Thursday, February 1, 2007

Pelarian-Chapter 2

“APA!?” Hanya itu satu-satunya kata yang dapat diucapkan Alviorita.

“Anda berada di Castle Q`arde,” ulang wanita itu.Kalimat itu membuat Alviorita merasa pusing. Ia kembali merasa berada di dalam mimpi buruk. Bahkan mimpi terburuk yang tak pernah dibayangkannya.


Alviorita tahu ia harus segera meninggalkan Castle ini bila ia tidak ingin menghadiri pesta pertunangannya. Bila ia tidak ingin menghancurkan impiannya, ia harus meninggalkan Castle ini sebelum semuanya terlambat.

Melihat wajah Alviorita yang memucat, wanita itu tampak cemas. “Anda harus beristirahat dulu. Anda masih terlihat pucat,” kata wanita itu.

Alviorita menggelengkan kepalanya. “Saya harus pergi.”

“Anda harus tinggal dulu di sini. Anda tampak sangat pucat.”

Kalimat itu membuat Alviorita tiba-tiba mempunyai ide yang dianggap Alviorita paling hebat. “Saya rasa Anda benar. Saya tidak dapat pergi dengan kepala pening seperti ini,” kata Alviorita sambil tersenyum puas.

“Bila Anda tak keberatan, saya ingin mengetahui siapakah Anda?”

Dalam hati Alviorita tersenyum gembira mendengar pertanyaan yang memang telah dinantikannya itu. Tetapi di luar, Alviorita berpura-pura sedih. Ia memandang sayu pada wanita itu dan berkata lirih, “Saya tidak ingat siapakah saya.”

Wanita itu terkejut mendengarnya. “Anda sama sekali tidak dapat mengingat nama maupun masa lalu Anda?”

Alviorita mengangguk lemah.

“Saya turut menyesal,” katanya bersimpati.

Melihat ketulusan wanita itu, Alviorita merasa bersalah telah membohonginya tetapi ia menguatkan hatinya untuk terus bersandiwara.

Bila ia benar-benar ingin membatalkan pertunangan terkonyol yang harus dialaminya ini maka ia harus menahan perasaan bersalah seperti ini. Alviorita tahu itu.

“Beristirahatlah dulu. Saya akan mengatakan hal ini kepada majikan saya. Saya tidak tahu apa yang harus saya perbuat,” kata wanita itu.

Wanita itu membenahi selimut Alviorita sebelum ia pergi meninggalkan Alviorita yang merasa lega sekaligus senang.

Alviorita telah berhasil memainkan sebuah sandiwara dan kini agar tetap dapat menyimpan rahasia itu, Alviorita harus dapat terus memainkan peran yang ia mainkan.

Alviorita tersenyum puas. Tetapi sebenarnya dalam hati Alviorita merasa was-was apakah ia akan tetap dapat menjaga rahasianya ini. Apakah ia akan dapat membohongi semua orang di Castle ini seperti ia membohongi wanita itu.

Karena keinginannya yang kuat untuk melepaskan diri dari pertunangan konyol ini, Alviorita memaksa dirinya untuk terus bersandiwara dan bersandiwara. Alviorita juga harus dapat menahan perasaan bersalahnya.

Menyadari ia kini berada di luar Istana Urza, membuat Alviorita melupakan kegelisahannya.

Alviorita tersenyum senang. Ia senang dapat meninggalkan Istana tanpa seorangpun yang mengetahui kepergiannya. Alviorita sedang dapat terbebas dari kegiatan rutin yang membosankan. Tetapi tidak urung juga hal itu membuat Alviorita merasa bersalah karena tidak melakukan tugasnya sebagai Putri Mahkota.

Alviorita melupakan segala perasaan bersalahnya dan mulai melamunkan hari esok di luar Istana.

Membayangkan dirinya berjalan-jalan seorang diri di tengah keramaian tanpa ada yang mengenalinya, membuat Alviorita merasa senang. Selama ini ke manapun ia pergi, setiap orang selalu mengenalnya karena pengawal-pengawal yang selalu mengikuti setiap langkahnya. Ke mana pun ia pergi pasti ada pengawal di sisinya yang selalu siap menjaganya dari segala macam bahaya. Tetapi itu membuat Alviorita merasa tidak bebas. Ia merasa pengawal-pengawal itu mengawasi setiap gerak-geriknya. Mereka selalu melarang Alviorita melakukan hal yang diinginkannya.

Sekarang di sisi Alviorita tidak ada seorangpun pengawal bahkan Maryam yang selalu bersamanya juga tidak ada. Alviorita merasa bebas seperti seekor burung yang bebas dari sangkar emasnya. Dan setelah burung itu bebas, ia ingin mengepakkan sayapnya mengelilingi dunia yang selama ini tidak pernah dilihatnya. Demikian pula Alviorita. Selama ini kepergian Alviorita hanya ke tempat-tempat yang berhubungan dengan urusan kerajaan. Banyak kota besar yang didatangi Alviorita tetapi Alviorita tidak pernah bermain-main di hutan, di pedesaan yang tentram. Apa yang diinginkan Alviorita saat ini adalah berjalan-jalan ke semua tempat yang tidak pernah dikunjunginya seorang diri sambil menikmati kebebasan di luar Istana. Alviorita ingin menikmati kebebasannya dari segala kegiatan rutin yang membosankan dengan bermain-main.

Tengah Alviorita sedang melamunkan hari-hari yang akan dihadapinya, Raja Phyllips kebingungan di Istana Urza.

Entah berapa kali Raja mondar-mandir di dalam Ruang Tahta. Sesekali Raja menatap cemas kepada orang-orang yang berdiri mematung di dekatnya. Kecemasan dan kemarahan yang nampak di wajah yang telah berkerut itu membuat semua yang ada di ruangan itu diam seribu bahasa. Semua nampak ketakutan menghadapi Raja Phyllips yang bagai meriam yang siap meledak itu.

Setelah terdiam beberapa lama akhirnya Raja berkata, “Jadi Alviorita belum ditemukan?”

Wolve maju ke depan membungkukkan badannya, “Maafkan saya, Paduka. Saya telah mencari Tuan Puteri ke seluruh penjuru Istana tetapi saya tidak dapat menemukannya.”

“Aku menyuruhmu mencari Alviorita bukan hanya di dalam Istana saja tetapi juga di sekitar Istana. Bila engkau melakukannya pasti Alviorita sekarang sudah berada di sini tetapi nyatanya sekarang ia tidak berada di sini dan kemungkinan besar ia telah berada jauh dari Istana,” kata Raja geram.

“Maafkan atas kelancangan saya, Paduka. Saya juga telah mencari Tuan Puteri di sekitar Istana bahkan hingga Vximour tetapi saya masih saja tidak dapat menemukan Tuan Puteri. Tuan Puteri seperti hilang terlelan bumi,” kata Wolve tenang.

Raja Phyllips menatap tajam pada Wolve.

“Engkau sebagai Kepala Pengawal Istana tidak mengetahui kepergian Alviorita?” kata Raja tidak dapat mengurangi kemarahannya.

Telah puluhan kali Wolve menghadapi situasi seperti ini dan ia semakin tahu apa yang harus dilakukannya dalam menghadapi sikap Raja yang meledak-ledak. Wolve menatap tenang wajah Raja Phyllips yang penuh dengan kemarahan.

Dan dengan tenang pula ia berkata, “Maafkan atas ketidakmampuan saya, Paduka. Sebagai Kepala Pengawal Istana yang bertugas menjaga Istana saya tidak mampu menjaga Istana dengan baik sehingga kepergian Tuan Puteri tidak dapat saya ketahui.”

Sudahlah percuma saja engkau beribu-ribu kali mengatakan maaf. Tidak akan ada gunanya. Alviorita tetap tidak dapat berada di sini saat ini,” kata Raja kesal, “Aku benar-benar tidak mengerti mengapa tidak seorangpun mengetahui kepergian Alviorita. Bahkan penjaga gerbang. Entah apa saja yang dilakukan mereka sehingga tidak mengetahui kepergian Alviorita.”

“Saya kurang mengerti, Paduka. Mereka mengatakan mereka sama sekali tidak tahu kapan Tuan Puteri meninggalkan Istana bahkan pintu gerbang Istana terus tertutup,” kata Wolve melaporkan.

“Sebarkan pencarian Alviorita. Cari Alviorita di seluruh penjuru Kerajaan Lyvion jangan ada suatu daerah pun yang terlewatkan!” perintah Raja Phyllips, “Besok lusa Alviorita harus sudah ada di sini!”

Wolve bimbang mendengar perintah itu. Walaupun Kerajaan Lyvion tidak dapat dikatakan sebagai negara yang luas tetapi untuk mencari seseorang dalam waktu dua hari bukanlah hal yang mudah dilakukan mengingat kondisi Kerajaan Lyvion yang berbukit-bukit. Penduduk Kerajaan Lyvion tersebar di antara bukit-bukit itu dan untuk mencapai suatu daerah dari daerah yang lain membutuhkan waktu yang cukup lama.

“Apakah kita harus mencarinya dalam waktu dua hari?” tanya Wolve ragu-ragu.

“Kita harus menemukan Alviorita dalam dua hari. Alviorita harus menghadiri pesta pertunangannya,” kata Raja tegas.

“Apakah kita tidak dapat menunda pesta tersebut?”

“TIDAK!” sahut Raja, “Kita tidak dapat menunda pesta yang telah selesai dipersiapkan ini. Engkau harus menemukan Alviorita dalam waktu dua hari.”

Wolve ragu-ragu. “Apakah saya harus mengumumkan kepada masyarakat?”

Raja menatap tajam wajah Wolve yang diliputi keraguan. “Tidak,” katanya tegas, “Kita tidak boleh memberitahu siapa pun.”

“Kita akan mengalami kesulitan bila kita tidak meminta bantuan rakyat.”

Walaupun telah diperingati oleh Wolve, tetapi Raja Phyllips tetap bersikeras untuk tidak mengatakan apa-apa kepada orang di luar Istana mengenai hilangnya Alviorita ini.

“Cari dan temukan Alviorita dalam dua hari ini. Dan tidak seorangpun di luar Istana yang boleh mengetahui hal ini.”

Suara Raja yang tegas bercampur kemarahan itu membuat Wolve memutuskan untuk berdiam diri. Wolve tahu pada saat Raja sedang berada di puncak kemarahannya, lebih baik tidak dilawan. Satu-satunya yang dapat dilakukan hanya segera mengundurkan diri dan melaksanakan perintah Raja. Walaupun Wolve menerima perintah itu tanpa banyak membantah, dalam hatinya banyak sekali saran yang ingin diberikannya pada Raja Phyllips. Tetapi melihat kemarahan Raja Phyllips yang telah memuncak itu hal itu rasanya tidak akan berhasil malah akan membuat Raja semakin marah. Tidak hanya Wolve yang menganggap tugas yang diberikan Raja padanya kali ini sangat berat. Semua orang yang berada di Ruang Tahta juga berpendapat seperti itu.

Tugas kali ini memang sangat berat. Wolve harus menemukan Alviorita yang tak diketahui keberadaannya di Kerajaan Lyvion yang berbukit-bukit tinggi ini. Dan tidak seorangpun yang boleh mengetahuinya. Sudah cukup sulit mencari Alviorita dalam dua hari masih ditambah oleh keinginan Raja Phyllips untuk tidak memberi tahu siapa pun di luar Istana tentang masalah ini. Mereka harus mencari Alviorita dengan sembunyi-sembunyi.

Alviorita sendiri yang dikhawatirkan oleh seluruh penghuni Istana kini sedang tersenyum puas di Castle Q`arde sambil membayangkan hari-hari yang akan dilaluinya di luar Istana Urza.

Rasa senang yang memenuhi dadanya membuat Alviorita sama sekali tidak tahu ketika pintu kamarnya dibuka.Pelayan yang tadi datang bersama seorang wanita yang tampak tak asing lagi di mata Alviorita.

Alviorita tidak mengerti mengapa ia mempunyai perasaan seperti itu. Setahu Alviorita ini adalah kunjungannya yang pertama di Castle Q`arde. Ia belum pernah menginjakkan kakinya di Castle Q`arde tetapi wajah wanita itu serta pelayan di sampingnya tampak tak asing lagi di matanya. Tetapi kapan dan di manakah mereka bertemu. Alviorita tahu ini adalah pertemuannya yang pertama dengan kedua wanita itu.

Alviorita terus memandang lekat-lekat wajah kedua wanita itu.Wanita yang berpakaian lebih mewah jelas adalah majikan pelayan itu.

Kecantikan di wajah wanita yang telah tua itu tidak luntur. Wanita itu tersenyum lembut pada Alviorita. Ketika wanita itu mendekatinya, Alviorita melihat keanggunan yang terpancar dari gerak-geriknya.

Sebagai gadis yang telah bertemu banyak orang, Alviorita lekas mengetahui wanita itu adalah istri pemilik Castle Q`arde dan juga calon ibunya bila ia jadi menikah dengan Nathan. Tetapi Alviorita tidak menyukai pertunangan konyol ayahnya dan ia bermaksud untuk menggagalkan pertunangan konyol ini.

“Bagaimana keadaanmu?” tanya wanita itu.

Alviorita tersenyum. “Saya baik-baik saja.”

“Kata Innane engkau tidak dapat mengingat apa-apa.”

Sekali lagi Alviorita pura-pura tersenyum sedih. Ia memandang sayu wajah kedua wanita di hadapannya. “Saya tidak dapat mengingat apa-apa dari masa lalu saya.”

Wanita itu tersenyum simpati kepadanya. “Saya turut menyesal mendengarnya.”

Alviorita terus memandang wajah wanita itu tanpa berkata apa-apa. Ia menanti cemas keputusan wanita itu mengenai masa depannya. Apakah wanita itu akan membiarkan ia tetap berada di Castle Q`arde seperti keinginannya atau mengirimnya ke tempat yang lain. Kali ini wajah cemas Alviorita bukan topeng. Alviorita benar-benar cemas.

Wanita itu tersenyum melihat kecemasan di wajah Alviorita. “Beristirahatlah dulu. Jangan kaupikirkan masa depanmu. Saat ini yang harus kaulakukan adalah beristirahat sambil berusaha mengembalikan ingatanmu.”

Walaupun wanita itu tidak mengatakan apa-apa mengenai masa depannya tetapi Alviorita tahu wanita itu tidak akan membiarkan ia meninggalkan Castle Q`arde sebelum ia mengingat kembali semua ingatannya. Kata-kata yang penuh simpati dari wanita cantik itu membuat Alviorita tersenyum puas dalam hati. Tetapi senyum lega bercampur terima kasih di wajah Alviorita bukan bagian dari sandiwara yang sedang diperankan Alviorita. Alviorita benar-benar lega sekaligus berterima kasih atas kata-kata simpati wanita itu.

Seolah-olah mengetahui apa yang dipikirkan Alviorita, wanita itu menepuk lembut lengan Alviorita. “Jangan kau khawatirkan masa depanmu,” katanya menenangkan Alviorita, “Sekarang engkau harus beristirahat.”

Alviorita mengangguk.

Wanita itu beserta pelayan yang dipanggilnya Innane meninggalkan Alviorita seorang diri.

Ketika mereka semakin mendekati pintu, wanita itu berbisik kepada Innane, “Aku merasa seperti pernah melihat gadis itu.”

Innane mengangguk, “Saya juga merasa demikian, Yang Mulia. Tetapi saya tidak kapan.”


Wanita itu melirik wajah Alviorita yang masih tampak pucat. “Ia mengingatkanku pada seseorang.”

Innane tersenyum. “Malang sekali nasib gadis itu. Ia tidak dapat mengingat masa lalunya.”

“Ya, ia juga tampak sangat sedih karena tidak dapat mengingat apa pun dari masa lalunya,” kata wanita itu menyetujui.

Sepeninggal kedua wanita itu, Alviorita tiba-tiba sadar barang yang dibawanya dari Istana tidak ada bersamanya. Alviorita khawatir mereka membuka isi barang itu dan menemukan leontin ibunya yang kemudian akan membuat semua orang di Castle Q`arde mengetahui bahwa ia adalah Putri Alviorita. Dengan menahan rasa pening di kepalanya, Alviorita meninggalkan tempat tidur dan mulai mencari bingkisan yang tadi pagi masih bersamanya. Usaha pencarian Alviorita tidak menghasilkan apa-apa selain rasa pening di kepalanya yang bertambah parah. Dengan bersusah payah Alviorita kembali ke tempat tidur dan berbaring. Kepalanya pening itu membuat Alviorita tertidur dengan cepat.

Ketika Alviorita membuka matanya kembali, hari telah terang. Sinar matahari telah memenuhi ruangan itu. Alviorita melihat bingkisan putih yang tadi dicarinya kini berada di meja yang letaknya tak jauh dari tempat tidur. Alviorita baru saja hendak meninggalkan tempat tidurnya untuk mengambil bingkisan itu ketika seseorang tiba-tiba berseru kepadanya.

“Jangan bangun dulu!”

Alviorita terkejut akan kehadiran Innane. Rupanya sejak tadi Innane telah berada di ruangan itu hanya saja Alviorita tidak melihatnya. Rasa terkejut yang masih menguasainya membuat Alviorita menurut ketika wanita itu membaringkannya kembali ke tempat tidur.

“Sebaiknya Anda tidak bangun dulu sampai Anda benar-benar pulih,” kata Innane, “Kepala Anda terbentur cukup keras sehingga Anda kehilangan ingatan.”

Alviorita menatap wajah wanita itu tanpa berkata apa-apa kemudian ia menatap bingkisan kecil di meja.


Innane mengerti apa yang dilihat Alviorita. Ia mengambil bingkisan itu dan memberikannya kepada Alviorita.

“Ini bingkisan yang ada bersama Anda. Kami tidak membuka bingkisan ini tetapi kami rasa isi bingkisan ini akan membantu mengembalikan ingatan Anda.”

Alviorita mengambil bingkisan itu dan memeluknya erat-erat. Ia tidak tahu apa yang harus dilakukannya. Ia tidak dapat membuka bingkisan itu di hadapan Innane yang ingin tahu apa isi bingkisan putih yang sekarang berada di pelukannya.

Melihat rasa ingin tahu yang tampak jelas di mata wanita itu, Alviorita akhirnya memutuskan untuk membuka bingkisan itu sebagai penebusan atas kebohongan yang dikatakannya kepada Innane yang telah merawatnya.

Perlahan-lahan Alviorita membuka bingkisan itu. Ketika tangan Alviorita menyentuh leontin ibunya, ia segera menggenggam leontin itu kemudian menunjukkan gaun putih yang dibawanya kepada Innane.

Innane diam saja melihat gaun di pangkuan Alviorita. Ia mengambil gaun itu dan mengamatinya. Sementara Innane mengamati gaun-gaun itu, Alviorita menyembunyikan leontin peraknya di bawah bantalnya.“

Mengapa Anda membawa gaun-gaun ini?” tanya Innane curiga.

“Saya tidak ingat,” kata Alviorita tenang.

“Saya lupa kalau Anda tidak dapat mengingat masa lalu Anda,” kata Innane menyesal.

Alviorita diam menanti pendapat wanita itu yang lain. Ia tahu Innane akan mengatakan pendapatnya mengenai gaun yang dibawanya. Dengan tenang dipandanginya wanita itu dan ia tersenyum ketika Innane berkata, “Saya tidak tahu siapa Anda tetapi gaun ini menunjukkan Anda bukan berasal dari kalangan rakyat biasa.”

Alviorita tahu ayahnya tidak akan mengumumkan berita hilangnya ini kepada masyarakat sebelum hari pesta itu tiba. Raja Phyllips pasti berusaha menemukan dirinya dalam dua hari agar ia dapat menghadiri pesta pertunangan itu.

Alviorita yakin ayahnya tidak akan dapat menemukan dirinya dalam dua hari walaupun saat ini ia berada tak jauh dari Istana. Raja Phyllips tidak mungkin mengirimkan pasukan ke Castle Q`arde untuk menemukan dirinya di sini. Ayahnya tentu tidak ingin keluarga Kryntz mengetahui hilangnya dirinya. Karena itu Alviorita yakin setelah ia masih belum ditemukan dalam dua hari itu, Raja Phyllips akan mengumumkan berita menghilangnya dirinya.

Sebelum berita itu muncul, Alviorita tidak ingin seorangpun di Castle Q`arde yang menduga dirinya bukan berasal dari kalangan rakyat biasa. Alviorita ingin semua orang di Castle Q`arde menduga dirinya dari kalangan rakyat biasa. Dan kelak bila berita menghilangnya Putri Mahkota beredar, tidak seorangpun curiga dirinya adalah sang Putri Mahkota yang hilang.

Bila Alviorita tidak ingin pulang sebelum ia berhasil membuat ayahnya membatalkan pertunangan konyol ini, maka Alviorita harus bermain sandiwara yang baik mulai dari saat ini.

Untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkannya bila berita menghilangnya dirinya telah diumumkan ayahnya, maka Alviorita berkata, “Bila saya berasal dari kaum bangsawan, mengapa saya pergi seorang diri?”

Innane terkejut mendengarnya. “Anda benar. Mengapa Anda pergi sendirian?”

Alviorita pura-pura berpikir. Dalam hati Alviorita tersenyum senang karena ia berhasil membuat kepercayaan Innane menjadi goyah. “Mungkin saya mendapat gaun itu dari teman atau mungkin majikan saya,” kata Alviorita tenang.

Innane menatap wajah Alviorita dengan tenang namun diliputi banyak pertanyaan. Ia sama sekali tidak tahu bahwa sesungguhnya Alviorita sedang tersenyum senang melihat keragu-raguan di wajah tuanya.

“Mungkin juga,” kata Innane.

Kata-kata yang masih dipenuhi keragu-raguan itu membuat Alviorita berpikir bagaimana caranya membuat Innane benar-benar yakin ia bukan seorang gadis kaya. Alviorita tahu ia tidak dapat lagi menggunakan kata-kata untuk membuat wanita itu percaya ia bukan dari keluarga bangsawan. Tetapi Alviorita tidak mau menyerah. Ia akan berusaha terus dalam dua hari ini untuk membuat semua orang di Castle Q`arde termasuk Innane yakin ia berasal dari kalangan rakyat biasa.

“Gaun yang Anda kenakan ketika Anda tertabrak kereta…,” kata Innane ragu-ragu namun ia tetap meneruskan kalimatnya, “Gaun itu kotor dan robek. Tetapi Anda jangan khawatir, saya akan berusaha untuk membetulkannya kembali.”

“Terima kasih,” kata Alviorita sambil tersenyum penuh terima kasih.

“Saya rasa sejak tadi saya belum sempat memperkenalkan diri saya,” kata Innane tiba-tiba, “Anda dapat memanggil saya Innane.”

Alviorita tersenyum.“Sepertinya masih ada yang belum saya lakukan,” kata Innane sambil berusaha mengingat sesuatu.

Dalam hati Alviorita tersenyum senang melihat sikap Innane.

Sejak kecil Alviorita telah diajari oleh Raja Phyllips untuk dapat mengenal sifat lawan bicaranya baik melalui tutur katanya maupun sikapnya. Setiap kali Alviorita menghadapi seseorang, ia selalu berusaha untuk memperhatikan setiap tingkah laku serta tutur kata orang itu. Setelah itu barulah Alviorita tahu sifat orang itu dan biasanya dugaan Alviorita tidak pernah meleset. Sikap Innane sambil berusaha mengingat sesuatu itu menunjukkan kepada Alviorita sifatnya yang pelupa.

Sifat pelupa Innane benar-benar menguntungkan Alviorita. Bila suatu saat nanti ia tidak sengaja mengatakan sesuatu di depan Innane yang dapat membuat wanita itu menduga ia adalah Putri Mahkota, Alviorita tidak perlu khawatir Innane akan mengingat hal itu dan mengatakannya kepada yang lain. Tetapi Alviorita tidak mau mengambil resiko. Ia tetap akan bersikap hati-hati di depan Innane yang pelupa.

Alviorita terus memperhatikan Innane.


Suara ketukan di pintu membuat Innane terkejut. Dengan terburu-buru Innane menghampiri pintu.

Alviorita tersenyum geli melihat tingkah Innane yang lucu. Dengan badannya yang gemuk, wanita itu cepat-cepat menghampiri pintu sehingga sempat membuat Alviorita takut wanita itu terjatuh.

Alviorita masih tersenyum geli ketika Innane membuka pintu.

Entah apa yang dikatakan Innane pada seseorang di luar pintu. Tetapi yang jelas tak lama kemudian Innane menutup kembali pintu itu.

“Saya ingat sekarang. Saya belum meminta seseorang untuk mengantar makan siang untuk Anda,” kata Innane senang, “Sejak tadi Anda belum makan dan tentunya Anda lapar. Untung sekali pelayan itu muncul dan menanyakan bila Anda sudah bangun.”

Alviorita menahan diri untuk tidak tersenyum melihat wajah senang Innane yang seperti anak-anak itu.

Innane berjalan gelisah di dalam kamar itu. “Mengapa mereka lama sekali?”

Alviorita diam saja mendengar pertanyaan yang ditujukan Innane kepada dirinya sendiri itu. Alviorita menduga ruangan tempat ia berada ini jauh dari dapur juga Ruang Makan.

Sekali lagi terdengar suara pintu diketuk.“Akhirnya mereka datang juga,” kata Innane senang sambil berjalan ke pintu.

Sikap Innane yang agak kekanak-kanakan walau usianya telah tua, membuat Alviorita menyukai wanita tua yang gemuk itu.

Ia tersenyum pada Innane yang mendekatinya sambil membawa nampan yang penuh berisi makanan.Innane duduk di tepi tempat tidur sambil mengawasi Alviorita yang menghabiskan makan siangnya. Sikapnya itu membuat Alviorita merasa seperti anak kecil yang tengah diawasi pengasuhnya agar mau menghabiskan makan siangnya. Mata Innane yang tak pernah lepas dari dirinya membuat Alviorita menduga wanita itu adalah Nanny di keluarga Kryntz.

Tak dapat dibayangkannya bagaimana cara wanita pelupa ini merawat anak asuhnya sehingga anak asuhnya itu menjadi seseorang yang sangat serius dalam menghadapi pekerjaannya. Sang kakak menjadi seorang yang selalu serius bagaimana dengan adiknya dan keluarganya?

Pikiran ini membuat Alviorita sempat merasa ragu akan keputusannya untuk tinggal di Castle Q`arde sambil berusaha membatalkan pertunangannya. Jelas sekali sifat serius bukanlah hal yang sesuai dengan Alviorita yang selalu ingin hidup bebas dan penuh dengan keceriaan. Sikap serius Nathan beserta keluarganya pasti akan membuat Alviorita cepat merasa bosan tinggal di Castle Q`arde.

Walaupun bagi semua orang Alviorita adalah Putri yang baik, yang selalu memperhatikan segala pekerjaan yang menjadi tugasnya, namun sebenarnya Alviorita bukanlah gadis yang seperti itu. Alviorita sangat membenci kegiatan rutinnya. Andaikata Alviorita bukan Putri Mahkota, ia pasti tidak akan mau melakukan hal yang membosankannya itu. Hanya demi ayahnya dan Kerajaan Lyvion saja Alviorita mau melakukannya.


Sekarang pikiran bahwa ia tinggal di tengah-tengah keluarga yang selalu serius membuat Alviorita ragu-ragu apakah ia tidak akan bosan tinggal di Castle Q`arde sampai ia berhasil membuat pertunangan konyolnya gagal.

Melihat wajah Innane yang tersenyum, membuat Alviorita yakin ia akan dapat melakukan semuanya seperti yang telah direncanakannya.

Alviorita yakin ia tidak akan bosan bila ia masih dapat melihat wajah Innane yang bundar dan kekanak-kanakan. Dan tentu saja selama Alviorita berada di Castle Q`arde, ia akan terus dapat bertemu dengan Innane.

Hal itu membuat Alviorita lega.

Satu-satunya yang belum melegakan Alviorita adalah ia belum mengetahui dengan jelas apakah yang akan dilakukan keluarga Kryntz terhadapnya. Memang Alviorita telah mempunyai dugaan bahwa Duchess of Kryntz tidak akan mengijinkannya meninggalkan Castle Q`arde sebelum ingatannya pulih. Tetapi Alviorita ingin mendengar sendiri kepastian mengenai itu dari keluarga Kryntz.

Alviorita tidak perlu menanti lama untuk dapat mengetahui hal itu karena siang itu juga setelah ia menghabiskan makan siangnya, Duchess ingin bertemu dengannya.

Setelah mendandani Alviorita, Innane membawa gadis itu ke Ruang Duduk di mana Duchess akan menemuinya.

Ketika mereka semakin dekat dengan Ruang Duduk, Alviorita melihat seseorang juga berjalan mendekati Ruang Duduk. Melihat tubuh pria itu yang pendek dan gemuk, Alviorita tersenyum geli.

“Ada apa, Miss?” tanya Innane keheranan.

Alviorita menatap pria yang terus berjalan terburu-buru ke arahnya itu. “Pria itu lucu sekali. Ia seperti bola yang menggelinding.”

Innane melihat pria yang dimaksudkan Alviorita. “Jangan berkata seperti itu, Miss. Ia putra Duke of Kryntz.”

Jawaban itu membuat Alviorita terkejut. “Tidak mungkin,” katanya perlahan seperti berbisik.


Alviorita tidak dapat membayangkan ayahnya telah memilih pria itu sebagai tunangannya. Tetapi Alviorita lebih tidak dapat membayangkan pria yang bertubuh bulat seperti bola itu dikagumi banyak wanita. Bila pria itu adalah seseorang yang selalu serius, itu mungkin saja. Tetapi bila dikatakan pria yang bertubuh bulat seperti bola itu adalah pria yang tampan dan menarik, hal itu sangat tidak mungkin. Sama tidak mungkinnya dengan kata-kata Raja Phyllips yang mengatakan tunangan Alviorita adalah seseorang yang menarik.

Membayangkan dirinya berdiri di samping pria itu di pesta pertunangan mereka membuat Alviorita hampir pingsan karena rasa terkejut dan tidak percaya. Tetapi Alviorita menahan perasaan itu karena ia tahu bila ia menunjukkan perasaan itu maka semua rencananya tidak akan berjalan seperti yang diharapkannya. Dan setelah melihat sendiri tunangannya, Alviorita semakin ingin membatalkan pertunangan konyolnya.

Alviorita sengaja berjalan lambat-lambat agar pria yang tengah terburu-buru itu segera sampai di Ruang Duduk.

Ketika ia melihat keluarga Kryntz berkumpul di Ruang Duduk, Alviorita diam saja sambil berusaha menahan rasa ingin tahunya ketika melihat jumlah anggota keluarga Kryntz yang berkurang satu.

Alviorita melihat tunangannya itu mirip sekali dengan ayahnya, Duke of Kryntz.

Duchess menyambut kedatangan Alviorita.“Duduklah di sini, kami ingin berbicara denganmu,” kata Duchess sambil mendudukkan Alviorita di depan Duke.

“Kami turut menyesal atas kejadian yang menimpamu,” kata Duke memulai percakapan.

Alviorita diam saja.“Kami ingin engkau tinggal di sini sampai ingatanmu kembali,” kata Duke meneruskan ceritanya.

“Tinggallah di sini sampai ingatanmu pulih,” kata Duchess ikut membujuk Alviorita yang sejak tadi diam saja.

Melihat Alviorita yang masih diam saja, Duke berkata, “Kami mengakui ini semua adalah kesalahan putra kami. Ia tidak hati-hati hingga ia menabrakmu.”

“Maafkan saya. Saya tidak bermaksud menabrak Anda, saya tadi pagi terburu-buru mengejar kakak saya,” kata pria itu.

Alviorita terkejut mendengar kalimat itu. “Kakak?” tanyanya lirih.

Pria itu mengangguk. “Ya, tadi pagi-pagi sekali kakak saya pergi ke Druqent untuk menjemput kemenakan kami yang ingin berlibur di sini dan ia lupa membawa oleh-oleh yang hendak diberikan Mama kepada adiknya.”

Alviorita memandang tak mengerti wajah Duchess.

Duke tersenyum melihatnya. “Kami mempunyai dua putra. Yang seorang bernama Nathan dan yang ini adalah Trent,” kata Duke menjelaskan.

“Seperti yang engkau lihat putra keduaku ini anak yang nakal. Demikian pula kakaknya,” kata Duchess menambahkan, “Karena itu bila engkau tidak berkeberatan, kami ingin engkau tinggal di sini dan menjadi anak perempuan kami sampai ingatanmu pulih. Selama ini kami ingin sekali mempunyai anak perempuan yang juga meramaikan Castle Q`arde.”

Alviorita menatap wajah Duke dan Duchess bergantian. Ia masih sukar mempercayai apa yang didengarnya. Alviorita memang tidak mengetahui banyak tentang keluarga tunangannya ini tapi ia tahu keluarga ini mempunyai dua orang putra.

Sungguh merupakan suatu kekeliruan yang konyol. Bagimana mungkin Alviorita segera menduga pria yang ditemuinya adalah tunangannya tanpa memikirkan kemungkinan pria itu adalah adik tunangannya. Memang pertunangan konyol ini membuat Alviorita juga merasa dirinya seperti orang konyol. Ia sendiri ingin melepaskan diri dari pertunangan konyolnya tapi ia sendiri juga yang memutuskan untuk tinggal di Castle tunangannya.

Alviorita merasa sedikit lega mengetahui pria itu bukan tunangannya dan saat ini tunangannya sedang berada di Druqent untuk menjemput kemenakannya. Tetapi Alviorita masih khawatir tunangannya akan mirip dengan adiknya, Trent.

Alviorita tahu tunangannya akan kembali sebelum pesta pertunangan itu diadakan. Dan saat itulah Alviorita akan tahu seperti apakah tunangannya, apakah ia mirip Duke yang gemuk tetapi tegap atau Duchess yang cantik.

Setelah menguasai perasaannya, Alviorita berkata senang, “Saya senang sekali mendengarnya. Lagipula saya tidak tahu saya harus ke mana dengan keadaan yang seperti ini.”

“Keputusan yang bijaksana,” puji Duke.

“Sekarang kita hanya perlu memberikan nama yang tepat untukmu,” kata Duchess ikut senang.

Alviorita sudah tidak peduli pada nama apa yang diberikan keluarga Kryntz kepadanya. Saat ini ia merasa lega karena ia berhasil memasuki sarang musuh dan ia tinggal melanjutkan rencana selanjutnya.

Hingga besok lusa, ia harus dapat meyakinkan semua orang di Castle Q`arde bahwa ia tidak berasal dari kalangan bangsawan. Kemudian besok ia akan bertemu tunangannya.

Alviorita tidak dapat membayangkan seperti apa rupa tunangannya itu.



*****Lanjut ke chapter 3

No comments:

Post a Comment