Sunday, March 11, 2007

Anugerah Bidadari-Chapter 12

Erland mengawasi Altamyra.

Seperti yang pernah dikatakan padanya, pada hari Minggu Altamyra menghentikan semua kesibukannya. Sejak pagi gadis itu sudah tampak di halaman dengan gaunnya yang sederhana.

Pada hari-hari biasa, Altamyra menghabiskan banyak waktunya di Ruang Kerja. Mereka jarang bertemu. Hanya pada saat makan pagi dan waktu minum teh, mereka bertemu.

Fred yang keheranan karena tidak melihat Altamyra pada saat makan siang, pernah bertanya, “Mengapa Paduka Ratu tidak makan bersama kami? Apakah ia hanya bisa makan pagi bersama kami?”

“Tidak, Tuan,” jawab pelayan, “Paduka Ratu selalu mengatakan sebentar bila kami panggil. Dan, akhirnya Paduka lupa untuk makan. Sekarang kami langsung mengirim makan siang Paduka ke Ruang Kerja dan Paduka tidak akan lupa untuk makan.”

Erland diam saja. Ia tahu bila Altamyra sibuk, ia akan melupakan segala-galanya.

Melihat kesibukan Altamyra, Erland tetap tidak mempercayai gadis itu. Ia yakin ada rencana lain di balik semua ini. Sikap Altamyra juga semakin memperkuat dugaannya.

Gadis itu selalu menjauh tiap melihatnya. Ia seperti menjaga jarak antara mereka sambil membangun benteng yang tebal. Sikapnya itu seperti takut Erland membongkar rencananya.

Setiap malam ia selalu mendengar langkah-langkah kaki Altamyra ketika melewati kamarnya. Tapi sejak malam itu, Erland tidak pernah dengan sengaja menemui Altamyra lagi.

Erland merasa murka tiap kali melihat gadis itu. Ia yakin Altamyra menyerahkan tahta padanya untuk mendapatkan perhatian rakyat dan juga untuk memanfaatkannya.

Semua menteri setia pada Altamyra. Apa yang kelak dikatakan Erland tidak akan mereka lakukan. Altamyra dengan bantuan para menterinya yang setia, membuatnya menjadi raja boneka. Mereka akan memanfaatkannya untuk memeras rakyat.

Bila rakyat membencinya, Altamyra akan muncul lagi. Dengan segala tindakannya saat ini, rakyat pasti mengelu-elukan kemunculannya. Setelah itu, Altamyra akan menyingkirkannya dan menindas rakyat Vandella seperti yang dilakukan ayahnya.

Altamyra sangat cerdik. Ia tahu bahaya terbesar adalah cinta rakyat pada Erland. Karena itu, ia membuat rakyat membenci Erland sebelum ia menunjukkan wajah di balik bulu dombanya.

Erland mengakui kecerdasan Altamyra, tapi ia takkan membuat gadis itu berhasil.

Satu-satunya orang di antara mereka yang setiap saat semakin mengagumi Altamyra adalah Fred. Hampir setiap saat Fred memuji Altamyra.

Erland menyesal membawanya sebagai teman.

Ketika Erland memberitahu Altamyra akan menyerahkan tahta padanya, Fred berkomentar, “Ratu tahu engkau pantas menjadi Raja Vandella.”

Pendapat itu tidak berubah walau Erland telah mengatakan siasat Altamyra yang sebenarnya.

Selalu, setiap melihat Altamyra, Erland mengawasi gadis itu. Pagi ini pun ia tidak melepaskan pandangan dari Altamyra.

Hari Minggu, semua kesibukan terpusat di halaman Istana. Istana sendiri sangat sepi.

Orang-orang yang biasanya berada di Hall, telah dipindahkan Altamyra ke Castil Quarlt'arth sejak kemarin.

Seperti yang dikatakan Altamyra pada Erland, hari Sabtu Hall lantai pertama bersih. Semua kesibukan yang biasanya ada di Hall, dipindahkan ke Castil Quarlt'arth dalam sehari itu.

Ketika pemindahan dilakukan, warga Perenolde yang pertama kali gempar. Hari ini, seluruh rakyat Vandella gempar.

Rakyat Vandella tahu Castil Quarlt'arth adalah kastil kesayangan Raja Wolve. Castil itu dibangun Raja Wolve sebagai hadiah pernikahannya untuk Ratu Reinny.

Castil Quarlt'arth berada di tepi sebuah danau besar dengan pemandangan yang indah. Seindah kastil itu sendiri dan segala perabot mewah di dalamnya.

Setelah Ratu Reinny menghilang, Raja Wolve sering mengunjungi kastil itu. Pangeran Allan tinggal di kastil itu selama berbulan-bulan dalam satu tahun.

Pada awalnya, Altamyra ingin memberikan kastil itu pada rakyat. Setelah ia memikirkannya masak-masak, ia tidak melanjutkannya.

Altamyra tahu rakyat akan menjadi malas bila ia selalu memberi mereka. Altamyra tidak ingin rakyat Vandella seperti itu. Ia hanya ingin membantu rakyat dalam tahun-tahun pertama masa perbaikan ini.

Saat ini pemukiman untuk rakyat miskin tengah dibangun. Pemukiman itu dibangun di dekat daerah yang subur untuk pertanian.

Sebelum tahun depan, pondok-pondok sederhana itu akan selesai. Mereka yang saat ini tinggal di Castil Quarlt'arth akan dipindahkan ke sana. Di tempat baru itu, mereka harus berusaha untuk hidup sendiri. Sedangkan rakyat lain yang telah mempunyai rumah, diberi bantuan untuk memperbaiki rumahnya.

Bantuan itu tidak hanya berasal dari Istana Azzereath saja. Banyak warga Vandella yang turut memberi bantuan. Bantuan dari negara lain juga terus mengalir.

Untuk mengawasi penyaluran bantuan, Altamyra membentuk badan khusus. Anggotanya ia pilih setelah mendapat saran-saran dari orang di sekitarnya. Setiap hari ia mendapatkan laporan dari mereka.

Satu bulan lebih sudah Altamyra menjadi Ratu yang memerintah Vandella. Banyak yang telah berubah dalam masa yang singkat itu.

Kehidupan rakyat mengalami kemajuan. Banyak penduduk yang mulai terangkat dari kemiskinan. Rumah-rumah yang tidak layak huni mulai berkurang. Setiap hari banyak rumah yang selesai diperbaiki.

Pemukiman yang dibuat Altamyra juga telah menunjukkan hasil. Banyak pondok-pondok baru yang selesai dan ditempati penduduk.

Semua itu karena kerja keras rakyat Vandella. Altamyra membuat keputusan dan mereka melaksanakannya dengan giat. Mereka sangat mendukung segala tindakan Altamyra dan berusaha memberikan yang terbaik bagi ratu cantik itu.

Pajak yang rendah membuat rakyat dapat meningkatkan kesejahteraan hidup mereka. Lahan-lahan pertanian yang dulu terbengkalai, mulai terawat lagi.

Para tahanan yang dibebaskan Altamyra, telah melanjutkan pekerjaan mereka.

Kota-kota mulai berseri. Wajah-wajah lelah dan kelaparan telah hilang. Sebagai gantinya, terlihat wajah-wajah cerita dan suasana kota yang ramai.

Sebulan lalu perekonomian Vandella terhenti. Semua uang yang ada di masyarakat terus mengalir ke Istana dan tidak kembali lagi ke masyarakat. Sekarang uang terus berputar.

Seperti yang pernah dikatakan Altamyra pada para menterinya, uang kerajaan lebih dari cukup untuk membenahi kehidupan rakyat.

Dalam satu tahun, Raja Wolve mampu mengumpulkan uang bermilyar-milyar dan mengeluarkannya kurang dari satu juta. Bila dihitung dalam Poundsterling – mata uang yang saat itu paling mahal – pendapatan murni Vandella dalam satu tahun lebih dari 398 milyar. Jumlah itu sangat besar dan cukup untuk mendanai hidup rakyat Vandella yang lebih dari 78 juta dalam satu bulan.

Raja Wolve telah memerintah Vandella dengan kekejamannya selama 53 tahun. Uang yang dikumpulkannya sangat banyak. Semua itu tersimpan dalam Bank Vandella.

Jumlah uang yang sangat besar itu cukup untuk mendanai kehidupan rakyat Vandella selama lebih dari lima tahun tanpa membuat Istana bangkrut.

Tetapi, Altamyra takkan melakukannya. Ia membantu rakyat untuk bangkit dari kemiskinan ini. Setelah itu mereka harus berusaha sendiri untuk hidup.

Ia telah membuka jalan untuk rakyatnya dalam mencapai kemakmuran. Keputusan-keputusannya dan undang-undang yang dibuatnya tidak lagi sekejam dulu. Mereka lebih lunak tetapi tetap tegas. Pemukiman yang dibangunnyapun dapat meningkatkan kemakmuran Vandella.

Rumah-rumah itu dibangunnya di atas lahan yang berpotensi. Lahan yang selama pemerintahan Raja Wolve tidak pernah disentuh.

Dalam waktu satu bulan, Altamyra membuat perubahan yang dilakukan raja lain dalam waktu sepuluh tahun. Altamyra membuat kagum para menterinya. Dalam waktu satu bulanpula Altamyra terus membuat Vandella gempar. Setiap hari selalu ada berita yang membuat Vandella gempar.

Seperti ketika koran menuliskan apa yang sebenarnya terjadi pada Mardick. Tak seorangpun menduga Mardick, menteri yang paling dicintai Raja Wolve telah mencuri uang negara.

Sidang Altamyra dengan para menterinya, memutuskan Mardick dipenjara. Mengingat jasa-jasanya pada Vandella selama dua puluh satu menjadi Menteri Keuangan, Altamyra memberinya keringanan. Mardick tetap dipenjara tetapi tidak selama yang diusulkan Hakim Agung Vandella.

Altamyra memecat Mardick dari jabatannya dan memenjarakan pria itu di penjara Perenolde selama lima tahun.

Sementara itu keluarga Mardick diperintahkan Altamyra untuk mengembalikan apa yang mereka curi dari rakyat. Rakyat telah menderita karena kekejaman Raja Wolve. Dan, Mardick memperberat penderitaan rakyat dengan ketamakannya.

Sebagai pengganti Mardick, Altamyra atas usul menteri-menterinya, mengangkat Toed menjadi Menteri Keuangan yang baru.

Sejak minggu lalu, saat Altamyra membuka sidang terhadap Mardick, keluarga Mardick terus melakukan titah Altamyra. Mereka mengembalikan harta mereka pada rakyat. Mereka banyak menyalurkan bantuan.

Sejak saat itu, tidak ada lagi yang mengungkit masalah Mardick. Semua telah melupakannya sebab masih banyak kejutan Altamyra yang lain. Seperti pemindahan para tunawisma dan segala kesibukan Hall ke Castil Quarlt'arth.

Kepada Danilo, Menteri Kependudukan yang bertugas mengawasi pembangunan pemukiman baru, Altamyra memerintahkan selalu melaporkan perkembangan pembangunan itu. Tiap ada pondok yang selesai, Altamyra menyuruhnya segera melapor agar bisa segera ditempati.

Hari Minggu ini adalah hari istimewa. Hari ini dalam pesta di Istana, tidak hanya ada Ratu Vandella tapi juga pahlawan Vandella. Sejak pagi halaman Istana dipenuhi orang-orang.

Sepintas penjagaan Istana terlihat longgar. Tetapi, penjagaan diperketat. Istana ditutup rapat-rapat dan pasukan Istana berjaga-jaga di halaman dengan mengenakan baju biasa. Di sisi Altamyra pun selalu ada beberapa pelayan yang selain membantunya juga melindunginya.

Atas titah Altamyra, sarapan pagi mereka buat di halaman.

Ketika Altamyra sibuk membantu pelayan membuat sarapan, Erland menghadapi banyak pemujanya. Tetapi, matanya terus menatap Altamyra.

Erland melihat Fred mendekati Altamyra. Mereka berbincang-bincang dengan akrab. Altamyra tampak berseri ketika berbicara dengan pria itu. Ia tertawa riang bersama Fred.

Kecemburuan membakar hati Erland. Ia tidak mau melihat pria lain di dekat Altamyra. Tetapi, ia juga tidak mau mendekati gadis itu.

Hari ini Altamyra membaurkan diri dengan rakyat. Mereka yang tidak mengenalinya, tidak akan tahu ia adalah Ratu Vandella.

Dengan berjalannya waktu, orang-orang yang datang semakin banyak. Hari ini tidak hanya rakyat yang berdatangan tapi juga para Menteri dan bangsawan-bangsawan. Semua berdatangan ke Istana untuk menyambut keberadaan Erland di Istana.

Hari ini yang menjadi pusat perhatian adalah Erland.

Altamyra tersenyum senang melihat Erland dengan tangkas menanggapi setiap pertanyaan rakyat.

“Semoga hari ini tidak hujan.”

“Aku pun berharap demikian,” sahut Altamyra, “Pergantian musim selalu membuatku khawatir.”

“Pergantian musim panas selalu menjengkelkan saya.”

Altamyra tertawa geli. “Aku akan selalu ingat ketika engkau baru menjemur baju-baju dan hujan deras tiba-tiba turun.”

“Saat itu adalah saat yang paling menyebalkan,” Hannah menekankan.

“Melihat langit yang cerah seperti ini, kupikir hari akan cerah.”

“Aku setuju denganmu, Brenda,” sahut Sylta.

“Andai hujan turun, apakah Istana mampu menampung orang sebanyak ini?”

“Dapat, Fred,” jawab Altamyra, “Benarkan itu, Briat?”

“Tentu, Paduka. Istana sangat luas.”

“Untuk kali ini aku bersyukur pada ketamakan serigala itu. Bila bukan karenanya, kita tidak akan dapat berkumpul di sini. Hari ini jumlah yang hadir jauh lebih banyak dari biasanya.”

“Mereka ingin berjumpa dengan Anda dan Pangeran Erland.”

“Anda berdua dipuja-puja rakyat.”

Tiba-tiba Fred menyahut, “Mengapa kalian tidak menikah?"

Altamyra menatap Fred lalu melihat Erland yang duduk jauh di seberang.

“Benar, Paduka. Anda mencintai rakyat dan Pangeran juga ingin memberikan yang terbaik untuk rakyat. Anda berdua pasti akan menjadi pasangan yang cocok.”

Altamyra tersenyum melihat Hannah. “Kau benar, Hannah.” Sebelum wanita itu bersorak atas jawabannya, Altamyra melanjutkan, “Tetapi, kalian tahu apa yang kuinginkan.”

Orang-orang di sekeliling Altamyra kecewa ketika bersama-sama mengatakan kalimat yang sering diucapkan Altamyra. “Anda tidak akan memperhatikan diri Anda sebelum rakyat makmur.”

Altamyra tersenyum. “Kalian telah mengetahuinya.”

“Paduka, saat ini kehidupan rakyat Vandella mulai mengalami perbaikan. Anda bisa memikirkan diri Anda.”

Altamyra menatap orang-orang itu. “Mengapa aku merasa kalian seperti seorang ibu yang membujuk anaknya untuk menikah?”

“Kami melakukan ini untuk kebaikan Anda, Paduka.”

“Apakah Anda mencintai Pangeran?”

Altamyra terkejut. “Bagaimana kalian punya pikiran seperti itu?”

“Jangan berkata seperti itu. Kami, pelayan Istana, tahu kedatangan Anda terlambat dua bulan karena Anda tinggal di Lasdorf.”

Altamyra tidak menyahuti orang-orang yang berusaha membujuknya itu.

Di kejauhan Erland tidak melepaskan pandangan dari Altamyra. Gadis itu selalu bersinar di manapun ia berada. Tak seorang pun yang memiliki rambut seemas Altamyra. Tak seorangpun semenawan, seanggun Altamyra.

Tak heran bila ia dikerumuni banyak orang. Mereka mendengarkan apa kata Altamyra dengan penuh perhatian.

Di antara mereka seperti tidak ada batas antara Ratu dan bawahannya. Mereka seperti sekelompok rakyat yang sibuk berbincang-bincang.

“Siapa yang Anda lihat, Pangeran?” tanya Nazer.

“Sejak tadi Anda tidak memperhatikan kami,” timpal Hermit.

“Anda belum menjawab pertanyaan terakhir kami.”

“Maaf, apa pertanyaan kalian tadi?”

“Kami bertanya bagaimana cara Anda menyerang lalu menghilang? Kami tidak pernah dapat menangkap Anda. Kami tidak pernah dapat menduga kapan dan di mana Anda muncul. Anda selalu muncul tiba-tiba dan menghilang tiba-tiba,” ulang Jenderal Hermit.

“Anda muncul seperti hantu,” tambah Jenderal Duane.

Erland tidak mendengarkan mereka. Perhatiannya terpusat lagi pada Altamyra.

Jenderal Nazer mengikuti pandangan Erland. Ia tersenyum ketika tahu apa yang membuat Erland tidak menaruh perhatian pada percakapan mereka.

Ratu adalah gadis cantik yang selalu dikerumuni orang. Tua muda, pria wanita, semua ada di sekeliling Ratu yang menawan itu.

Sedangkan Erland dikelilingi jenderal-jenderal Vandella yang ingin mengetahui siasat perang pria itu. Siasat perang Erland telah lama membuat mereka kewalahan dan kagum. Sekarang mereka mempunyai kesempatan untuk menanyakannya. Tapi, Erland tidak memperhatikan.

“Paduka Ratu!” seru Nazer.

Altamyra memandang ke arah asalnya suara itu.

“Yang Mulia Paduka Ratu Altamyra, datanglah ke sini. Kami ingin berbicara dengan Anda.”

Altamyra bangkit. “Berhentilah menjadi ibu,” katanya sambil tersenyum. Lalu ia meninggalkan kerumunan orang itu.

“Paduka Ratu!” Kali ini yang memanggil bukan hanya Nazer. Semua yang di sekeliling Erland memanggil gadis itu.

“Aku datang. Aku datang,” kata Altamyra. Altamyra tidak tahu apa yang membuat para pejabat militer Vandella itu tidak sabar menantinya. Ia berlari mendekati mereka.

Sebuah panah melesat cepat dan berhenti di dada Altamyra.

Semua orang berteriak terkejut. “Paduka Ratu!!”

Kincaid segera melompat menangkap tubuh Altamyra. “Paduka! Paduka Ratu!” panggilnya cemas.

Tangan Altamyra bergetar ketika ia memegang panah di dadanya. Bibirnya bergetar ketika ia tersenyum. Altamyra seperti ingin mengucapkan sesuatu.

“Tangkap orang itu!” seru para Jenderal panik.

Tanpa diperintah orang-orang di halaman Istana telah bergerak untuk menangkap orang yang melepas panah itu.

“K…Kin…c…ca…i…d… j…ja…n…ng…a…n… m…me…” Altamyra jatuh pingsan sebelum menyelesaikan kata-katanya.

“Paduka!” seru Kincaid.

“Panggil dokter! Cepat panggil dokter!” seru Briat.

“Siapkan kamar Paduka!”

“Bawa Paduka ke kamarnya!”

Teriakan-teriakan panik memenuhi halaman Istana. Semua kebingungan, terkejut, dan khawatir. Semua berlari ke dalam Istana. Semua panik.

Kincaid segera membopong tubuh Altamyra dan berlari ke kamar gadis itu.

Erland diam terpaku di tempatnya. Ia melihat Altamyra menatapnya ketika panah itu menancap di dadanya. Ia melihat mata gadis itu bersinar meminta bantuannya sebelum jatuh. Erland terkejut dengan kejadian sesaat yang merubah suasana hari Minggu ini.

Dokter datang ketika Kincaid baru membaringkan Altamyra di tempat tidur.

Pelayan-pelayan Istana berlari-lari mengantar dokter ke Kamar Tidur Utama. Mereka menarik dokter itu ke lantai tiga tempat Altamyra berbaring.

Lorong depan kamar Altamyra dipenuhi orang. Di dalam kamar gadis itu juga banyak pelayan wanita.

Semua mengkhawatirkan keselamatan Altamyra.

Satu jam lebih dokter berada di dalam sebelum akhirnya ia keluar.

“Bagaimana keadaan Paduka?” sambut mereka.

“Panah itu menancap tidak terlalu dalam. Dalam waktu singkat, Paduka akan membaik.”

Jawaban itu sedikit melegakan orang-orang itu.

Setelah kepergian dokter, Kincaid memerintahkan pasukan mengawasi Istana secara ketat. Rakyat dimintanya untuk pulang. Pintu gerbang Istana ditutup rapat setelahnya.

Kincaid khawatir orang yang mau membunuh Altamyra datang.

Pria yang terlihat memanah Altamyra, telah ditahan di penjara bawah tanah Istana. Ia menanti keadaan Altamyra.

Para menteri dan jenderal berkumpul di dalam Kamar Tidur Utama. Mereka percaya Altamyra dapat sembuh. Semua orang percaya.

“A… apa… yang kalian lakukan di sini?”

Semua terkejut mendengar suara lemah itu.

“Terima kasih, Tuhan. Anda sudah sadar,” pinta Hannah.

“Bagaimana keadaan Anda, Paduka?”

“Aku merasa lemah, Kincaid. Dadaku terasa sakit setiap kali aku berbicara.”

“Dokter mengatakan ujung panah itu menggores paru-paru Anda. Ia menyarankan Anda banyak beristirahat,” Hannah memberitahu.

“Saya mengaku bersalah, Paduka. Saya tidak dapat menjalankan tugas dengan baik. Saya patut dihukum.”

“Ini bukan kesalahanmu, Kincaid. Kejadian ini tidak pernah terjadi sebelumnya. Entah mengapa pada hari istimewa ini semua terjadi.”

Semua orang berpandang-pandangan.

Nafas Altamyra tersenggal-senggal. Ia seperti kehilangan semua kekuatannya.

“Anda harus beristirahat, Paduka,” kata Hannah.

Altamyra tersenyum lemah. “Kau harus berterima kasih padanya, Kincaid. Kalau bukan karenanya, aku tidak akan mau beristirahat seperti ini.”

“Jangan terlalu banyak berbicara, Paduka. Anda akan memperparah luka Anda.”

Altamyra tersenyum melihat menteri-menterinya.

“Keluarlah kalian. Biarkan Paduka beristirahat,” kata Hannah.

“Selamat beristirahat, Paduka,” kata mereka.

Mereka meninggalkan Kamar Tidur Utama dan berkumpul di Ruang Rapat.

“Apakah menurutmu Pangeran yang melakukannya?"

“Tidak mungkin, Rasputin.”

“Mungkin saja, Ludwick. Sejak Pangeran masuk Istana, ia dan Paduka Ratu seperti saling menjauhi. Paduka Ratu berkata ingin mengajak Pangeran berdamai, tapi sejak Pangeran memasuki Istana, mereka tidak pernah berunding.”

“Mengapa kejadian ini muncul saat Pangeran ada?”

“Mengapa hari-hari yang lalu tidak pernah terjadi?”

“Bila Pangeran ingin membunuh Paduka Ratu, ia tentu sudah melakukannya sejak lama. Ia takkan melakukannya saat Ratu berada di antara orang banyak. Kalau aku adalah Pangeran, aku akan membunuhnya saat aku berdua dengan Ratu.”

“Kalau berdua, Ratu tidak akan mendapatkan pertolongan,” timpal Ludwick.

“Bila bukan Pangeran, siapa yang ingin membunuh Ratu? Siapa yang membenci Ratu?”

Mereka saling menatap dengan bingung.

“Menurut saya, kita harus memeriksa orang ini dan menanti keputusan Ratu.”

“Aku setuju denganmu, Kincaid. Tapi menurutku kita tidak perlu menanti Ratu pulih. Masalah ini adalah masalah gawat. Ratu pasti mengerti.”

“Kalau Ratu mengetahui masalah ini, ia pasti tidak akan berdiam diri. Ia akan memperburuk keadaannya.”

“Hingga Ratu pulih, kita harus memperketat penjagaan Istana.”

“Mulai saat ini saya akan selalu berada di sisi Paduka,” janji Kincaid.


-----0-----


Altamyra terjaga.

Altamyra tidak tahu sudah berapa lama ia tertidur. Hari beranjak malam ketika Hannah memberinya obat dan menyuruhnya tidur. Sekarang matahari telah menerangi ruang tidurnya.

“Jadi, apa yang sekarang mereka lakukan?”

Altamyra menajamkan pendengarannya.

“Hari ini para Menteri membuka sidang. Mereka akan mengadilinya. Mereka juga mengikutsertakan Pangeran untuk membuktikan keterlibatan Pangeran.”

“Menurutmu, Kincaid, apakah Pangeran terlibat dengan usaha pembunuhan ini?”

Altamyra terbelalak kaget mendengarnya. Ia meninggalkan tempat tidurnya.

Altamyra membuka pintu yang menghubungkan ruang duduk dan ruang tidur kamarnya. Ia berlari menuju pintu depan.

“Paduka Ratu!” Hannah terlonjak kaget. “Anda mau ke mana?”

Altamyra menghilang di balik pintu.

“Cepat kejar dia!” teriak Sylta panik.

Kincaid melompat dan segera mengejar Altamyra.

Altamyra memegang dadanya yang terasa sakit. Nafasnya tersenggal-senggal tapi ia tidak berhenti.

Siapa pun orang itu, Altamyra ingin menolongnya. Altamyra melihat orang itu sebelum ia jatuh. Ia melihat kepanikan di wajahnya. Rasa panik itu tidak akan muncul pada seorang pembunuh.

Altamyra yakin ada orang yang menyuruhnya. Para menterinya tidak akan mempedulikan hal itu. Siapa yang disuruh dan siapa yang menyuruh tidak akan mereka pedulikan.

Altamyra terus berlari sambil berpegangan pada tembok hingga ia tiba di Ruang Tahta.

“HENTIKAN!”

Semua yang ada di dalam Ruang Tahta membelalak kaget melihat Altamyra.

Altamyra melihat seorang pria yang terikat di tengah ruangan.

“Beraninya kalian melakukan sesuatu di luar sepengetahuanku!”

“Paduka!” seru Kincaid cemas.

Nafas Altamyra tersenggal-senggal ketika ia memasuki ruangan. Badannya limbung. Wajahnya pucat pasi.

Kincaid mendekati Altamyra tapi gadis itu menepis tangannya.

“Maafkan kami, Paduka. Kami tidak ingin merepotkan Anda.”

“Bebaskan dia!”

“Paduka!” Menteri-menteri itu terkejut, “Ia berusaha membunuh Anda.”

“Aku perintahkan lepaskan dia!” seruan Altamyra memenuhi ruangan.

Semua menatap Altamyra.

Altamyra murka melihat tidak ada yang bergerak.

“Dia tidak bersalah! Dia tidak diperintah oleh Erland untuk membunuhku! Bagaimana kalian pantas disebut menteri bila tidak dapat melihat kebenaran!?”

Para prajurit segera membuka ikatan orang itu.

“Pergilah,” kata Altamyra lembut pada orang itu.

Pria itu melihat Altamyra dengan ketakutan.

Sekali lagi Altamyra berkata lembut, “Cepat pergilah.”

Pria itu berdiri dan berlari menuju pintu. Prajurit segera menghadang pintu.

“Cukup!” bentak Altamyra murka, “Biarkan dia pergi!”

Prajurit-prajurit itu memandang para menteri.

“BIARKAN DIA PERGI!” seru Altamyra dengan seluruh kekuatannya.

Tiba-tiba Altamyra batuk.

Semua terkejut melihat Altamyra memuntahkan darah merah segar.

“Paduka Ratu…”

Altamyra menutup mulutnya dan berusaha menghentikan batuknya yang semakin parah. Tiba-tiba gadis itu jatuh. Darah membasahi gaunnya dan menodai rambutnya yang keemasan. Tangannya yang berlumuran darah, membuat lantai menjadi merah.

Altamyra melihat pria itu masih berada di Ruang Tahta. Altamyra menahan badannya dengan kedua tangannya yang bergetar hebat.

Pandangan Altamyra melembut ketika berkata, “Pe…per…r…g…i…lah… Kee…l…ua…rr…g…am……mmu p…pa…st…i… m…menn…ce…mma…ska…nnmu….”

Pria itu dengan ketakutan berlari menuju pintu.

Kincaid mendekati Altamyra.

“B…bi…a…r…r…ka…n… d…di…a… p…pper…g…i…”

“Tentu, Paduka.”

Altamyra jatuh pingsan di pelukan Kincaid.

Rasputin segera bertindak. “Cepat ikuti pria itu. Ia akan membawa kita pada majikannya.”

Kincaid mengangkat Altamyra. “Aku akan membawa Paduka ke kamarnya.”

“Panggil dokter.”

Erland mematung. Sepatah katapun tidak terlontar dari mulutnya. Ia diam melihat Altamyra dibopong pergi.

Tak lama kemudian dokter datang. Ia memberi Altamyra obat penenang sebelum meninggalkan Istana Azzereath.

Sepanjang hari itu Altamyra terus tertidur. Ia baru bangun keesokan harinya.

Sinar matahari yang menyilaukan membuatnya memejamkan mata untuk sesaat. Setelah beberapa saat Altamyra terbiasa dengan sinar yang menyilaukan itu.

Altamyra melihat Sylta memasuki ruang tidurnya.

“Sylta…”

“Anda sudah bangun, Paduka?” Sylta mendekati Altamyra.

“Hari apa ini? Sekarang pukul berapa?”

“Hari ini hari Selasa dan saat ini sudah pukul sembilan pagi.”

“Aku harus ke Ruang Rapat.”

“Jangan melakukan itu, Paduka!” seru Sylta kaget, “Dokter berpesan Anda harus berada di tempat tidur sampai Anda benar-benar pulih.”

Seruan kaget Sylta membuat Hannah datang. “Ada apa?”

“Paduka ingin ke Ruang Rapat,” Sylta melaporkan.

“Hari ini aku ada rapat dengan para menteri,” Altamyra memberitahu.

“Dokter menegaskan Anda tidak boleh meninggalkan tempat tidur, Paduka,” kata Hannah, “Tindakan Anda kemarin membuat goresan luka di paru-paru Anda membesar. Nyawa Anda berada dalam bahaya bila Anda bertindak seperti kemarin. Dokter menekankan kami untuk mencegah Anda berbicara banyak dan berbuat banyak. Ia khawatir semua itu akan memparah luka di paru-paru Anda.”

“Aku pun merasa sangat lelah bila engkau menentangku, Hannah,” kata Altamyra lemah.

“Tidak seorang pun yang akan hadir, Paduka,” kata Hannah, “Mereka tahu Anda terlalu lemah untuk rapat.”

Altamyra tersenyum misterius. “Kemarin malam saat aku terjaga, aku memerintahkan prajurit untuk memberitahu mereka bahwa rapat hari ini tetap berjalan.”

“Anda harus ingat kata dokter, Paduka.”

“Hari ini aku tidak akan berbicara. Rapat hari ini aku akan mendengarkan.”

“Biarlah Pangeran menggantikan Anda.”

“Harus aku yang memimpin rapat kali ini,” Altamyra menyingkap selimutnya.

Sylta cepat-cepat membantu Altamyra.

Hannah mengambilkan mantel gadis itu. “Tidak ada yang bisa mencegah Anda,” katanya ketika mengenakan mantel itu pada Altamyra.

Altamyra tersenyum.

“Kincaid!” panggil Hannah.

Altamyra memandang Hannah dengan heran.

“Ada apa?”

“Gendong Paduka ke Ruang Rapat.” Hannah tersenyum pada Altamyra, “Anda tidak harus berjalan untuk ke sana.”

Altamyra tertawa geli. Tiba-tiba ia mulai batuk.

“Paduka,” kata Sylta cemas sambil menepuk punggung Altamyra.

Nafas Altamyra tersenggal-senggal setelahnya.

“Anda benar-benar dapat melakukannya?” tanya Sylta cemas, “Mengapa Anda tidak menyuruh Kincaid meminta mereka kembali?”

Altamyra tersenyum dan menggelengkan kepalanya dengan lemah. Kemudian menatap Kincaid.

Kincaid segera mendekat. “Maafkan saya, Paduka.”

Altamyra melingkarkan lengannya di leher pria tengah baya itu.

“Kurasa aku harus mengganti jabatanmu, Kincaid. Mulai hari ini aku mengganti kedudukanmu dari Kepala Pengawal Istana menjadi Pembopong pribadiku.”

Kincaid tersenyum lalu ia membawa Altamyra meninggalkan Kamar Tidur Utama.

Hannah menatap cemas kepergian mereka tapi ia tidak bisa berbuat apa-apa.

Beberapa saat kemudian Altamyra telah duduk di kursi tingginya di Ruang Rapat. Altamyra duduk menanti kedatangan para menteri.

Beberapa saat kemudian terdengar keributan di luar Ruang Rapat.

“Undang mereka untuk masuk,” kata Altamyra lemah.

“Baik, Paduka.”

Kincaid segera keluar.

“Apakah Paduka Ratu sanggup memimpin rapat?”

“Aku masih ingat kemarin beliau tampak sangat pucat dan lemah.”

“Apakah baik bila rapat tetap berlangsung?”

“Paduka Ratu telah menanti Anda di dalam.”

Para Menteri itu terkejut.

Kincaid membuka pintu lebar-lebar.

Seorang gadis dalam mantel coklatnya duduk di kursi tinggi. Ia tersenyum lemah pada mereka. Wajahnya yang pucat tidak menghilangkan kecantikkannya.

“Selamat siang,” sapa Altamyra lemah.

“Selamat siang, Paduka,” balas mereka.

Mereka menatap Altamyra dengan cemas. Tubuh kecil yang duduk di kursi itu tampak lemah. Wajah pucat Altamyra mengkhawatirkan mereka. Nafasnya terlihat pendek. Ia seperti kesulitan untuk menghirup udara.

“Silakan kalian memulai laporan kalian,” kata Altamyra lemah.

Kincaid memandang semua menteri itu dan berharap mereka mengerti apa yang harus dilakukan.

Mereka mengetahui keadaan Altamyra yang lemah. Tanpa membuang waktu, mereka segera melaporkan pelaksanaan semua keputusan Altamyra dan undang-undang baru. Bergantian mereka berdiri dan membacakan laporan mereka.

Altamyra mendengarkan dengan penuh perhatian.

Duduk dan mendengarkan dengan penuh perhatian, membuatnya merasa sangat lelah. Altamyra tidak menyukai keadaannya yang lemah seperti ini. Tubuhnya hanya menghambat kegiatannya yang banyak.

Kincaid melihat nafas Altamyra semakin pendek. Gadis itu tersenggal-senggal dan wajahnya semakin pucat. Keringat dingin bercucuran di dahinya.

Para Menteri juga melihatnya. Mereka menatap Altamyra dengan cemas.

“Anda baik-baik saja, Paduka?” tanya mereka cemas.

Altamyra menggelengkan kepalanya dengan lemah. Ia merasa terlalu lemah untuk berbicara.

“Sebaiknya Anda beristirahat demi kesehatan Anda.”

“Biarlah rapat ini dihentikan sampai di sini. Kami tidak akan bisa mencurahkan seluruh perhatian kami pada rapat ini bila Anda seperti ini. Jangan sampai keadaan Anda menjadi semakin parah karena rapat ini.”

“Rakyat Vandella membutuhkan Anda, Paduka. Anda harus memperhatikan kesehatan Anda.”

“Kesehatan Anda di atas segala-galanya.”

“Rapat ini bisa kita lanjutkan bila keadaan Anda telah membaik.”

Altamyra terharu ketika memandang para menterinya.

“Mereka benar, Paduka. Sebaiknya Anda kembali ke kamar Anda,” kata Kincaid.

Altamyra mengulurkan tangannya dan Kincaid menyambutnya dengan menggendong Altamyra.

“Masalah kemarin…”

“Jangan khawatir, Paduka,” sahut Rasputin, “Kami telah melakukan penyelidikan. Hari ini kami akan membuka sidang untuk memeriksa kejadian hari Minggu itu.”

“Anda tidak perlu turun tangan,” tambah Danilo, “Pangeran Erland bisa menggantikan Anda dalam persidangan itu.”

“Benar,” sahut Noah, “Pangeran pasti bisa.”

“Pangeran Erland mendorong kami untuk segera menyelesaikan masalah ini,” sambung Rasputin.

“Ia ingin segera menangkap orang di balik usaha pembunuhan terhadap Anda ini,” Ludwick menekankan.

Altamyra tersenyum. Ia tahu Erland pasti akan melakukannya. Bukan karena mengkhawatirkannya tetapi karena ingin membersihkan nama dari tuduhan itu. Dan kesadaran itu membuat hatinya sakit.

“Kami pasti akan melaporkan hasil persidangan itu pada Anda,” Rasputin menegaskan.

Altamyra tersenyum lembut pada mereka seperti matanya yang bersinar penuh kerinduan. “Kalian sangat memperhatikan aku. Kalian selalu mengerjakan tugas dengan baik. Aku sangat senang mempunyai menteri seperti kalian. Aku takkan melupakan kalian.”

Altamyra mengangkat kepalanya dan berkata, “Antarkan aku, Kincaid.”

“Baik, Paduka.”

Kincaid membawa Altamyra meninggalkan Ruang Rapat.

“Mengapa aku merasa Paduka Ratu seperti akan meninggalkan kita untuk selama-lamanya?”

“Jangan berbicara seperti itu, Danilo!” hardik Noah.

Dewey berkata, “Kita semua tidak ingin Paduka Ratu pergi.”

“Paduka Ratu juga tidak akan meninggalkan kita,” kata Toed.

“Jangan berpikir yang aneh-aneh,” potong Rasputin, “Kita harus segera melanjutkan pemeriksaan dan membuka persidangan.”

Altamyra sudah sangat lemah ketika Kincaid membaringkannya di tempat tidur.

Hannah segera menghilang bersama Sylta tetapi tak lama kemudian mereka muncul bersama senampan makanan.

Seperti seorang bayi, Altamyra membiarkan makanan terus disuapkan ke mulutnya. Altamyra merasa terlalu lemah untuk melawan. Ia sangat lelah dan ingin segera beristirahat.

Hannah menyuapkan makanan hingga pada suapan yang terakhir.

Sylta segera menyediakan obat Altamyra setelahnya. Ia mengangkat tubuh lemah Altamyra dan berkata, “Minumlah, Paduka. Setelah itu Anda harus tidur.”

Altamyra meminum obatnya tanpa berkata apa-apa.

Sylta kembali membaringkannya. Wanita itu merapikan selimutnya lalu merapikan kembali meja di samping tempat tidur Altamyra dari piring-piring.

“Tidurlah yang nyenyak. Kami ada di ruang duduk bila Anda membutuhkan kami,” kata Hannah.

Dengan pandangan matanya, Altamyra tersenyum melihat kepergian mereka.

Belum lama Altamyra terbaring, dokter datang.

Altamyra membuka matanya mendengar langkah-langkah kaki di dekatnya dan suara orang berbicara.

Seorang pria berjenggot putih tersenyum padanya.

“Bagaimana keadaanku?”

“Dengan sangat menyesal, saya mengatakan keadaan Anda tidak membaik sejak kemarin. Pelayan Anda memberitahu tadi pagi Anda menghadiri rapat. Itu adalah tindakan yang dapat membahayakan Anda.”

Altamyra tersenyum lemah. “Kalau bukan aku, siapa yang dapat melakukannya?”

“Saya tahu Anda adalah gadis yang tangkas. Anda tidak pernah bisa dibuat diam, bukan?”

“Anda telah mengetahuinya.”

“Saya pikir satu-satunya yang bisa membuat Anda diam adalah memberi obat tidur pada Anda.”

“Kupikir obat tidur juga tidak bermanfaat banyak. Aku tidak pernah tidur selama yang diharapkan setelah minum obat tidur. Anda bisa menanyakannya pada Hannah.”

“Pelayan Anda telah memberitahu saya kalau kemarin malam Anda terjaga dan memulai kesibukan Anda. Ia terpaksa memberi Anda obat tidur lebih banyak agar Anda benar-benar tidur sampai pagi. Sepertinya saya harus memperbesar dosisnya.”

“Apakah Anda yakin bisa berhasil?” tanya Altamyra, “Terlalu banyak yang harus saya lakukan hingga alam bawah sadar saya pun tahu saya tidak bisa tidur terlalu lama.”

“Anda harus banyak beristirahat, Paduka,” Dokter mengingatkan. “Celaka!” seru Dokter kaget.

Altamyra kebingungan.

“Berbicara dengan Anda sangat menyenangkan tetapi saya tidak boleh mengajak Anda terlalu banyak berbicara. Anda harus banyak menghemat nafas Anda sampai luka di paru-paru Anda sembuh.”

Altamyra tersenyum.

“Selamat beristirahat, Paduka. Besok saya akan kembali untuk memeriksa keadaan Anda.”

“Terima kasih, Dokter.”

Pria tua itu segera meninggalkan Altamyra sendirian di kamarnya.

Altamyra tidak kembali tidur seperti saran Dokter. Ia menanti kedatangan Kincaid yang telah berjanji akan segera memberitahunya hasil pemeriksaan para Menteri.

Seusai pelayan membersihkan Altamyra dan mengganti perbannya, Kincaid datang menghadap.

“Bagaimana persidangannya?” tanya Altamyra.

“Persidangan berjalan dengan lancar, Paduka. Pangeran Erland yang memimpin sidang itu,” Kincaid memulai laporannya, “Sebenarnya setelah Anda melepaskan pria itu, Rasputin menyuruh prajurit mengikuti pria itu.”

“Menurut Rasputin, pria itu akan segera menemui orang yang menyuruhnya setelah meninggalkan Istana. Dugaan Rasputin benar. Pria itu tidak segera pulang tetapi menemui tuannya.”

“Setelah mendapat laporan prajurit, Rasputin segera memerintahkan penangkapan keluarga Apaleah.”

Altamyra terkejut tetapi ia tidak berkata apa-apa.

“Dalam sidang tadi, pria itu mengakui ia melakukannya karena diperintah Duke Apaleah. Duke mulanya tidak mengakui perbuatannya itu. Tetapi, Pangeran Erland berhasil membuat putrinya mengaku. Pangeran mencabut gelar Duke Apaleah dan memenjarakan mereka di penjara Perenolde. Baru saja kemenakan Duke diangkat menjadi Duke Apaleah yang baru.”

“Pria itu?”

“Pangeran mengatakan pria itu juga bersalah karena telah mau melakukan perbuatan yang melanggar hukum. Anda tidak perlu khawatir, Paduka. Pangeran memberinya keringanan. Ia tidak dipenjara selama Duke Apaleah dan Putri Prischa.”

“Terima kasih, Kincaid. Engkau tidak lupa memberitahuku.”

“Saya tidak akan melupakan janji saya pada Anda, Paduka.”

“Aku ingin engkau berjanji lagi padaku.”

“Hamba siap melakukan apa pun untuk Anda, Paduka.”

Altamyra tersenyum. “Aku senang mempunyai prajurit seperti engkau. Azzereath patut berbangga atas kesetiaanmu.”

Kincaid ingin mengatakan sesuatu tetapi Altamyra mendahului.

“Aku ingin engkau mengantarkan sebuah surat pada Ludwick hari ini juga.” Altamyra mengulurkan tangan ke meja di samping tempat tidurnya. Ia mengambil surat yang baru ditulisnya dan menyerahkannya pada Kincaid.

“Berjanjilah surat itu akan tiba di tangan Ludwick malam ini juga.”

“Hamba akan melakukan tugas sebaik-baiknya.”

Altamyra menutup matanya. “Aku lelah, Kincaid. Aku ingin beristirahat.”

“Hamba mengerti, Paduka. Hamba tidak akan menganggu Anda lagi. Selamat beristirahat.”

Altamyra mengawasi kepergian Kincaid.

Altamyra tidak pernah menyangka Duke Apaleah dan putrinya akan merencanakan pembunuhan terhadapnya.

“Rupanya aku terlalu sibuk hingga melupakan mereka,” katanya pada dirinya sendiri.

Prischa adalah Ratu Vandella bila ia tidak ada. Ambisi Duke Apaleah untuk menjadikan putrinya sebagai Ratu Vandella telah terlihat ketika mereka bertemu.

Di mata Duke, Altamyra yang dibesarkan di desa terpencil, tidak pantas menjadi Ratu Vandella. Prischa, putrinya yang telah mendapatkan pendidikan terbaik di negeri ini yang pantas memerintah kerajaan ini.

Duke Apaleah sangat cerdik. Ia memanfaatkan keberadaan Erland di Istana Azzereath. Ia ingin Erland yang dipersalahkan dalam usaha pembunuhan ini. Ia berhasil andaikata Altamyra tidak segera bertindak.

Sayangnya, Altamyra telah mempercayai Erland dan ia mencintai pria itu. Altamyra takkan membiarkan orang-orang menuduh Erland tanpa bukti yang kuat.
Rakyat Vandella tahu antara Erland dan Altamyra terdapat permusuhan yang kental. Permusuhan itu adalah peninggalan Raja Wolve.

Semua mata akan tertuju pada Erland bila Altamyra terbunuh saat pria itu ada di Istana. Apalagi saat itu Altamyra tengah berlari menuju Erland.

Semua itu terkesan Erland sengaja memanggil Altamyra untuk menjauhkannya dari kerumunan orang banyak. Dan, ketika Altamyra sedang berlari, panah dilepaskan.

Rencana yang sangat sempurna. Dengan kematian Altamyra, Prischa akan menjadi Ratu Vandella. Dan, Duke akan tersenyum sangat puas. Sekali bertindak, ia membuang dua penghalang besarnya, Altamyra dan Erland, dan memenuhi impiannya, menjadikan putrinya sebagai Ratu Vandella.

Tidak akan ada orang yang berani melawan setelah Erland – pahlawan yang paling dipuja rakyat Vandella – dihukum mati.

Altamyra merasa lega. Hasil persidangan telah keluar. Semua yang bersalah telah mendapat ganjarannya.

Tidak ada saat yang paling melegakan Altamyra selain saat ini. Semua tugasnya telah usai dan ia bisa pergi dengan tenang.

No comments:

Post a Comment