Thursday, February 22, 2007

Topeng Sang Puteri-Chapter 7

“Selamat pagi, Paduka.”

Illyvare meninggalkan jendela kamarnya.

“Saya membawa jadwal kegiatan Anda untuk hari ini. Pagi ini Anda dan Paduka Raja akan berkeliling Skellefreinth dan memberi pidato di tempat-tempat penting.”


Linty memberikan jadwal itu pada Illyvare.

Illyvare tidak membacanya. Ia hanya melihatnya. Gadis itu tahu kegiatan sehari-harinya akan penuh seperti ini.

“Sarapan telah siap, Paduka. Anda ingin makan di sini atau di Ruang Makan?”

“Ruang Makan,” Illyvare menjawab singkat.

“Baiklah, Paduka,” Linty mengangguk mengerti, “Silakan duduk di sini, Paduka. Saya akan merapikan rambut Anda.”

Illyvare duduk di meja rias sementara Linty menata rambutnya. Setelah selesai menggelung rambut Illyvare, Linty berkata, “Sudah selesai, Paduka.”

“Terima kasih.”

“Sudah menjadi tugas saya melayani Anda, Paduka,” kata Linty, “Saya akan mengantar Anda ke Ruang Makan.”

Illyvare mengikuti Linty menuju Ruang Makan. Semalam ketika Elleinder mengantarnya ke kamar yang sudah dipersiapkan untuknya, Illyvare tidak sempat menghafalkan bagian-bagian Istana yang telah dilaluinya. Illyvare terlalu lelah untuk memperhatikan sekelilingnya. Bahkan ketika makan pun, Illyvare sama sekali tidak bernafsu. Ia merasa sangat lelah.

Penjaga pintu membungkuk hormat melihat kedatangannya dan membukakan pintu.

“Silakan, Paduka,” Linty mempersilahkan.

Illyvare terus melangkah masuk sedangkan Linty tetap di tempatnya.

“Selamat pagi, Illyvare,” Elleinder mencium tangannya. “Engkau dapat tidur nyenyak?”

Illyvare mengangguk.

“Aku senang mendengarnya. Hari ini kita akan melakukan banyak kegiatan di luar Istana dan itu akan sangat melelahkanmu.”

Elleinder menarikkan kursi untuk Illyvare.

“Engkau telah menerima jadwal kegiatanmu?”

Lagi-lagi Illyvare hanya mengangguk.

Pelayan mulai membawa masuk baki-baki perak. Mereka meletakkan baki itu di depan mereka.

Seperti biasa, Illyvare berdiam diri. Elleinder juga tidak banyak berbicara. Ia telah tahu sifat pendiam Illyvare. Sepanjang makan pagi itu Elleinder menjelaskan tempat-tempat yang akan mereka datangi dan apa saja yang akan mereka lakukan.

Seusai makan pagi, Illyvare kembali ke kamarnya untuk mengambil topi. Kemudian ia menuju pintu depan tempat Elleinder telah menantinya.

Sebuah kereta emas yang lain telah siap mengantar mereka ke Skellefreinth dan ke semua tempat yang akan mereka datangi hari ini.

Seperti kemarin, sepanjang jalan dipenuhi orang yang ingin bertemu Ratu mereka, Illyvare. Tetapi sayang hari ini mereka tidak menaiki kereta terbuka tetapi kereta yang tertutup.

Sesekali Illyvare mengintip keluar. Jendela kereta membuat wajahnya tak tampak dari luar.

“Engkau sudah siap?”

Illyvare mengangguk. Ia telah siap melakukan segala kegiatannya sebagai seorang Ratu sejak ia melangkah menuju altar. Ia telah siap menghadapi semuanya.

“Hari ini akan terasa sangat berat,” Elleinder mengingatkan, “Tetapi besok sudah tidak lagi. Hanya hari ini kita akan berkeliling Skellefreinth untuk memberikan pidato dan melakukan berbagai macam hal.”

Illyvare mendengarkan dengan tekun. Ia tidak pernah meninggalkan Istana Vezuza untuk menemui rakyatnya tetapi dari kesibukan ayahnya, Illyvare tahu beratnya menjadi seorang Raja apalagi Raja dari dua kerajaan.

Kereta berhenti di depan sebuah bangunan yang besar. Pada bangunan itu tertulis huruf-huruf besar, “Gedung Pertemuan”.

“Penduduk Skellefreinth selalu mengadakan rapat-rapat besar dan penting mereka di sini. Kadang tempat ini juga digunakan untuk pementasan drama dan konser besar.”

Illyvare tidak menanggapi penjelasan Elleinder itu. Gadis itu melihat orang-orang yang membungkuk hormat pada mereka. Di antara mereka ada yang datang mendekat.

“Selamat datang, Paduka,” sambutnya, “Silakan masuk, Paduka.”

Kemudian pria itu mengantar mereka ke sebuah ruangan yang telah dipenuhi orang. Orang-orang itu membungkuk hormat melihat kedatangan mereka. Pria itu terus mengantar Elleinder dan Illyvare ke tempat yang telah disediakan untuk mereka.

Setelah Elleinder dan Illyvare duduk, acara dimulai. Sambutan-sambutan diucapkan pertama-tama dari penanggung jawab acara ini hingga ke ketua pengurus gedung ini.

Elleinder terkejut melihat Illyvare tidak mengantuk mendengar pidato yang panjang lebar ini. Ia menduga seorang gadis yang selama ini hidup tenang di dalam Istananya yang megah tak biasa mendengar pidato yang diucapkan dengan monoton selama dua jam ini. Tetapi Illyvare tidak tampak bosan maupun mengantuk. Ia tetap duduk dengan tenang mendengarkan setiap ucapan penanggung jawab acara ini.

Walau Illyvare tidak pernah muncul di hadapan umum, bukan berarti ia tidak terbiasa mendengar pidato sepanjang ini. Ia terlalu sering mendengar pidato yang lebih panjang dari ini.

Setiap kali memberi pengarahan atau nasehat pada putrinya, Raja Leland selalu berbicara panjang lebar. Bila ia sedang bersemangat, nasehat-nasehatnya bisa terucapkan terus-menerus selama lebih dari tiga jam.

Elleinder tidak tahu itu.

Illyvare sudah tahu panjangnya sebuah acara penting seperti ini. Sebenarnya acara ini hanya jamuan makan siang biasa. Namun karena ada sepasang orang terpenting dari dua kerajaan, maka sebuah jamuan bisa sepanjang ini. Karena seorang pria dan seorang gadis, jamuan makan siang ini telah dimulai ketika hari masih menunjukkan pukul setengah sepuluh.

Illyvare melihat beberapa orang telah bosan mendengarkan pidato yang panjang lebar dari penanggung jawab acara ini. Tetapi bukan berarti kebosanan mereka telah berakhir, masih ada pidato dari ketua pengurus gedung ini sebelum tiba pidato terakhir yaitu dari Elleinder. Beberapa orang tampak berusaha menutupi kantuk mereka dengan berbisik-bisik.

Duduk di podium atas samping orang banyak itu membuat Illyvare dapat melihat semua yang hadir dengan jelas.

Ketika akhirnya tiba giliran Elleinder untuk memberikan pidatonya, beberapa orang telah terkantuk-kantuk.

Elleinder berjalan ke podium diiringi tepuk tangan. Illyvare terus memandang tenang ke podium.

“Saya tidak akan berkata banyak. Saya hanya mengharapkan dukungan dari Anda semua dalam pemerintahan saya bersama istri saya, Putri dari Kerajaan Aqnetta, Putri Illyvare.”

Elleinder mengulurkan tangannya ke arah Illyvare yang duduk dengan tenang di tempatnya. Melihat semua orang memalingkan kepada ke arahnya, Illyvare berdiri dan memberikan senyuman tipis sambil sedikit menganggukan kepala.

“Setelah hari ini, saya berharap Anda semua mau bersama-sama saya semakin mengeratkan hubungan dengan Kerajaan Aqnetta dalam segala hal. Tentu saja saya tetap akan berusaha sebaik-baiknya demi kemakmuran kerajaan ini. Akhir kata saya sangat mengharapkan dukungan Anda semua dalam usaha saya mempererat hubungan Kerajaan Skyvarrna dengan Kerajaan Aqnetta.”

Semua orang kembali bertepuk tangan.

Illyvare menyembunyikan kekagumannya pada pidato Elleinder yang singkat namun penuh semangat itu, di balik sikap tenangnya.

Elleinder kembali ke sisi Illyvare.

Pria yang tadi menyambut kedatangan mereka, berdiri di podium depan dan berkata, “Terima kasih kami ucapkan pada Yang Mulia Paduka Raja Elleinder atas kesediaan Anda memberikan pidato pada siang hari ini. Saya mewakili semua yang hadir di sini mengucapkan selamat kepada Anda. Semoga Anda berdua hidup bahagia untuk selamanya.”

Semua kembali bertepuk tangan sambil melihat Elleinder dan Illyvare yang telah berdiri di podium atas itu.

“Tuan-tuan dan Nyonya-nyonya, makanan telah siap. Silakan menuju ruang yang telah disediakan,” pria itu melanjutkan.

Elleinder melihat jam sakunya. “Sudah kuduga pidato sambutan ini akan sampai pukul dua belas lebih.”

Elleinder membantu Illyvare berdiri.

Prajurit memberi jalan pada mereka dan terus mengawal ketika mereka melewati kerumunan orang banyak.

Pria yang tadi disebut sebagai ketua pengurus gedung ini, mendekati mereka. “Ijinkan saya mengantar Anda ke ruang makan, Paduka.”

“Silakan,” jawab Elleinder.

Pria itu mengantarkan mereka hingga ke meja makan panjang di sebuah ruangan. Ia menunjukkan tempat duduk Elleinder di ujung meja dan menarikkan kursi untuk Illyvare di samping kanan Elleinder.

“Terima kasih,” kata Illyvare lirih tak terdengar di keramaian itu.

Beberapa orang yang belum duduk segera menempati tempat yang telah diatur untuk mereka.

Di depan Illyvare duduk seorang wanita dan di kirinya seorang pria setengah baya. Namun Illyvare tidak tampak memperhatikan keberadaan mereka juga keberadaan Elleinder.

Ketika dalam perjamuan itu orang-orang di sekitarnya berbicara, Illyvare hanya diam mendengarkan dengan tekun.

Elleinder yang sudah kenal betul sifat Illyvare hanya tersenyum melihat gadis itu tetap diam dalam ketenangannya. Tetapi orang lain yang belum mengenal baik Illyvare, khawatir.

“Apakah ia bisu?” bisik beberapa di antara mereka. “Mungkin ia tidak mengerti bahasa Latin,” bisik yang lain.

Illyvare yang diam dalam ketenangannya itu dapat mendengar setiap bisikan itu tetapi ia tidak mempedulikannya. Selama ini ia telah membiarkan orang-orang mempunyai anggapan yang aneh-aneh tentang dirinya. Sekarang ia juga tidak memikirkan kata-kata mereka itu.

“Saya dengar Kerajaan Aqnetta mempunyai banyak tempat yang indah. Apakah itu benar, Paduka Ratu?” Orang yang duduk di samping Illyvare mencoba mengajak Illyvare bicara dengan bahasa Kerajaan Aqnetta.

Illyvare hanya mengangguk. Dan membuat tiap orang yang hadir semakin merasa dugaan mereka benar.

“Raja Leland pasti menyembunyikannya karena ia bisu,” beberapa dari mereka berbisik penuh keyakinan.

Samar-samar Illyvare dapat mendengar bisikan itu tetapi ia bersikap seolah-olah ia tidak mendengarnya. Tiba-tiba Illyvare merasa seseorang sedang memandang tajam ke arahnya. Tanpa sadar ia telah memalingkan kepala ke arah perasaan itu berasal.

Wanita berambut merah itu cepat-cepat membuang muka ketika Illyvare melihatnya. Ia bersikap seolah-olah tidak ada apa-apa dan mengajak pria di sampingnya berbicara.

“Ada apa, Illyvare? Apakah ada yang membuatmu merasa tidak nyaman?” tanya Elleinder cemas melihat sikap Illyvare.

Melihat Illyvare menggeleng, Elleinder bertanya lagi, “Engkau yakin?”

Illyvare mengangguk.

“Baiklah,” Elleinder mengalah, “Kalau ada sesuatu yang tidak beres, beritahu aku.”

Illyvare mengangguk lagi.

Tanpa disadarinya, Illyvare membuat setiap orang di sana semakin yakin ia tidak dapat berbicara. Elleinder telah mengajaknya berbicara dengan bahasa Kerajaan Aqnetta tetapi sedikitpun ia tidak mengeluarkan suara. Ia hanya menggerakkan kepalanya sebagai jawabannya.

Kalaupun Illyvare menyadari, hal itu tidak akan mengusiknya. Illyvare terlalu tenang untuk diganggu. Setelah peristiwa kecil tadi, Illyvare kembali dengan tenang menghadapi makanan dan tidak banyak berbicara.

Akhirnya makan siang terpanjang yang pernah dialami Illyvare dalam hidupnya itu selesai. Belum pernah Illyvare merasa suatu makan siang bisa selama itu karena tamu yang makan bersama mereka lebih dari tiga puluh orang dan juga karena pembicaraan selama hidangan disajikan itu.

Seperti biasa, Elleinder mengulurkan tangan membantu Illyvare bangkit dari kursinya dan mengapit tangan Illyvare dengan sikunya.

Orang-orang itu mengantar kepergian Elleinder dan Illyvare hingga di depan kereta.

“Sekali lagi saya mewakili kami semua mengucapkan terima kasih atas kedatangan Anda dalam jamuan makan siang ini,” pria yang tadi disebut sebagai penanggung jawab acara berkata.

“Aku juga berterima kasih atas jamuan yang mewah ini,” balas Elleinder.

Seorang pasukan pengawal membuka pintu kereta.

“Terima kasih atas jamuan yang menyenangkan ini,” kata Illyvare dalam bahasa Latin Kuno.

Kata-kata yang diucapkan perlahan tetapi cukup keras untuk didengar oleh semua yang berdiri di dekat kereta kuda itu membuat semua orang terpana.

Orang-orang itu masih terpana di tempatnya ketika kereta melaju meninggalkan tempat itu.

Di dalam kereta, Elleinder tertawa geli.

“Engkau pintar, Illyvare,” pujinya, “Aku tak menyangka engkau pandai membuat orang-orang terkejut hingga melupakan segala-galanya.”

Illyvare memandang Elleinder dengan keheranan.

“Aku tidak tuli, Illyvare. Aku juga mendengar bisik-bisik mereka itu. Sebelum engkau berbicara tadi, aku bermaksud mengajakmu berbicara sehingga semua orang tahu engkau tidak bisu juga mengerti bahasa kami.”

“Caramu itu akan membuat setiap orang tutup mulut,” puji Elleinder, “Engkau akan membuat orang-orang yang suka bergunjing itu menutup mulutnya rapat-rapat selama berhari-hari.”

Illyvare tidak menanggapi.

Kembali Elleinder melihat Illyvare memandang jauh ke depan. Sering ia melihat Illyvare seperti ini.

Pernah suatu kali ketika Illyvare memandang jauh, Elleinder bertanya, “Apakah yang sedang kaupikirkan? Apakah engkau memikirkan seseorang?”

Illyvare menggeleng tanpa berkata apa-apa.

Bukan hanya sekali Elleinder menanyakannya, tetapi jawaban Illyvare tetap sama. Akhirnya Elleinder hanya dapat membuat kesimpulan Illyvare suka memandang jauh.

“Sekarang kita akan menuju pemakaman keluarga kerajaan di belakang Katedral Agung Machiavell. Aku ingin engkau mengenal leluhur-leluhurku. Ini sudah menjadi kebiasaan dalam kerajaan kami bahwa setiap menantu keluarga raja harus dibawa mengunjungi leluhur-leluhur kerajaan setelah menikah. Seharusnya kemarin sore kita ke sini tetapi karena kita baru tiba malam hari, maka kunjungan ini ditunda sampai saat ini.”

Illyvare terus melihat keluar jendela hingga mereka tiba di Katedral Agung Machiavell.

Seorang prajurit membukakan pintu kereta. Ia membungkuk hormat ketika Illyvare melewatinya.

Beberapa biarawati menanti mereka di depan bangunan gereja yang besar itu.

Seorang pendeta tua menghampiri mereka. “Selamat datang, Paduka. Kami senang Anda mau berkunjung ke tempat ini,” sambutnya.

“Ia adalah Pater di Katedral Agung Machiavell ini, Pastur Marcellus,” Elleinder memperkenalkan, “Pastur Marcellus, ini adalah Putri dari Kerajaan Aqnetta yang kini menjadi istriku, Putri Illyvare.”

“Merupakan suatu kerhormatan bagi saya untuk dapat berkenalan dengan Anda, Paduka Ratu,” kata Pastur Marcellus, “Ijinkan saya mewakili semua yang ada di sini mengucapkan selamat datang di Kerajaan Skyvarrna. Semoga Anda senang tinggal di sini.”

“Terima kasih, Pastur Marcellus. Aku senang dapat mengenal kalian semua dan kerajaan yang luas ini,” Illyvare berkata tenang.

Pastur Marcellus berkata, “Ijinkan saya mewakili semua yang tinggal di Gereja ini mengucapkan selamat atas pernikahan Anda berdua, Paduka. Semoga Anda hidup bahagia selamanya.”

“Terima kasih, Pastur Marcellus,” kata Elleinder. “Engkau tentu telah mengetahui maksud kedatangan kami ke sini.”

“Tentu, Paduka,” sahut Pastur Marcellus, “Silakan masuk. Saya akan mengantar Anda ke pemakaman keluarga kerajaan.”

Pastur Marcellus berjalan di samping Elleinder dan menunjukkan jalan ke belakang Katedral Agung Machiavell.

Di tempat yang luas itu terdapat makam yang megah. Itulah makam-makam raja-raja dan ratu Kerajaan Skyvarrna terdahulu. Di sini pula terdapat makam orang tua Elleinder.

Illyvare melihat di antara makam-makam itu ada sebuah yang sangat megah dan diberi pagar batu di sekelilingnya.

Beberapa prajurit muncul membawakan keranjang bunga. Sementara Pastur Marcellus membawa Elleinder dan Illyvare berkeliling, mereka dengan setia mengikuti di belakang. Di tiap makam, mereka berhenti untuk menaburkan bunga.

Mereka berjalan menurut urutan raja-raja itu dimulai dari raja pertama Kerajaan Skyvarrna hingga orang tua Elleinder.

Ketika sampai di makam termegah itu, Elleinder berkata, “Beliau adalah raja terbesar kami. Beliaulah yang membuat kerajaan ini menjadi seluas ini.”

Illyvare menatap lekat-lekat nisan itu. Bahkan ketika mereka meninggalkan makam itu, Illyvare masih melihatnya.

“Ada apa, Illyvare?” tanya Elleinder penuh perhatian, “Apakah ada sesuatu pada makam itu?” Kemudian Elleinder bergurau, “Apakah engkau melihat Raja Geroge VIII?”

“Kurasa.”

Mereka meneruskan berkeliling makam hingga ke makam yang terakhir. Setelah menabur bunga di makam orang tua Elleinder, mereka kembali ke Katedral Agung Machiavell untuk berdoa bagi leluhur keluarga Kerajaan Skyvarrna.

Pastur Marcellus terus mendampingi Elleinder dan Illyvare hingga mereka kembali ke kereta kuda. Usai mengucapkan selamat tinggal, mereka naik ke kereta dan melaju kembali ke Istana Qringvassein.

“Ada yang mau kaukatakan?”

“Tidak,” kata Illyvare tenang.

“Aku tahu engkau mengetahui sesuatu tentang Raja Geroge VIII dan engkau ingin mengatakannya. Tetapi kalau engkau tidak mau mengatakannya, aku mengerti. Mungkin suatu hari nanti engkau akan mengatakannya. Aku percaya itu.”

Illyvare menunduk mendengar pengertian Elleinder. Ia senang Elleinder dapat mengerti dirinya. Sungguh suatu keajaiban bagi Illyvare bahwa ada orang yang mengerti dirinya walau ia tidak mengatakan apa-apa.

“Engkau akan mengatakannya suatu hari nanti, bukan?”

Illyvare ragu-ragu. Ia khawatir apa yang diketahuinya berakibat tidak baik bagi hubungan kedua kerajaan ini.

“Sekarang kita kembali ke Istana Qringvassein,” Elleinder mengalihkan pembicaraan, “Aku yakin engkau lelah. Aku mengerti engkau tidak terbiasa dengan kesibukan seperti ini, karena itu kuputuskan untuk tidak terlalu memperpadat jadwal kegiatan sehari-harimu. Engkau akan lebih banyak berada di Istana Qringvassein sampai engkau terbiasa dengan kesibukan ini.”

Illyvare melihat Elleinder.

Elleinder tersenyum. “Tentu saja aku akan menemanimu.”

Tak lama kemudian mereka tiba di Istana Qringvassein.

“Beristirahatlah,” kata Elleinder, “Setelah ini kita tidak mempunyai kegiatan lagi.”

Illyvare menuju kamarnya. Dengan tenang ia melintasi Hall yang dipenuhi orang banyak. Ia mendengar orang-orang itu berbisik-bisik ketika ia berjalan, tetapi ia tidak memperhatikannya dan terus melangkah.

Malam itu seusai makan malam, Illyvare memadangi langit malam melalui jendela kamarnya.

Di bawah sana prajurit yang bertugas menjaga Istana telah berkeliling. Pintu gerbang Istana telah ditutup rapat. Skellefreinth telah memancarkan cahaya malamnya. Kota-kota lain juga telah menunjukkan sinar malamnya.

Pandangan Illyvare menerang jauh menembus langit malam. Tidak ada yang dipikirkan gadis itu. Ia duduk dan memandang langit malam yang dipenuhi awan. Hanya itu.

Melalui jendela kamarnya, Illyvare dapat melihat Ruang Kerja di lantai dua menyala terang. Ia dapat melihat bayangan Elleinder yang sedang duduk menghadap meja kerjanya.

Sekilas Illyvare melihat sekelebat bayangan hitam di pepohonan depan. Illyvare tidak mengkhawatirkan siapa mereka. Ia tahu mereka siapa.

Tiba-tiba saja Illyvare sadar sebagai Raja Kerajaan Aqnetta, Elleinder harus mengetahui tentang Reischauer. Ia yakin pria itu pernah mendengar tentang Reischauer tetapi tidak mengetahui apa yang harus diketahuinya. Illyvare memutuskan untuk memberitahu Elleinder secepatnya.

Illyvare mengambil mantel untuk menutupi gaun tidurnya dan melangkah menuju Ruang Kerja.

Di sepanjang koridor Istana lilin-lilin bersinar terang. Angin yang masuk melalui celah-celah jendela mempermainkan api lilin. Pelayan-pelayan tidak tampak di sepanjang koridor.

Hari telah menunjukkan pukul setengah dua belas dan sudah waktunya bagi mereka untuk beristirahat.

Illyvare mengetuk perlahan pintu Ruang Kerja dan membukanya perlahan-lahan.

“Illyvare!” Elleinder terkejut melihat gadis itu berdiri di ambang pintu, “Apa yang kaulakukan malam-malam buta seperti ini?”

Gadis itu tidak menjawab pertanyaan Elleinder. Dengan tenang, ia mendekati meja kerja Elleinder.

Elleinder berdiri dan mendekati Illyvare. Elleinder membawa Illyvare ke kursi depan meja kerjanya. “Duduklah,” katanya.

Elleinder duduk di meja di depan Illyvare dan bertanya “Apakah ada yang membuatmu terjaga?”

“Tidak,” kata Illyvare tenang, “Ada yang ingin saya katakan pada Anda.”

“Aku siap mendengarkannya.”

“Saya yakin Anda pernah mendengar nama Reischauer.”

“Saya akan memberitahu Anda apa yang harus Anda ketahui sebagai Raja Kerajaan Aqnetta,” Illyvare tetap berkata tenang, “Tugas utama Reischauer adalah melindungi Kerajaan Aqnetta dari serangan musuh. Bila pasukan Kerajaan Aqnetta tidak dapat menghalau musuh, mereka baru ditugaskan. Reischauer langsung berada di bawah pimpinan Raja Kerajaan Aqnetta.”

“Raja Kerajaan Aqnetta yang keturunan asli rakyat Kerajaan Aqnetta,” Illyvare menegaskan. “Selain melindungi Kerajaan Aqnetta, Reischauer juga bertugas melindungi keluarga kerajaan bila mereka keluar wilayah kerajaan.”

“Jadi, sekarang mereka ada di sini?”

“Ya,” jawab Illyvare singkat.

Elleinder kagum. Ia sama sekali tidak merasakan keberadaan orang lain di sekitarnya selain Illyvare, tetapi Reischauer ada di sini. Di suatu tempat di sekitar ini.

“Ini artinya mereka telah ada di sekitarmu sejak kita meninggalkan Gereja Chreighton. Dan mereka juga ada dalam kapal kita.”

Illyvare tidak menjawab. Ia tahu Elleinder telah mengetahui jawabannya.

Kekaguman Elleinder pada pasukan rahasia Kerajaan Aqnetta semakin bertambah. Tanpa membuat awak kapal curiga, mereka telah menjadi penumpang gelap. Tidak seorang pun selain Illyvare yang tahu dalam kapal mereka ada sekelompok pasukan lain. Mereka terus mengawal Illyvare sejak gadis itu meninggalkan Istana Vezuza tetapi tidak seorang pun yang tahu.

Pasukan pengawal Kerajaan Skyvarrna bukan pasukan sembarang. Mereka telah terlatih untuk memperhatikan setiap gerakan di sekeliling mereka tetapi tidak ada yang mampu merasakan keberadaan Reischauer. Tak heran bila pasukan rahasia ini ditakuti banyak orang.

“Reischauer memiliki keahlian tinggi untuk menyamar, menyusup dan membunuh. Mereka berani mengorbankan diri demi Kerajaan Aqnetta dan mereka tidak akan segan-segan membunuh setiap orang yang mengancam keselamatan Kerajaan Aqnetta.”

“Mereka juga tidak akan segan membunuh setiap orang yang mengancam keselamatanmu,” tambah Elleinder.

“Tugas mereka menyelidik, membunuh dan melindungi. Mereka dapat membunuh tanpa tanda-tanda yang jelas dan cara mereka membunuh tidak ada ampun.”

Elleinder memperhatikan sekelilingnya dan berharap dapat melihat seorang di antara mereka.

“Mereka lebih tepat disebut pembunuh bayaran kelas tinggi. Walaupun Anda memasang mata lebar-lebar, Anda tidak akan dapat melihatnya,” Illyvare memberitahu dengan tenang.

“Mereka di sini di bawah perintahmu?”

“Ya,” jawab Illyvare singkat, “Sebagai Raja Kerajaan Aqnetta, saya meminta Anda untuk benar-benar memperhatikan keamanan Kerajaan Aqnetta. Sedikit saja usikan dari negara lain, Reischauer akan segera beraksi dan apa yang dapat ditimbulkan oleh mereka, Anda dapat membayangkan sendiri.”

“Pembunuhan yang tidak kenal ampun dan pembantaian berdarah.”

Illyvare diam termenung.

“Terima kasih, Illyvare. Engkau sudah memperingatiku.”

Elleinder menatap lekat-lekat wajah Illyvare. Gadis itu tidak tampak terganggu dengan tatapannya.

Apa yang dikatakan Perkins padanya tadi benar. Illyvare sangat cantik seperti seorang peri dan ia beruntung dapat menikahinya.

Bila mengingat kekhawatiran semua orang saat ia memutuskan akan menikahi Putri Kerajaan Aqnetta, Elleinder tersenyum geli. Putri Kerajaan Aqnetta yang dikatakan jelek, buruk bahkan sudah tua itu ternyata seorang peri mungil yang cantik dan manis.

Orang-orang yang dulu khawatir sekarang iri pada Elleinder. Kerajaan-kerajaan yang dulu tidak berani menempuh cara yang diambil Elleinder, cemburu. Mereka semua kini memuji-muji Elleinder dan mengatakan ia adalah pria yang beruntung.

Elleinder juga merasa ia beruntung. Ia seperti telah berjudi dan mendapatkan apa yang jauh lebih baik dari dugaannya. Ketika mengirimkan lamarannya, ia tidak menyangka akan mendapatkan seorang peri. Tidak sedikitpun terbesit dalam pikirannya Putri Kerajaan Aqnetta yang misterius itu adalah seorang peri.

Tetapi saat menatap lekat-lekat wajah Illyvare seperti ini, Elleinder merasa ada yang salah. Ada yang kurang pada diri Illyvare. Ia telah mengenal sifat pendiam Illyvare tetapi…

Sesuatu…

Ya, sesuatu tidak ada pada Illyvare.

Semua orang mengatakan ia adalah gadis yang sempurna. Peri cantik yang sempurna. Illyvare cantik, elok, cerdas, dan penurut. Illyvare adalah gadis impian tiap orang baik pria maupun wanita. Tetapi sesuatu tidak ada padanya.

Semakin lama melihat Illyvare, Elleinder semakin merasakannya. Ia telah merasakannya sejak dulu tetapi ia baru benar-benar menyadarinya tadi saat mengawasi Illyvare yang melintasi Hall yang dipenuhi orang.

Illyvare berjalan anggun dan dengan tenang melalui orang-orang. Illyvare tersenyum pada tiap orang yang menyapanya dan membalas singkat sapaan mereka. Tetapi di raut wajahnya yang selalu tenang itu, Elleinder menemukan sesuatu yang kurang.

Jam berdentang dua belas kali.

Elleinder berdiri dan mendekati Illyvare. “Sekarang sudah malam. Sudah waktunya bagimu untuk beristirahat.”

Illyvare melihat meja kerja.

“Aku juga akan beristirahat.”

Elleinder mematikan lilin Ruang Kerjanya sebelum menutup pintu. Elleinder mengambil sebuah lilin yang tertancap di tempat lilin di tembok. Koridor yang semula terang itu menjadi remang-remang.

Elleinder mengantar Illyvare hingga ke kamarnya.

“Tidurlah yang nyenyak. Besok kita masih harus ke Skellefreinth untuk mengunjungi panti asuhan terbesar di Kerajaan Skyvarrna.” Elleinder membukakan pintu kamar dan berkata, “Selamat malam.”

“Selamat malam,” balas Illyvare dan ia melangkah masuk.



*****Lanjut ke chapter 8

No comments:

Post a Comment