Sunday, March 18, 2007

Gadis Hari Ketujuh-Chapter 5

“Engkau sudah mengetahui siapa pria yang mendahuluimu itu?”

Pangeran menatap makanannya.

“Eduardo, engkau sudah mengetahui siapa orang itu?” ulang Raja lebih keras.

Pandangan Pangeran kosong ketika memasukkan makanan ke dalam mulutnya.

“EDUARDO!” seru Raja, “Eduardo! Engkau mendengarkanku!?”

Pangeran terlonjak kaget. “A…ada apa?”

“Aku bertanya padamu?”

“Bertanya apa?”

“Apa yang sejak tadi engkau pikirkan?” tanya Raja.

“Sikapmu itu seperti orang yang sedang jatuh cinta. Siapakah gadis yang beruntung itu?” tanya Ratu penuh semangat.

“Tidak ada,” bantah Pangeran, “Aku tidak memikirkan apa-apa.”

“Jawablah sejujurnya, Eduardo,” desak Ratu, “Siapa yang sedang kaupikirkan?”

“Penduduk Pienlang,” Pangeran berbohong, “Aku sedang berpikir bagaimana cara untuk membantu mereka semakin cepat pulih dari krisis ini.”

“Bukankah kaukatakan sudah ada orang yang membantu mereka sebelum engkau?”

“Benar, Papa. Tetapi hari ini aku mengetahui dari Dokter Tervis bahwa orang itu tidak akan kembali lagi.”

“Dokter Tervis?” Raja keheranan, “Bukankah ketika engkau akan berangkat, engkau kebingungan mencari dia. Jerver sendiri sampai pusing mencarinya. Bagaimana ia bisa berada di sana?”

“Orang yang mendahuluiku itu yang membawanya.”

“Orang itu lagi,” kata Raja tertarik, “Siapakah dia? Apakah engkau sudah mengetahui?”

“Tidak. Bahkan Tervis sendiri tidak mengetahui siapa gadis itu.”

“Gadis!?” seru Ratu tak percaya, “Hebat! Hebat sekali!” Dengan penuh semangat, Ratu mendesak Pangeran, “Engkau sudah bertemu dia? Menurutmu bagaimana dia? Apakah ia cantik? Apakah ia mempesonamu? Seperti apakah dia? Apakah dia sopan?”

“Aku belum pernah bertemu dia. Selama ini aku hanya melihat punggungnya. Pernah ia bertatap wajah denganku, tetapi ia segera berpaling. Ia sepertinya enggan untuk bertatap muka denganku. Entah mengapa aku merasa ia berusaha menghindariku.”

“Sekarang aku tahu siapa yang kaupikirkan. Engkau jatuh cinta padanya?”

“TIDAK!!” bantah Pangeran, “Berdasarkan cerita Tervis tentang gadis itu, aku yakin ia telah memiliki tunangan. Tervis sendiri berkata gadis secantik dia tak mungkin tidak mempunyai tunangan.”

“Tervis adalah pria yang jarang memberikan pujian. Bila ia sampai berkata seperti itu tentunya gadis itu adalah gadis yang sangat cantik,” kata Raja.

“Kata Tervis ia adalah gadis tercantik yang pernah dijumpainya juga paling menarik. Aku melihat Tervis terkagum-kagum padanya. Demikian pula semua orang di Pienlang.”

“Apakah Tervis pernah bertemu Pelangi Evangellynn?”

“Entahlah, aku tidak tahu. Tetapi para gadis itu sering mendapat undangan, kurasa mereka pernah bertemu.”

Pangeran jengkel mendengar nama Pelangi Evangellynn itu disebut-sebut kembali oleh orang tuanya. Mereka adalah masa lalu Pangeran yang paling menjengkelkan dan paling ingin dilupakan.

Raja termenung. “Gadis itu pasti lebih cantik dari Pelangi Evangellynn termasuk putri bungsu yang kata Emilie paling cantik itu,” gumamnya.

“Dan, ia sudah pasti mempunyai tunangan atau mungkin ia sudah menikah,” tekan Pangeran.

Ratu mengangguk kecewa. “Sungguh sayang. Padahal aku berharap dia bisa merubah keinginanmu. Andai ia bisa membuat Tervis terkagum-kagum, tentunya ia adalah gadis yang sangat menarik. Dan tentu ia sudah mempunyai tunangan.”

“Engkau tahu dari mana ia berasal?”

“Aku tidak tahu. Tetapi aku dan Tervis beranggapan ia Putri dari kerajaan tetangga.”

Raja mendengarkan dengan tertarik.

“Selama hampir satu bulan ia memberi bantuan kepada Pienlang. Tanpa henti, tiap hari ia mengirim banyak barang untuk mereka. Tervis yang selalu sibukpun bisa dibawanya ke Pienlang dengan mudah. Bahkan pagi ini sebelum meninggalkan Pienlang, ia berkata pada Tervis bahwa ia telah mengirim orang untuk membangun saluran air dari sungai ke Pienlang.”

“Aku tidak tahu siapa yang sangat kaya seperti itu di Evangellynn juga sangat berkuasa hingga Tervis yang selalu sibuk itu bisa tunduk pada keinginannya. Demi dia, Tervis mau meninggalkan segala kesibukannya yang mendatangkan banyak uang. Bahkan, ia berjanji pada Tervis untuk mengganti semua kerugiannya akibat permintaannya. Kata Tervis, gadis itu sangat sopan. Melebihi semua gadis yang pernah dilihatnya. Tervis menyebut sikapnya itu sebagai tata krama kelas tinggi.”

“Itu belum seberapa dibandingkan orang yang diutusnya untuk membangun saluran air. Yang pasti, aku sendiri belum tentu bisa mendatangkan dia untuk rakyat Pienlang.”

“Siapa yang didatangkannya?” Raja semakin tertarik.

“Arsitektur ternama di kerajaan ini,” jawab Pangeran.

“Lancetlon yang sulit ditemui itu?” Raja terpukau. “Ketika aku membutuhkannya untuk memperbaiki Istana ini, aku harus memesannya setengah tahun sebelumnya. Gadis itu menemuinya dan Lancetlon langsung menyanggupinya.”

Raja menggelengkan kepalanya tak percaya. “Gadis itu mengagumkan. Lancetlon dibuat mengorbankan banyak keuntungannya untuk Pienlang.”

“Entah berapa banyak uang yang dikeluarkan gadis itu untuk membayar Lancetlon,” Ratu ikut kagum.

“Yang pasti jumlahnya sesuai dengan keuntungan yang harusnya didapat Lancetlon selama ia menangani Pienlang,” sambung Raja.

“Selain sangat kaya, ia juga memiliki pengaruh yang besar. Selain keluarga kerajaan, siapa lagi yang mempunyainya di Evangellynn?”

“Tidak ada,” jawab Raja. “Harus kuakui ia pandai memanfaatkan pengaruhnya hingga Lancetlon yang terkenal paling sulit meninggalkan pekerjaannya itu bisa begitu saja ikut dengannya. Aku ingin berjumpa dengan Putri ini.”

“Akupun demikian. Tetapi pagi ini ia mengatakan pada Tervis bahwa ia tidak dapat datang lagi. Ia masih memiliki banyak pekerjaan yang tidak dapat ditinggalkannya.”

“Tentu saja. Ia tidak bisa meninggalkan tugas-tugas kerajaannya. Ayahnya pasti cemas putrinya yang sangat cantik itu pergi berhari-hari.”

“Aku ingin bertemu dengan ayah yang beruntung itu,” celetuk Ratu.

“Aku tidak tertarik untuk dijodohkan dengannya!” Pangeran menyahut.

“Tetapi engkau memikirkannya.”

“Itu karena aku ingin mengetahui dari mana dia. Aku ingin berterima kasih padanya.”

“Jangan lupa. Gadis yang menarik seperti dia, pasti telah ditunangkan oleh ayahnya. Apalagi ia seorang Putri.”

Ratu memandang suaminya dengan penuh kecewa.

“Aku pergi!” kata Pangeran kesal. Ia tidak ingin lagi mendengar semua ceramah ibunya.

“Mau ke mana engkau? Makananmu belum…,” Ratu tak sempat mencegah kepergian Pangeran.

“Selalu!” geram Ratu kesal, “Anak ini selalu begini bila diajak berbicara tentang pernikahannya.”

“Engkau terlalu mendesaknya.”

“Ia sudah besar. Apa yang terjadi bila ia tidak menikah?” sahut Ratu. Wajah Ratu menjadi sendu, “Aku ingin menggendong cucuku.”

“Entah apa yang membuatnya berpikir sesinis itu pada wanita. Bahkan sampai membuatnya tidak mau menikah.”

“Aku lebih suka bertanya siapa yang memberinya filsafat itu.”


-----0-----



Pangeran melangkah cepat ke dalam kamarnya.

Dalam hati Pangeran merasa menyesal telah bercerita banyak kepada orang tuanya. Sekarang orang tuanya, terutama ibunya akan semakin sering mendesaknya.

Kehidupan di dalam Istana dalam waktu yang mendatang ini akan menjadi kehidupan yang menjenuhkan. Setiap hari Pangeran harus mendengarkan ceramah panjang lebar Ratu.

“Andai engkau berjumpa dengannya lebih awal.”

Kalimat itu akan menjadi kalimat yang sering didengar Pangeran dalam hari-hari mendatang. Ratu adalah satu-satunya orang yang menyesali kenyataan bahwa gadis itu telah bertunangan.

Berbeda dengan Pangeran, yang membuat Pangeran menyesal adalah ia tidak dapat bertemu dengan gadis itu. Hingga malam ini, Pangeran tersiksa oleh keingintahuannya yang begitu besar.

Tidurnya terasa tidak nyenyak memikirkan gadis asing itu.

Dalam awangnya selalu terbayang punggung gadis itu. Dalam mimpinya selalu terlihat rambut hitam lebat yang bergelombang indah itu. Dalam pikirannya selalu terlintas senyum manis yang indah di wajah yang cantik berseri itu.

Pangeran menyesal tidak dapat melihat rupa gadis itu dengan jelas.

Pangeran menyesal tidak dapat berbicara dengan gadis itu.

Segala macam perasaan menyesal dan ingin tahu terus berkecamuk di hati Pangeran dan menyiksanya.

Ketika melihat kegembiraan rakyat Pienlang, hati Pangeran terasa damai tetapi ia tidak merasa sempurna. Ia merasa ada yang terlewatkan olehnya dan itu adalah gadis asing itu.

Gadis itu mengetahui siapa dirinya tetapi Pangeran tidak mengetahui siapa dia.

Pangeran menyesal, sedih, kecewa juga marah.

Gadis itu tidak akan datang lagi ke Pienlang. Tidak setelah semua yang telah dilakukannya. Tidak setelah Pangeran Evangellynn mengetahui keadaan penduduknya yang malang.

Gadis itu menghindarinya. Ketika tahu Pangeran datang, ia tidak mau menemuinya bahkan menghilang.

Siang malam, kehidupan Pangeran tidak lagi menyenangkan seperti dulu. Kesibukannya di Pienlang tidak membuatnya melupakan gadis asing itu bahkan membuatnya semakin ingin tahu.

Setiap berada di Pienlang ia selalu berharap melihat kembali gadis itu. Sayangnya, harapan itu tak pernah terwujud.

Gadis itu benar-benar menghilang dari Pienlang seperti yang telah dikatakannya. Satu-satunya yang tak hilang darinya adalah peninggalannya.

Siang hari setelah kepergian gadis itu, seorang pria bertubuh besar dan berjenggot hitam tebal dengan rambut coklat keritingnya yang gerondong, muncul. Pria itu adalah Lancetlon.

Lancetlon datang memenuhi panggilan gadis itu untuk melihat keadaan Pienlang hingga ke sungai terdekat yang berjarak lebih kurang dua mil.

Sepanjang hari itu Lancetlon mengukur dan menghitung saluran yang akan dibuatnya. Menjelang malam, Lancetlon pergi tetapi ia kembali lagi keesokan harinya bersama puluhan pekerja.

Bersamaan kedatangan para pekerja itu, berdatangan pula banyak kereta. Segala yang diperlukan bagi pembangunan saluran didatangkan oleh berpuluh-puluh kereta barang.

Dua buah kereta penuh berisi peralatan membangun terutama cangkul. Kereta-kereta yang lain membawa kayu dan perlengkapan untuk tidur yakni selimut hangat.

Di antara kereta-kereta itu ada sebuah kereta yang khusus berisi peralatan memasak dan bahan-bahan memasak.

Tujuh pekerja yang telah diperintahkan Lancetlon untuk membangun rumah kayu sederhana, segera melaksanakannya.

Tiga orang laki-laki bertopi putih tinggi, turun dari kereta yang berisi perlengkapan memasak itu dan segera menurunkan barang-barang yang perlu.

Ketika rumah kayu untuk dapur mereka usai dibangun, mereka dengan bantuan pekerja lain, segera memindahkan barang-barang di kereta ke rumah itu.

Pekerja yang lain juga membangun perkampungan sementara mereka dari kayu-kayu yang telah didatangkan. Di tempat yang mereka bangun itulah mereka menempatkan selimut hangat yang akan mereka gunakan untuk tidur di malam hari.

Sepanjang hari itu mereka sibuk mempersiapkan pembangunan saluran air dari sungai ke Pienlang.

Penduduk Pienlang berlalu lalang mengawasi para pekerja itu. Kemarin gadis itu telah meminta Tervis untuk mengatakan kedatangan Lancetlon dan para pekerjanya pada penduduk, hari ini beberapa penduduk tampak di antara para pekerja.

Penduduk merasa sangat berterima kasih pada kesukarelaan para pekerja itu untuk membangun saluran yang kelak akan menyejahterahkan hidup mereka. Mereka merasa perlu terlibat dalam usaha pembangunan ini.

Pria-pria yang telah dinyatakan sehat oleh dokter, membantu para pekerja membangun perkampungan sementara.

Wanita-wanita yang telah pulih dari sembuhnya, membantu para koki itu menyiapkan makanan bagi pekerja.

Anak-anak yang mendapatkan kembali keceriaan mereka, dengan riang melakukan segala pekerjaan ringan yang dibebankan pada mereka.

Suasana kerja sama hari itu menakjubkan Pangeran.

Mereka yang tidak saling mengenal bisa bekerja bersama tanpa perasaan asing untuk satu tujuan. Mereka membantu tanpa peduli kenal atau tidak.

Pangeran terharu melihat rakyatnya.

Pangeran pun tidak mau ketinggalan. Bila kemarin-kemarin gadis itu yang mendatangkan banyak bantuan untuk Pienlang, kali ini Pangeran ingin memberikan bantuan.

Kedatangan para pekerja itu disambut Pangeran dengan memerintahkan prajurit segera ke Istana untuk mengumpulkan bahan makanan bagi para pekerja. Pangeran juga memerintahkan Roger untuk mengumpulkan bahan bangunan bagi pembangunan saluran ini.

“Barang apa saja yang kauperlukan untuk pembangunan ini, Lancetlon?” tanya Pangeran sebelum menugaskan Roger.

“Saya tidak membutuhkan banyak bahan bangunan, Pangeran,” jawab Lancetlon, “Tuan Puteri menginginkan sebuah saluran buatan yang terlihat alami.”

Pangeran hanya menatap Lancetlon.

“Kemarin saya telah menemui Tuan Puteri untuk membicarakan saluran ini. Saya memberikan padanya rancangan saluran yang akan bangun. Saat itulah Tuan Puteri menyatakan keinginannya. Ia ingin kami membuat anak cabang sungai itu ke Pienlang. Untuk mencegah bila ada hujan deras yang menyebabkan anak sungai meluap, ujung anak cabang akan dibuat dalam dan besar menyerupai kolam besar. Pada tepi-tepinya akan dibangun dinding yang sangat kuat untuk mencegah luapan air. Itulah yang kemarin dikatakan Tuan Puteri. Sebagian besar pekerjaan kami adalah menggali anak cabang ke Pienlang.”

Pangeran mendengarkan dengan tercengang.

Lancetlon adalah pria keras kepala yang tidak mau ditolak rancangannya. Ia adalah arsitektur terbagik Evangellynn tetapi ia tidak memiliki sifat yang menyenangkan. Lancetlon tidak mau orang lain mengkritik apa yang dibuatnya. Baginya, apa yang ia rencanakan adalah yang terbaik. Tak peduli siapapun yang memerintahkannya, Lancetlon akan membangun apa yang ia rencanakan walau orang itu tak setuju. Itulah sifat keras kepala Lancetlon yang sering membuat orang lain jengkel. Tetapi harus diakui hasil pekerjaan Lancetlon selalu memuaskan.

“Anda mungkin bisa membawakan tambahan cangkul dan alat pencongkel batu. Melihat penduduk yang ikut membantu, saya khawatir peralatan yang disediakan Tuan Puteri tidak mencukupi.”

“Berapa yang kaubutuhkan?”

“Saya tidak dapat memastikannya, Pangeran.”

“Aku akan melihat dulu seberapa banyak penduduk Pienlang yang akan membantu pembuatan saluran ini kemudian akan kuputuskan berapa yang harus didatangkan.”

“Itu adalah ide yang baik, Pangeran.”

Pekerjaan membangun dimulai pada keesokan harinya. Pagi hari ketika langit masih malam, para pekerja telah bangun dan bersiap-siap untuk memulai pekerjaan mereka.

Ketiga koki juga bangun dan mulai mempersiapkan sarapan.

Ketika penduduk Pienlang bangun, mereka telah terlambat. Pekerjaan telah dimulai. Penduduk bergegas membantu menggali sungai kecil.

Pekerja yang jumlahnya hampir 80 orang itu dipimpin oleh Lancetlon untuk menggali saluran dari sungai ke Pienlang. Lancetlon mengawasi pekerjaan para pekerja itu tanpa berhenti memberi komando.

Ketika Pangeran tiba, suasana desa kembali menjadi sangat sepi. Bahkan jauh lebih sepi dari saat pertama kali Pangeran datang.

Tawa anak kecil yang telah muncul, kembali menghilang. Para wanita dan pria pergi ke sungai untuk memberikan bantuan.

Pangeran sungguh tidak tahu bagaimana harus berterima kasih pada gadis asing itu. Gadis itu telah membuat segalanya menjadi jauh lebih mudah bagi Pangeran. Ia membuka jalan untuk diteruskan Pangeran.

Pangeran menemukan Lancetlon berada di tepi sungai bersama anak buahnya yang telah menggali anak sungai.

Air sungai mengalir deras. Riak-riaknya menerjang tepi sungai dengan keras. Percikan-percikan air berhamburan dari batu-batu di tengah sungai. Warna airnya yang biru jernih, semakin indah biru oleh langit. Awan-awan putih mengambang di permukaan air.

Di sampingnya, para pekerja yang penuh keringat, menggali tanpa kenal lelah. Bunyi cangkul terdengar bertalu-talu bagai nyanyian ombak di laut.

“Bagaimana perkembangannya?”

“Semuanya berjalan lancar sesuai yang direncanakan,” lapor Lancetlon.

“Air sungai sangat deras, apakah tidak berbahaya bagi Pienlang?” tanya Pangeran.

“Tidak, Pangeran. Ketika melewati anak sungai yang kami buat, aliran air makin lama kian melambat dan ketika tiba di Pienlang, airnya tidak akan meluap.”

“Air sungainya akan merupakan air mati yang tidak dapat mengalir. Air akan mengalir ke Pienlang tetapi setelah itu ia tidak dapat pergi ke manapun. Ia akan terperangkap di ujung anak sungai. Air itu tidak akan sehat. Kalau kita mengembalikannya ke sungai atau ke laut, air akan terus mengalir.”

“Anda tidak perlu mengkhawatirkannya, Pangeran. Tuan Puteri telah memikirkannya. Air anak sungai buatan ini, akan dapat mengalir masuk dan pergi. Selama sungai induknya deras, air dapat pergi dan kembali.”

Pangeran memikirkannya.

“Anda tidak perlu memikirkannya, Pangeran. Kemarin malam Tuan Puteri menemui saya untuk merubah pembangunan saluran. Ia ingin kami membelokkan anak sungai ke Herbranchts kemudian mengembalikan kepada induknya.”

“Herbranchts?” Pangeran kebingungan, “Apakah desa itu mengalami nasib yang sama seperti Pienlang?”

“Tidak, Pangeran. Dibandingkan Pienlang, Herbranchts jauh lebih makmur. Jaraknya dengan Pienlang tidak jauh hanya sekitar 2 mil. Anda dapat melihat keadaan di sana bila Anda ingin. Dengan kuda Anda, saya yakin Anda bisa mencapainya dalam waktu kurang dari seperempat jam.”

Seorang pria mendekati Lancetlon dan berbisik padanya.

“Maafkan saya, Pangeran. Ada yang perlu saya urus.”

Pangeran memperhatikan Lancetlon yang menjauh bersama pria itu.

Pria itu tidak terlalu tua juga tidak terlalu muda, Pangeran menilai pria yang menganggu pembicaraannya dengan Lancetlon, mungkin umurnya sekitar empat puluh tahun. Pakaian yang dikenakannya rapi. Bajunya berwarna hitam mengkilat seperti celananya. Pakaiannya sangat rapi seperti seorang bangsawan.

Mereka berbicara dengan serius. Entah apa yang dikatakan pria itu sehingga membuat Lancetlon mengangguk berulang kali. Tak lama kemudian mereka berjabat tangan dan pria itu pergi.

Lancetlon kembali ke tempat Pangeran dengan wajah berseri-seri.

Pangeran menduga pria itu adalah utusan Putri negeri tetangga itu. Kedatangannya menemui Lancetlon adalah untuk memberitahunya berapa bayaran yang akan didapatkan Lancetlon setelah pekerjaannya selesai. Hal itu terlihat jelas di wajah berseri Lancetlon.

“Maafkan atas gangguan ini, Pangeran,” kata Lancetlon, “Ia adalah utusan Tuan Puteri.”

Pangeran sudah menduganya.

“Sekarang kita dapat meneruskan kembali pembicaraan kita,” kata Lancetlon, “Sebelum saya lupa, Pangeran, saya ingin memberitahu Anda bahwa bantuan Anda telah saya terima kemarin. Saya sangat berterima kasih atas bantuan yang sangat banyak itu, tetapi sayang saya tidak memerlukan bahan-bahan bangunan itu lagi.”

“Ya,” Pangeran mengangguk, “Engkau hanya menggali anak sungai.”

“Tidak, Pangeran. Kami tetap akan membangun tetapi kami tidak memerlukan banyak bahan bangunan. Tuan Puteri ingin kami membangun beberapa sumur di tempat yang telah ditentukan oleh geologis yang dikirim Tuan Puteri. Hari ini para geologis itu akan datang ke Pienlang untuk mulai menentukan sumber air di dalam tanah.”

“Begitu banyak yang ia keluarkan untuk Pienlang,” pikir Pangeran, “Kerajaan ini berhutang banyak pada kerajaannya. Entah dari kerajaan mana ia berasal.”

Berpuluh-puluh orang mendekat dengan cangkul di tangannya.

Lancetlon menepuk tangannya dan dengan puas berkata, “Akhirnya mereka datang juga.”

Pangeran keheranan melihat puluhan pria itu.

Lancetlon meninggalkan Pangeran dan berseru pada pria-pria itu, “Kalian cepat membantu yang lain menggali!”

Tanpa perlu diperintah dua kali, orang banyak itu segera berjajar di antara para pekerja yang lain dan mulai menggali.

“Mereka adalah para pekerja yang dikirim Tuan Puteri pagi ini. Pria itu tadi datang untuk memberitahukan kedatangan mereka,” Lancetlon memberitahu Pangeran.

Pangeran terpana melihat deretan pria yang berjajar berhadap-hadapan sejauh seratus meter lebih itu.

“Kalian akan membutuhkan banyak makanan. Aku akan mengirimkannya untuk kalian.”

“Terima kasih, Pangeran. Kami sangat mengharapkan bantuan itu.”

“Aku tak dapat membayangkan berapa banyak uang yang Tuan Puteri kalian itu keluarkan untuk membiayai pembangunan besar-besaran ini.”

No comments:

Post a Comment