan kekuatan yang dimilikinya. Walaupun sedang dalam keadaan sedih, Jenderal Reyn yakin Kakyu masih dapat menguasai dirinya.

Kemarahan dan kesedihan yang tadi menguasai hatinya tidak membuatnya salah bertindak. Kakyu melawan semua perasaannya demi tugasnya. Itu sudah cukup bagi Jenderal Reyn untuk tidak mengkhawatirkan Kakyu.

Di manapun Kakyu berada saat ini, ia tidak akan melakukan hal bodoh apapun.

Dengan kesal Pangeran Reinald terus mencari di sekitar lembah.

No comments:

Post a Comment