Thursday, February 8, 2007

Pelarian-Chapter 9

Rencana baru Alviorita berjalan seperti yang diharapkan gadis itu.

Hari-hari terakhir ini Alviorita berhasil menjauhi Nathan. Sedapat mungkin ia menghindari Nathan. Alviorita tidak ingin mengambil resiko lagi dalam pertengkaran mereka. Kecurigaan Nathan terhadap dirinya akan bertambah besar bila mereka bertemu. Alviorita yakin itu apalagi bila mengingat ucapan Innane.


Hingga saat ini hanya ucapan Innane saja yang tidak dapat dimengerti Alviorita. Wanita itu mengatakan ia sering bermain ke Castle Q`arde dengan Ratu tetapi ia sama sekali tidak ingat. Alviorita yakin walaupun kejadian itu sudah lama berlalu ia pasti ingat bila kata-kata Innane itu memang benar. Setiap kenangannya bersama ibunya hingga saat ini terus melekat di benaknya.

Tetapi bila Innane tidak mengatakan yang sebenarnya mengapa ayahnya bersikeras ia pernah bertemu dengan Nathan sebelumnya. Juga mengapa ia selalu merasa pernah ke Castle Q`arde sebelumnya. Bahkan pada saat pertama kali bertemu dengan anggota keluarga Castle Q`arde, ia merasa telah melihat mereka sebelumnya. Wajah mereka jelas tidak memiliki kemiripan dengan wajah setiap orang yang pernah ditemui Alviorita.

Andaikata semua itu benar, Alviorita tidak tahu harus berbuat apa. Bila ternyata kata-kata Innane benar maka kata-kata ayahnya juga benar. Bahwa pertunangan ini adalah keinginan Ratu, itu juga benar.

Alviorita benar-benar tidak tahu apa yang harus dilakukannya bila ternyata semua itu benar.

Dalam penyamarannya ini, Alviorita tahu ia tidak mungkin berusaha mencari kebenaran kata-kata Innane. Ia masih tidak ingin kembali ke Istana Urza. Ia juga tidak ingin ada orang lain di luar Nathan yang juga mencurigainya sebagai Putri Alviorita.

Kecurigaan Nathan saja sudah membuat Alviorita kerepotan apalagi bila ditambah kecurigaan orang lain.

Untuk saat ini Alviorita tidak mau memikirkan yang lain, ia hanya berusaha menemukan perisai yang banyak dan menghindar dari kecurigaan Nathan.

Bila ternyata semua ucapan Innane benar, maka Alviorita akan memikirkannya kemudian. Alviorita yakin ibunya akan mengerti bila ia menolak pertunangan ini.

Alviorita menatap langit di atasnya. Ia benar-benar mersa kebingungan. Semua yang terjadi akhir-akhir ini benar-benari di luar rencananya bahkan di luar dugaannya.

Sejak pertengkaran di Ruang Duduk itu, Trent makin berusaha mencari kesempatan untuk berdua dengannya. Walaupun setiap kali Alviorita selalu menghindar tetapi pria itu tetap berusaha mendekatinya.

Yang membuat Alviorita heran adalah sikap acuh Nathan. Bila pria itu benar-benar menduga ia adalah Putri Alviorita, maka pria itu seharusnya menyelamatkan tunangannya dari adiknya tetapi nyatanya pria itu pura-pura tidak melihat.

Alviorita dibuat jengkel olehnya.

Dalam rencana baru Alviorita, ia harus menghindari Nathan tetapi Takdir menyuruh Alviorita untuk menghindari Trent juga.

Keberadaan Jeffreye di Castle Q`arde membuat Alviorita semakin sukar menghindari kedua pria itu. Alviorita tidak mungkin meninggalkan Jeffreye yang telah mendapatkan tempat di hatinya. Alviorita juga tidak ingin mengecewakan anak itu.

Ketika membuat rencana barunya di ruang rahasia sambil menanti hujan lebat dulu, Alviorita telah menyusun rencana untuk menghindari Nathan tanpa beranjak dari sisi Jeffreye.

Alviorita tahu pria itu selalu mengawasi mereka setiap kali mereka bermain di taman Castle Q`arde. Alviorita berniat mengajak Jeffreye bermain di sekitar Castle Q`arde. Walaupun akan mengecewakan Jeffreye tetapi Alviorita tahu hanya itu yang harus dilakukannya.

Sekarang demi menyelamatkan dirinya dari situasi berbahaya yang harus dihindarinya, Alviorita terpaksa mengurangi waktu bermainnya dengan Jeffreye dan lebih sering menghabiskan waktunya di atas pohon seperti saat ini. Jeffreye memang kecewa ketika ia tahu Alviorita sering menghilang. Tetapi ia tidak pernah menunjukkan kekecewaannya pada Alviorita. Walaupun demikian Alviorita selalu menggunakan kesempatan yang singkat itu untuk membuat Jeffreye merasa senang.

Hanya di sore hari saja Alviorita berada di sisi Jeffreye selebihnya ia habiskan di atas pohon. Untuk menghilangkan kebosanannya duduk seharian di atas pohon, Alviorita sengaja membawa buku dari Ruang Perpustakaan.

Melalui percakapan yang dulu didengarnya, Alviorita tahu Duke dan Duchess tidak keberatan ia sering memanjat pohon asal tanpa sepengetahuan Jeffreye. Karena Alviorita sendiri juga tidak berniat memanjat di hadapan Jeffreye, ia selalu pergi sembunyi-sembunyi dan memanjat pohon di pagi hari setelah makan pagi.

Alviorita tahu Trent jengkel melihat ia selalu segera menghilang setelah makan pagi. Dan baru muncul kembali saat makan malam. Alviorita senang melihat kejengkelan pria itu.

Sikap Nathan berlawanan dengan adiknya. Walaupun pria itu telah mencurigai gadis itu sebagai tunangannya tetapi ia tetap bersikap tidak peduli walaupun gadis itu selalu menghilang setelah makan pagi dan baru muncul saat makan malam.

Duke dan Duchess of Kryntz juga tidak pernah bertanya apa-apa kepada Alviorita. Mereka hanya tersenyum saat melihat Alviorita segera meninggalkan Ruang Makan setelah menghabiskan sarapannya dan baru muncul kembali saat makan malam. Bahkan Duke membantu Alviorita menemukan buku-buku yang menarik. Alviorita senang sekali mendapat kebebasan dan kepercayaan dari Duke dan Duchess of Kryntz.

Setelah makan malam pun Alviorita segera meninggalkan Ruang Makan setelah menghabiskan makan malamnya.

Tidak ada yang memprotes sikap Alviorita yang seperti enggan berkumpul bersama keluarga Kryntz selain Trent. Hanya pria itu saja yang memprotes sikap Alviorita bahkan tadi pagi ia mengungkit masalah itu.

“Engkau sengaja menghindari kami,” kata Trent tajam saat melihat Alviorita meninggalkan meja makan.

“Salahkan bila aku ingin menyendiri?” tanya Alviorita tenang.

“Tidak tetapi sikapmu itu seperti menghindari kami.”

Alviorita tetap bersikap tenang namun pandangan matanya bersinar berbahaya. “Bila kalian merasa demikian maka maafkan saya,” kata Alviorita sopan, “Harus saya akui saya lebih senang mendekatkan diri kepada alam yang damai daripada dunia yang kejam.”

“Apa bedanya alam dan dunia?” tanya Jeffreye tak mengerti.

“Tanyalah Paman Trentmu, ia pasti mengerti,” kata Alviorita tajam lalu ia segera meninggalkan tempat itu.

Alviorita tidak tahu apa yang dirasakan Trent saat itu tetapi ia tahu pria itu merasa jengkel akan sikapnya.

Duke dan Duchess tidak tampak tersinggung saat Alviorita mengatakan pendapatnya, mereka hanya tersenyum. Hanya Trent saja yang merasa tersinggung.

Bila Duke dan Duchess ikut tersinggung, maka Alviorita akan segera meminta maaf tetapi mereka berdua sama sekali tidak tersinggung. Karena mereka yang dihormatinya tidak tersinggung, Alviorita tidak berniat menarik ucapannya juga tidak berniat meminta maaf.

Walaupun tidak mengenal keluarga Kryntz sebaik ia mengenal penghuni Istana Urza, tetapi Alviorita yakin tidak seorangpun dari mereka yang akan merasa tersinggung dengan sikapnya yang selalu menghilang ini kecuali Trent.

Alviorita mengalihkan perhatiannya dari buku yang dibacanya.

Matahari semakin tinggi dan tidak tampak burung di langit biru. Awan-awan putih juga enggan menutupi matahari yang terus bersinar menyilaukan mata. Kerimbunan daun tempat duduknya membuat Alviorita terhindar dari sinar matahari.

Alviorita lelah terus menerus menghindari Nathan juga Trent. Tetapi ia tahu ia harus bertahan hingga perisainya cukup banyak.

Hingga saat ini tidak banyak perisai yang ditemukan Alviorita. Dan Alviorita berniat akan terus bertahan di Castle Q`arde hingga perisainya sudah banyak. Walaupun ia harus selalu menghindari Nathan juga Trent, Alviorita tetap bertahan.

Keinginan Alviorita untuk tidak membiarkan impiannya dihancurkan oleh pertunangan konyolnya lebih besar dari apapun. Tidak ada yang dapat menahan keinginan Alviorita untuk menghilangkan pertunangan konyolnya ini.

Alviorita tidak ingin menjadi korban dua keluarga tua Kerajaan Lyvion yang ingin menjalin hubungan keluarga ini.

Selama lima belas tahun ia menjadi korban dunia politik dan seumur hidupnya ia akan terus menjadi korban dunia politik. Alviorita sudah merasa itu cukup. Ia tidak mau menjadi korban siapapun juga.

Menjadi korban dunia politik sudah membuat Alviorita merasa jenuh apalagi menjadi korban hubungan dua keluarga.

Sekeras apapun Alviorita berusaha, tetapi sepertinya semua orang masih tidak mempercayainya bahkan mereka menyebarkan berita yang aneh-aneh tentangnya.

Walaupun Alviorita tampak tidak peduli dengan semua itu tetapi sebenarnya ia tidak menyukai semua berita tentang dirinya yang hanya merupakan karangan belaka.

Walaupun Alviorita tidak pernah menyangkal semua berita tentang dirinya dengan kata-kata tetapi sikapnya sudah dapat membuat setiap berita itu runtuh dengan sendirinya.

Maryam juga tidak senang melihat berita bohong mengenai Alviorita itu. Wanita tua itulah yang lebih sering mengomentari berita itu. Dari semua tuduhan yang ditujukan bagi Alviorita itu hanya satu yang disukai oleh Maryam.

“Putri Alviorita adalah putri yang angkuh.”

Hanya itu yang paling disenangi Maryam. Setiap kali mendengar kalimat itu, Maryam selalu berkata, “Anda berhasil, Tuan Puteri. Anda berhasil menunjukkan sikap angkuh Anda sebagai Putri Mahkota.”

Sedangkah Alviorita yang terbiasa menahan semua perasaan tidak senangnya tetap bersikap diam.

Kadang Alviorita merasa hanya tuduhan itu saja yang benar. Alviorita sering mengacuhkan segala kegiatan yang berada di luar kerajaan. Alviorita tidak ingin dirinya terlibat di luar kegiatan politik. Terlibat dalam satu kegiatan saja sudah membuat Alviorita merasa ingin melepaskan diri apalagi bila melibatkan diri dalam kegiatan lain terlebih lagi kegiatan bersenang-senang yang banyak skandal.

Terlibat dalam skandal, hanya akan menyita waktu Alviorita yang telah padat. Bila Alviorita membiarkan dirinya terlibat dalam suatu skandal, maka Alviorita akan kesulitan menyisipkan kegiatan berkeliling kota dengan dalih berbelanja.

Setiap undangan di luar kegiatan politik selalu ditolak Alviorita. Kalaupun gadis itu menghadiri undangan itu, ia hanya akan duduk di tepi dan mengacuhkan orang-orang di sekitarnya.

Sikap Alviorita yang seperti ini juga sikap diamnya terhadap semua berita tentang dirinya dan sebutan-sebutan yang ditujukan kepada dirinya, membuat semua orang memberi sebutan ‘Putri Angkuh’ kepadanya.

Bila memikirkan campur tangannya dalam masalah Elly dan Nathan, Alviorita ingin tahu bagaimana reaksi mereka. Apa yang akan dilakukan mereka bila tahu ‘Putri angkuh’ mereka ternyata tidak seangkuh yang mereka katakan.

Alviorita melanjutkan kegiatan membaca bukunya.

“Sudah kuduga engkau di sini.”

Alviorita terkejut. Buku yang dipegangnya terjatuh.

Nathan menyadari keterkejutan gadis itu dan segera mengulurkan tangannya.

Alviorita hampir saja ikut jatuh seperti bukunya bila tangan itu tidak segera memegang pinggangnya.

“Sudah kukatakan jangan sering memanjat pohon. Bagaimana bila tadi aku tidak segera memegangmu?” tanya Nathan, “Mungkin saat ini engkau sudah jatuh seperti buku itu.”

“Kalau engkau tidak mengejutkanku seperti tadi, aku pasti tidak akan jatuh,” kata Alviorita tajam.

Nathan menyadari gadis itu benar. “Engkau benar. Aku minta maaf.”

“Mengapa engkau di sini?” tanya Alviorita dingin. Setelah berhari-hari mendapatkan ketenangan di atas pohon ini, Alviorita tidak senang ketika pria itu tiba-tiba menganggunya.

“Aku hanya ingin bertanya mengapa akhir-akhir ini engkau sering menghilang,” kata Nathan sambil menyandarkan tubuhnya ke batang pohon.

“Untuk apa engkau mengurusi si kucing kecil yang liar ini?” tanya Alviorita dingin.

“Karena si kucing kecil yang liar ini memang nakal dan aku si the Devil Dog harus menjaganya,” kata Nathan tenang.

“Siapa yang menyuruhmu menjagaku?”

“Tidak ada.”

“Lalu mengapa engkau merepotkan dirimu sendiri dengan menjagaku?” tanya Alviorita tajam.

“Apakah engkau tidak melihat Jeffreye kecewa melihatmu setiap hari menghilang?”

“Aku tahu Jeffreye sedih melihat aku selalu menghilang,” kata Alviorita sedih.

“Lalu mengapa engkau tetap saja sering menghilang?” selidik Nathan.

“Aku hanya ingin menyendiri saja,” kata Alviorita tenang.

“Katakan sejujurnya kepadaku. Apakah benar engkau ingin menghindariku?”

“Engkau seharusnya merasa beruntung tidak perlu mengejar-ngejar si kucing liar. Lalu si the Devil Dog ini mengapa memanjat pohon hanya untuk menemukan si kucing liar?”

“Apa engkau tidak sedih melihat Jeffreye? Anak itu setiap hari tampak murung karena engkau selalu menghilang,” kata Nathan tajam.

“Siapa yang berkata seperti itu?” tanya Alviorita tidak mau kalah.

“Lalu mengapa engkau masih tetap sering menghilang?”

“Dan engkau mengapa mau merepotkan dirimu memanjat pohon hanya untuk menemukan si kucing liar yang ingin membaca buku di atas pohon?”

“Engkau sendiri mengapa membaca buku di atas pohon? Engkau benar-benar kucing liar,” kata Nathan.

“Karena aku adalah kucing liar, maka tempatku hanya di atas pohon,” kata Alviorita tenang namun berbahaya.

Sikap Alviorita yang tidak mau mengalah itu membuat Nathan menyerah. Nathan merasa percuma membuat Alviorita meninggalkan pohon yang selama ini menjadi tempat persembunyiannya.

“Sudahlah. Selama berhari-hari tidak bertengkar, lebih baik kita menghentikan pertengkaran ini.”

“Mengapa? Engkau tidak menyukai pertengkaran kita?” tanya Alviorita dengan suara yang penuh bahaya, “Sayang sekali aku menyukainya. Entah bagaimana dengan tunanganmu yang menghilang karena tidak menyukaimu itu.”

Nathan menatap lekat-lekat wajah Alviorita. “Jangan berbohong lagi. Aku tahu siapa engkau.”

Alviorita yang telah mengetahui kecurigaan Nathan kepada dirinya, tidak terkejut mendengarnya, ia malah bertanya tidak mengerti, “Siapakah aku?”

“Jangan menipuku lagi. Percuma saja. Aku sudah tahu engkau adalah Alviorita.”

“Sayang sekali aku tidak mengenalnya.”

“Jangan berbohong kepadaku lagi, Alviorita,” kata Nathan memperingati, “Aku tahu selama ini engkau selalu menghindariku karena engkau takut dengan kecurigaanku.”

“Kalau aku adalah dia mengapa aku berada di sini?”

“Aku tidak tahu,” kata Nathan mengakui, “Hanya engkau sendiri yang dapat menjawabnya.”

“Maafkah aku. Aku tidak mengenalnya,” kata Alviorita tenang. Alviorita tahu ia harus meninggalkan pria itu sebelum penyamarannya yang berada dalam bahaya ini terbongkar. Alviorita boleh membiarkan Nathan terus beranggapan ia adalah sang Putri Mahkota tetapi pria itu tidak boleh mendengar ia membenarkan dugaan itu.

Nathan segera memegang lengan Alviorita ketika melihat gadis itu hendak meninggalkan dahan tempatnya duduk.

Menyadari gadis itu terkejut, Nathan takut Alviorita jatuh. Nathan segera memeluk tubuh gadis itu.

“Apa yang akan kaulakukan!?” protesnya.

Alviorita berusaha melepaskan diri dari pelukan Nathan. “Aku hanya ingin mengambil bukuku yang kaujatuhkan.”

“Aku tidak menjatuhkannya,” bantah Nathan.

Alviorita menatap tajam wajah Nathan dan setajam tatapannya, ia berkata, “Engkau memang tidak menjatuhkannya tetapi engkau membuatnya jatuh.”

“Baiklah, aku yang menjatuhkannya,” kata Nathan mengalah, “Apakah engkau tidak menyadari engkau bisa terjatuh kalau engkau memanjat pohon?”

“Seperti katamu, aku adalah kucing liar yang pandai memanjat pohon,” kata Alviorita tenang kemudian dengan nada tajam, ia berkata, “Dan aku tidak akan jatuh kalau engkau si the Devil Dog tidak mengejutkanku.”

“Engkau memang kucing liar,” gumam Nathan.

“Sekarang lepaskan tanganmu dan biarkan kucing liar ini turun,” kata Alviorita dingin, “Jangan membuat dirimu sendiri yang tidak dapat memanjat pohon kerepotan.”

Suara dingin yang mengejek itu membuat Nathan marah, “Siapa yang mengatakan aku tidak dapat memanjat pohon?”

Suara Nathan yang tajam tidak membuat Alviorita takut. “Oh…,” katanya pura-pura terkejut, “Rupanya the Devil Dog satu ini memang langka. Ia dapat memanjat pohon hanya demi mengejar kucing liar.”

Ejekan Alviorita membuat Nathan semakin marah, “Dan engkau si kucing liar apa yang akan kaulakukan bila the Devil Dog ini mengejarmu sampai ke atas pohon?”

“Aku akan memintanya tidak mengejutkanku sehingga aku tidak akan terjatuh,” kata Alviorita dingin, “Dan sekarang Mr. The Devil Dog, lepaskan aku dan biarkan aku mengambil buku yang telah engkau jatuhkan.”

Nathan segera melepaskan Alviorita.

Begitu Nathan melonggarkan pelukannya, Alviorita segera menarik dirinya menjauhi Nathan. Sebelum menuruni pohon, Alviorita memperingati Nathan.

“Kalau engkau memang tidak ingin kucing liar ini jatuh, jangan dekat-dekat dariku.”

Nathan membiarkan Alviorita menuruni pohon itu dulu. Setelah merasa gadis itu cukup jauh di bawahnya, ia mengikuti gadis itu.

Tanpa mempedulikan Nathan yang mengikutinya, Alviorita menuruni pohon itu dengan hati-hati. Ia tidak peduli apakah pria itu tidak sabar melihatnya turun pelan-pelan.

Kejadian yang baru saja terjadi ini juga di luar dugaan Alviorita. Walaupun Alviorita tahu pria itu mengetahui ke mana ia pergi setelah makan pagi tetapi ia tidak pernah menduga pria itu akan mengikutinya.

Yang harus dilakukan Alviorita untuk menyelamatkan dirinya dari dugaan Nathan adalah pergi ke Ruang Kanak-Kanak dan menghabiskan waktunya di sana bersama Jeffreye.

Dengan hati-hati Alviorita melompat ke atas tanah. Alviorita tidak mempedulikan Nathan yang masih menuruni pohon, gadis itu hanya ingin segera mengambil bukunya dan sesegera mungkin pergi ke Ruang Kanak-Kanak.

Setelah menemukan bukunya yang terjatuh, Alviorita segera berjalan Ruang Kanak-Kanak. Alviorita mendengar langkah Nathan di belakangnya tetapi ia tetap tidak memperlambat langkahnya.

Nathan segera menyusul Alviorita dan menangkap lengan gadis itu. “Hendak ke mana engkau?”

Melihat kemarahan di wajah Nathan, Alviorita berniat membuat pria itu semakin marah. Pria itu telah menganggu ketenangannya dan pria itu harus mendapatkan hukuman darinya.

“Berjalan-jalan,” jawabnya santai.

Nathan tidak melepaskan lengan Alviorita.

“Lepaskan aku,” kata Alviorita jengkel sambil menyentakkan tangannya.

“Engkau akan ke mana?”

“Apakah engkau tidak mendengarku? Aku telah mengatakan kepadamu aku ingin berjalan-jalan.”

Melihat tatapan marah di mata Alviorita, Nathan masih tidak melepaskan gadis itu.

“Lepaskan aku,” kata Alviorita marah sambil menyentakkan lengannya sekuat tenaga.

Melihat kemarahan gadis itu, Nathan segera melepaskan lengannya.

Alviorita segera menarik lengannya begitu pria itu melonggarkan pegangannya. Saat ia baru akan melanjutkan perjalanannya, ia melihat seseorang mendekatinya.

Melihat orang itu tak lain adalah Trent, Alviorita mengeluh, “Di belakang The Devil Dog dan di depan bola berjalan.”

Alviorita tidak mengerti mengapa ia dapat berada dalam situasi seperti ini. Daripada bertemu Trent, Alviorita lebih memilih bertengkar dengan Nathan. Gadis itu segera membalikkan badannya.

Melihat gadis itu mengubah arahnya, Nathan heran. Ia segera mengikuti gadis itu. “Mengapa engkau tiba-tiba mengubah arahmu? Apakah engkau tidak jadi berjalan-jalan?”

Alviorita tidak menghentikan langkah kakinya. “Daripada bertemu bola berjalan lebih baik berhadapan dengan The Devil Dog.”

Nathan mempercepat langkahnya hingga ia berada di sisi Alviorita. “Apa maksudmu? Siapa ‘bola berjalan’ itu?”

“Siapa lagi kalau bukan adikmu, Trent,” kata Alviorita tenang.

“Dia?” tanya Nathan tidak percaya. Ia melirik adiknya yang berusaha mengejar mereka dan ia tertawa.

Alviorita terkejut mendengar tawa Nathan. “Adakah yang lucu?” tanyanya tajam.

“Tidak, tidak ada apa-apa,” kata Nathan sambil menahan tawanya, “Cuma engkau pandai sekali memberi nama kepada Trent.”

“Tidak sulit memberi nama baru kepadanya yang bertubuh bulat seperti bola itu,” kata Alviorita santai.

“Ia pasti tersanjung mendengarnya.”

“Kuharap demikian,” kata Alviorita tidak peduli.

Alviorita kembali memperhatikan jalan yang dilaluinya. Alviorita tidak mengerti mengapa Nathan tetap mengikutinya. Ia telah meninggalkan pohon itu seperti yang dikehendaki pria itu. Kini Alviorita sedang berjalan ke pintu gerbang Castle Q`arde tetapi pria itu masih saja mengikutinya. Sudah lama Alviorita tinggal di sini dan pria itu tidak perlu khawatir lagi ia akan tersesat.

Bila pria itu ingin membuktikan ia adalah Putri Alviorita, pria itu tidak perlu mengikutinya seperti ini. Dengan mengikuti Alviorita, ia membuat Alviorita semakin merasa jengkel kepadanya.

Alviorita memperhatikan keadaan di luar Castle Q`arde yang tampak melalui gerbang yang terbuka itu. Alviorita terkejut melihat keadaan di luar Castle Q`arde.

Nathan terkejut melihat Alviorita tiba-tiba berhenti. “Ada apa?” tanyanya cemas. Kecemasan Nathan bertambah ketika ia melihat wajah Alviorita memucat.

Nathan mengikuti arah pandangan mata Alviorita.

Di luar Castle Q`arde tampak kereta kuda yang mewah. Melihat bentuknya serta kemewahannya, Nathan tahu kereta kuda itu adalah kereta Istana.

Alviorita tahu kereta kuda itu adalah kereta kuda Istana yang hanya digunakan oleh keluarga raja. Alviorita takut menyadari ayahnya ada di sini. Belum saatnya ia bertemu dengan ayahnya. Perisai yang dimilikinya belum dapat menahan pedang ayahnya. Belum saatnya perang ini diadakan.

Perang ini tidak boleh terjadi di Castle Q`arde. Perang antara Alviorita dan Raja Phyllips harus terjadi di dalam Istana dan tidak dengan cara demikian. Alviorita harus muncul sendiri di Istana Urza dengan membawa perisainya bukan ayahnya yang menemukannya di saat ia belum siap menghadapi perangnya.

Pintu kereta terbuka dan tampak seorang wanita yang mengenakan pakaian pelayan serba hitam.

Alviorita terpaku di tempatnya ketika ia melihat wanita itu.

Wanita itu juga terpaku melihat Alviorita berdiri di depannya hanya berbatasan pintu gerbang yang terbuka.

Maryam lebih cepat menguasai dirinya daripada Alviorita. “Tuan Puteri,” katanya senang.

Alviorita yang masih terkejut semakin terkejut ketika tubuhnya tiba-tiba ditarik Nathan. Alviorita segera menguasai keterkejutannya dan menatap tajam wajah Nathan.

“Mengapa engkau menarikku?”

Nathan juga tidak mengerti mengapa ia tadi menarik gadis itu menjauhi pintu gerbang ketika wanita itu memanggil gadis itu.

“Seharusnya engkau berterima kasih kepadaku yang telah menyelamatkanmu. Aku yakin wanita itu akan segera membawamu kembali ke Istana Urza bila engkau tetap berdiri di sana.”

“Lalu mengapa engkau menolongku?” tanya Alviorita curiga.

“Karena masih banyak hal yang harus kaujelaskan kepadaku,” kata Nathan tegas.

“Penjelasan? Apa yang harus kujelaskan kepadamu?”

“Pertama engkau harus mengakui kalau engkau memang Alviorita.”

“Maaf aku tidak mengenalnya,” kata Alviorita keras kepala.

“Percuma engkau berusaha membohongiku. Aku tahu engkau adalah Alviorita dan percuma saja engkau berusaha mengingkarinya. Aku tidak mungkin salah.”

“Kapan aku membohongimu? Aku tidak pernah merasa telah membohongimu.”

“Sudahlah, Alviorita, mengaku sajalah. Percuma mengingkari apa yang telah terbukti,” kata Nathan.

“Coba buktikan kalau aku adalah dia,” tantang Alviorita. Alviorita tahu tidak ada bukti yang dapat diberikan Nathan. Satu-satunya bukti yang dapat membuat penyamarannya terbongkar berada di tangannya.

Sejak meninggalkan Istana Urza, leontin perak Ratu tidak pernah berada jauh dari Alviorita. Gadis itu selalu membawanya ke manapun ia pergi.

Nathan menatap tajam wajah Alviorita.

Alviorita memalingkan pandangan matanya dari mata kelabu Nathan yang menatap tajam dirinya.

Sebatang pohon menarik perhatian Alviorita.

Nathan menyadari apa yang dilihat Alviorita, ia segera melepaskan tangan Alviorita dan membiarkan gadis itu mendekati pohon cemara itu.

Goresan-goresan pada batang pohon itu membuat Alviorita tertarik. Ia merasa mengenal goresan-goresan yang saling berjajar ke atas itu. Melihat tinggi goresan itu yang berbeda antara satu dengan yang lain, Alviorita yakin goresan itu adalah hasil pengukuran tinggi badan.

Suatu gambaran terbayang dalam benak Alviorita. Ia melihat dirinya berdiri sambil menyandarkan punggung di batang pohon itu. Sepasang tangan memberi goresan pada batang cemara.

“Pohon itu dulu tempat kita saling mengukur tinggi badan,” kata Nathan memberitahu Alviorita.

Alviorita menyentuh goresan itu tanpa mengatakan apa-apa. Gadis itu tidak mengerti mengapa gambaran itu muncul di benaknya sementara ia sendiri sangat yakin ia tidak pernah ke Castle Q`arde saat ia masih kecil. Bila kata-kata Nathan dihubungkan dengan kata-kata Innane, maka keduanya hanya ingin mengatakan satu hal yaitu Alviorita sering ke Castle Q`arde bersama Ratu.

Alviorita sukar mempercayai semuanya itu. Tidak ada sedikitpun ingatan masa kecilnya bersama Ratu di Castle Q`arde. Yang ada hanya ingatan masa kecil bersama Ratu di Istana Urza dan ingatan Ratu sering mengajaknya jalan-jalan.

Sejak kecil, Alviorita telah diajari oleh ayahnya untuk selalu mengingat baik-baik setiap kejadian yang telah terjadi. Tidak mungkin ada yang terlupakan oleh Alviorita. Bahkan kenangan kematian Ratu yang paling menyedihkannya masih tergambar jelas di benaknya.

Alviorita masih ingat dirinya mengenakan gaun hitam dan menangis di samping peti ibunya. Ia terus menangis sambil memanggil-manggil ibunya yang terus tertidur dan tidak ada seorangpun yang mencoba menghiburnya.

Alviorita terus mengira ibunya masih tertidur hingga ia melihat mereka menguburkan ibunya. Alviorita berteriak-teriak mencegah orang-orang itu menutupi peti ibunya dengan tanah.

“Jangan! Mama masih hidup!” teriaknya waktu itu, “Mama pasti akan membuka matanya kembali.”

Melihat tidak ada yang berusaha menghentikan orang-orang itu, Alviorita ingin mendekati ibunya tetapi Maryam segera menggendongnya.

Alviorita terus menangis sambil mengulurkan tangannya ke tempat ibunya disemayamkan.

“Mama, bangun. Mama, bangun,” teriak Alviorita, “Mama, mereka menyiram tanah ke atasmu. Mama, bangun

Maryam berusaha menenangkan Alviorita. “Jangan menangis, Tuan Puteri. Yang Mulia tidak akan bangun lagi.”

“Tidak, Mama akan bangun. Aku yakin Mama akan bangun,” kata Alviorita.

Maryam membelai Alviorita sambil berusaha memberi pengertian kepada gadis kecil itu. “Yang Mulia Paduka Ratu telah meninggal, Tuan Puteri. Ia tidak akan bangun lagi.”

Alviorita tidak mempedulikan kata-kata Maryam ia terus memanggil-manggil ibunya.

Peristiwa itu tidak pernah dilupakan Alviorita. Bahkan Alviorita juga tidak lupa saat ayahnya menyuruhnya memasuki dunia politik untuk pertama kalinya.

Sehari setelah kematian Ratu, Raja Phyllips tampak ingin segera menyuruh Alviorita belajar keras. Namun gadis kecil itu masih terlalu sedih hingga ia jatuh sakit, karenanya ia menunda keinginannya. Tetapi beberapa hari setelah gadis itu sembuh dan ia masih saja bersedih, Raja Phyllips tidak dapat menahan kesabarannya lagi. Ia segera memerintahkan sejumlah guru privat mengajari Alviorita dan Maryam bertugas mengawasi Alviorita belajar.

Alviorita tidak akan lupa saat ia harus memasuki dunia yang tidak disukainya itu setelah kepergian ibunya untuk selama-lamanya.

“Engkau baru saja membuktikan sendiri kalau engkau adalah Alviorita,” kata Nathan sambil tersenyum.

“Sungguh?” tanya Alviorita tidak percaya.

“Hanya aku dan engkau yang tahu kita telah menggores pohon itu,” kata Nathan, “Melhat engkau tertarik melihatnya, aku semakin yakin engkau adalah Alviorita.”

Alviorita tidak ingin membuat Nathan semakin percaya ia adalah sang Putri Mahkota.

“Jangan senang dulu,” kata Alviorita memperingati, “Mungkin saja aku hanya tertarik melihat batang pohon ini.”

Nathan menatap tajam wajah Alviorita. Entah sadar atau tidak gadis itu telah mengatakan ia adalah Alviorita tetapi gadis itu masih saja keras kepala.

Nathan baru saja hendak mengatakan sesuatu ketika terdengar suara orang memanggilnya.

Nathan memalingkan kepala ke arah datangnya suara itu dan melihat ibunya tengah memanggilnya dengan cemas.

Kemudian Nathan menatap tajam wajah Alviorita, “Engkau beruntung saat ini. Tetapi aku tidak akan melepaskanmu lagi. Aku akan membuatmu mengatakan semua yang ingin kudengar.”

“Coba saja,” tantang Alviorita.

Nathan menatap tajam wajah Alviorita. “Tunggulah aku dan aku akan membuktikan kata-kataku,” katanya tajam.

Walaupun Nathan telah memperingati Alviorita untuk tetap menunggunya tetapi ia tidak akan pernah melihat gadis itu lagi.

Begitu melihat Nathan menjauh, Alviorita segera kembali ke kamarnya. Alviorita tahu posisinya saat itu benar-benar berbahaya dan ia harus menyelamatkan diri. Alviorita masih tidak ingin kembali ke Istana Urza.

Tidak seorangpun yang ditemui Alviorita saat ia terburu-buru ke kamarnya juga tidak seorangpun yang melihat kepergian Alviorita melalui pintu belakang Castle Q`arde.



*****Lanjut ke chapter 10

No comments:

Post a Comment