Sunday, February 11, 2007

Pelarian-Chapter 11

“Alviorita,” kata Nathan lirih.

Gadis itu hanya memandang bingung wajah Nathan.

“Alviorita, apa yang kaulakukan?” kata Nathan, “Bagaimana kalau engkau terjatuh?”


Gadis itu hanya diam saja. Ia kebingungan melihat Nathan dan kata-kata yang diucapkan pria itu.

Melihat gadis itu hanya diam saja sambil memandang kebingungan dirinya, Nathan mulai merasakan kejanggalan.

Nathan tidak mungkin salah mengenali gadis yang telah dicintainya sejak ia berusia sepuluh tahun itu. Walaupun selama lima belas tahun ia hanya membayangkan gadis yang dicintainya tetapi ia tidak mungkin salah. Ia yakin gadis itu adalah Alviorita.

Gadis itu terus memandang bingung wajah Nathan.

Nathan terkejut melihat gadis itu tiba-tiba melompat. Ia berusaha menangkap gadis itu dari atas kudanya.

“Apa yang kaulakukan, Alviorita?” tanya Nathan geram sambil meletakkan gadis itu di depannya, “Aku tahu engkau memang suka menantang bahaya tetapi tindakanmu ini benar-benar berbahaya. Apakah engkau tidak tahu engkau bisa saja jatuh kalau aku tidak menangkapmu?”

“Aku yakin engkau akan menangkapku.”

Nathan menatap wajah gadis di pelukannya itu. Mata Alviorita tetap tajam dan menantang tetapi ada sedikit kebigungan di sana saat memandangnya. Mendengar kata-kata tajam itu, Nathan semakin yakin gadis itu adalah Alviorita.

Selama lebih dari empat bulan bertengkar dengan Alviorita. Nathan mengenal baik suara tajam dan tidak pernah mau kalah itu.

Gadis itu berusaha mengenali pria itu. Ia tidak mengenal pria itu tetapi wajah pria itu mirip dengan wajah teman bermainnya yang selalu muncul dalam mimpinya.

“Apa yang kaulakukan di sini, Alviorita? Apakah engkau tidak tahu kami semua mencarimu ke mana-mana?”

“Alviorita?” tanya gadis itu kebingungan.

“Permainan apa lagi yang sedang kaulakukan, Alviorita?” tanya Nathan tajam, “Jangan membohongiku lagi. Aku akan segera membawamu kembali jadi jangan bermain-main denganku lagi.”

“Alviorita? Siapa dia?” tanya gadis itu kebingungan, “Engkau mengenalku?”

Nathan kebingungan mendengar kata-kata itu. Tatapan gadis itu sedikitpun tidak menunjukkan kebohongan.

“Apa yang kaukatakan, Alviorita?” tanya Nathan kebingungan, “Bukankah engkau adalah Alviorita. Jangan mempermainkan aku.”

“Aku tidak mempermainkan engkau. Untuk apa aku mempermainkanmu?” kata gadis tajam, “Aku hanya ingin tahu apakah engkau mengenalku? Setiap pagi saat aku terbangun, aku selalu merasa ini bukan tempatku. Aku selalu bertanya-tanya siapakah aku. Walaupun semua orang di sekitarku mengatakan aku adalah Fleecya tetapi aku tidak merasa demikian.”

Nathan kebingungan mendengar kata-kata tajam yang bercampur kesedihan itu. “Engkau adalah Alviorita. Aku tahu engkau adalah Alviorita,” kata Nathan lembut.

“Karena itu aku bertanya apakah engkau mengenalku?” sahut gadis itu, “Engkau mirip dengan teman bermainku semasa kanak-kanak.”

“Teman bermain?”

“Setiap malam aku selalu bermimpi bermain dengan seorang pemuda yang mirip denganmu dan ia juga selalu memanggilku ‘Alviorita’,” kata gadis itu sedih, “Tetapi aku tidak dapat mengingat namanya.”

Nathan terkejut mendengar pengakuan gadis itu.

Sekarang ia tahu mengapa gadis itu tidak mengenalnya. Gadis itu kehilangan ingatannya dan kali ini bukan suatu kebohongan. Gadis itu benar-benar tidak dapat mengingat apapun.

Nathan senang dapat menemukan Alviorita dan ia ingin segera membawa pulang gadis itu. Tetapi ia juga bingung dalam keadaan hilang ingatan seperti ini apakah gadis itu akan mempercayainya bila ia mengajaknya kembali ke Istana Urza.

“Aku mirip teman bermainmu?” tanya Nathan.

“Ya, engkau sangat mirip dengannya. Walau pemuda di mimpiku itu masih kecil tetapi engkau mirip sekali dengannya,” kata gadis itu, “Engkau seperti pemuda itu di saat ia dewasa.”

Nathan tahu apa yang sedang dikatakan Alviorita. Saat Alviorita masih kecil memang ialah satu-satunya teman bermain Alviorita di luar Istana.

“Nama pemuda itu adalah Nathan dan aku adalah dia,” kata Nathan lembut, “Dan engkau memang Alviorita. Aku tidak mungkin salah karena aku selalu bersamamu setiap kali engkau bermain ke Castle Q`arde.”

“Castle Q`arde?” tanya gadis itu semakin tidak mengerti.

Gadis yang sejak tadi hanya diam saja tiba-tiba berkata cemas, “Tuan, turunkan Nona.”

Nathan mengalihkan perhatiannya kepada gadis berbaju pelayan itu. “Apakah benar ia adalah nonamu?”

“Iya,” kata gadis itu, “Ia adalah putri majikan saya, Fleecya.”

“Apakah engkau yakin? Gadis ini mengatakan kepadaku kalau ia bukan Fleecya.”
Pelayan itu tampak ragu-ragu.

Nathan memanfaatkan keragu-raguan pelayan itu. “Kalau ia benar adalah Fleecya, engkau tentu tahu mengapa ia berkata seperti itu kepadaku.”

Pelayan itu kebingungan. Ia tidak tahu harus mengatakan apa.

Sekali lagi Nathan memanfaatkan kebingungan pelayan itu, “Katakan yang sejujurnya padaku. Aku yakin engkau tidak mengenalnya sebelum ini.”

“Ia adalah Fleecya,” kata gadis itu, “Ia bukan seperti yang Tuan katakan.”

“Jangan berbohong kepadaku,” kata Nathan tajam, “Aku tahu ia bukan Fleecya. Ia sendiri yang mengatakan kepadaku ia tidak mengingat masa lalunya.”

“Yoland, katakan kepadaku. Apakah benar aku adalah Fleecya?” kata gadis di pelukan Nathan, “Aku selalu merasa aku bukan dia.”

Nathan terkejut mendengar kata-kata Alviorita. Ia tidak mengerti mengapa gadis itu berkata seperti ia tidak pernah tahu apa yang menimpanya dan ia hanya tahu ia telah menjadi Fleecya.

Gadis itu memang tidak tahu apa yang telah terjadi pada dirinya. Gadis itu ingat di suatu hari saat ia membuka matanya, ia tidak dapat mengingat apapun.

Seorang pria tua yang kurus yang berada di dekatnya terkejut mendengar pengakuannya. Bukan hanya pria itu yang terkejut. Istrinya juga terkejut. Wanita itulah yang mengatakan kepadanya ia adalah putri mereka, Fleecya.

Walaupun semua orang di sekitarnya mengatakan ia adalah Fleecya tetapi ia selalu merasa tempat ini bukan tempatnya.

“Kumohon, Yoland. Selama ini aku tidak tahu apa yang telah terjadi padaku. Aku hanya tahu aku telah menjadi Fleecya tetapi aku tidak pernah merasa aku adalah gadis itu.”

Mendengar permohonan yang tulus itu, pelayan itu akhirnya berkata, “Maafkan saya, Nona. Nyonya Besar tidak mengijinkan kepada siapapun untuk mengatakan Anda bukan putri mereka bahkan kepada orang yang telah mengenal keluarga Rpiayh, kami disuruh mengatakan Anda adalah putri mereka yang telah lama mereka titipkan pada keluarga jauh mereka. Kami semua tidak tahu siapa Anda. Anda datang kemari dalam keadaan tidak sadarkan diri dan ketika Anda sadar, Anda kehilangan ingatan.”

“Mengapa Nyonya Besarmu tidak mengijinkan seorangpun mengatakan Alviorita bukan putri mereka bahkan kepada Alviorita sendiri?” tanya Nathan geram.

Gadis itu segera memegang lengan Nathan. Ia khawatir kemarahan Nathan akan membuat pelayan yang selama ini selalu bersamanya, ketakutan.

Gadis itu tidak mengerti mengapa ia tahu kemarahan Nathan dapat membuat takut siapa saja kecuali dirinya. Gadis itu merasa terbiasa dengan kemarahan pria itu dan ia tahu seperti apa bila kemarahan itu berubah menjadi kemurkaaan.

Nathan menyadari kekhawatiran Alviorita. Ia memegang tangan Alviorita dan menepuknya untuk menenangkan kekhawatiran gadis itu.

“Semua orang tahu sejak dulu Nyonya Besar ingin mempunyai anak,” kata Yoland, “Mungkin karena itu ia menganggap Nona Fleecya sebagai anaknya dan ia tidak ingin seorangpun tahu Nona Fleecya bukan putri kandungnya.”

Melihat pria itu akan mengatakan sesuatu, gadis itu segera mengetatkan pegangannya pada lengan Nathan. Gadis itu merasa pria itu akan marah.

Nathan yang semula ingin marah segera menggenggam tangan Alviorita. Tanpa mengalihkan perhatiannya dari Alviorita, Nathan berkata lembut, “Dapatkah engkau membawaku ke rumah orang tua angkatmu.”

“Engkau yakin mereka bukan orang tua kandungku?” tanya gadis itu tidak percaya.

“Sejak dulu engkau memang tidak berubah,” kata Nathan sambil tersenyum, “Aku sangat yakin engkau adalah Alviorita. Aku telah mengenalmu sejak kecil jadi aku tidak mungkin salah.”

Gadis itu tersenyum juga.

Nathan terkejut melihat senyum itu. Selama ini Alviorita hanya tersenyum mengejek padanya atau tersenyum puas. Nathan tidak pernah melihat Alviorita tersenyum manis seperti ini.

“Apa apa?” tanya gadis itu cemas melihat wajah terkejut Nathan.

“Tidak ada apa-apa,” kata Nathan, “Sebaiknya sekarang kita segera menuju rumahmu.”

Gadis itu melepaskan diri dari tangan Nathan yang mengurungnya.

Nathan menahan gadis itu. “Apa yang akan kaulakukan?” tanyanya tajam.

“Mengantarmu,” jawab Alviorita tenang.

“Engkau tidak perlu turun. Aku khawatir engkau akan berlari ke sana.”

“Apa yang membuatmu berpikir seperti itu?” tanya gadis itu tajam.

“Selama engkau berada di Castle Q`arde, engkau selalu berusaha menghindariku. Sekarang aku tidak mau mengambil resiko apapun.”

“Aku tidak akan lari. Aku hanya ingin menemani Yoland.”

Nathan tersenyum melihat kata-kata tajam Alviorita. Walaupun ia gadis itu kehilangan ingatannya tetapi ia tetap berkata-kata tajam bila berhadapan dengannya dan pandangan matanya tetap liar.

“Aku mengerti, Little Pussycat,” kata Nathan lembut.

“Little Pussycat?” tanya gadis itu kebingungan.

“Itu musuhnya the Devil Dog.”

“The Devil Dog?” gadis itu semakin kebingungan.

“Aku akan menceritakannya kepadamu suatu hari kelak. Sekarang antarkan aku ke rumah orang tua angkatmu,” kemudian Nathan menambahkan dengan tegas, “Engkau tetap di sini. Kurasa Yoland tidak akan keberatan ia harus berjalan sendiri. Bukankah demikian, Yoland?”

Yoland yang sejak tadi melihat pertengkaran mereka tersenyum. “Tidak sama sekali,” katanya. Melihat keakraban yang tampak melalui pertengkaran kedua orang itu, Yoland mempercayai semua yang dikatakan Nathan kepada gadis yang dikenalnya sebagai Fleecya.

Pria itu tidak bohong ketika ia mengatakan ia mengenal baik Fleecya.

Sejak keberadaannya di Synghz, kelakukan Fleecya memang sulit diatur. Tidak ada seorangpun yang mampu menahan keinginan gadis itu dan tidak seorangpun yang berani menentang keinginan putri pemilik ranch yang kaya itu.

Melihat pria itu dapat mengatasi sikap liar Fleecya, Yoland yakin pria itu memang mengenal Fleecya bahkan ia menduga pria itu memiliki hubungan dengan Fleecya.

Hubungan apakah itu? Hanya pria itu yang dapat menjawabnya. Tetapi melihat tatapan tajam mereka berdua yang tampak akrab, Yoland menduga hubungan mereka berdua sangat dekat.

Sambil berjalan, Yoland memikirkan reaksi Hellebre setelah mengetahui putrinya diminta kembali oleh keluarganya.

Sejak Golbert pulang dengan membawa seorang gadis yang pingsan, Hellebre sangat senang. Ia selalu menjaga gadis itu siang malam dan selalu berharap gadis cantik itu adalah putrinya.

Ketika mengetahui gadis itu kehilangan ingatannya, hanya Hellebre saja yang senang. Wanita itu juga yang memberi larangan kepada setiap orang untuk mengatakan kepada orang lain bahkan gadis itu sendiri bahwa ia bukan putri kandung mereka.

Sejak sadar, gadis itu hanya tahu ia adalah putri kandung suami istri Rpiayh yang bernama Fleecya dan tidak pernah mengetahui bahwa sesungguhnya sedikitpun ia tidak memiliki hubungan darah dengan keluarga Synghz.

Walaupun Golbert tidak setuju pada sikap istrinya yang terus menginginkan Fleecya, tetapi pria itu tetap tidak berkata apa-apa.

Semua orang di Synghz tahu Golbert tidak berani melawan kehendak istrinya. Baik di dalam keluarga Rpiayh sendiri maupun di luar, Hellebre selalu lebih berkuasa daripada suaminya.

Hellebre sangat menyayangi Fleecya. Setiap hari Hellebre selalu memperhatikan Fleecya dan berusaha setiap saat berada di sisi Fleecya. Namun tingkah laku Fleecya yang tidak dapat diatur bahkan senang memanjat pohon, membuat wanita yang tidak mempunyai anak itu kesulitan selalu berada di sisi Fleecya.

Untuk menghindari hal yang tidak diinginkan, Hellebre memerintahkan kepada Yoland yang seusia dengan Fleecya untuk selalu menemani gadis itu kemanapun ia pergi.

Walaupun Yoland sejak kecil hidup di Synghz yang merupakan daerah pedesaan yang subur tetapi ia tidak dapat mengimbangi kelakuan Fleecya. Walaupun ia mengalami kesulitan setiap kali Fleecya memanjat pohon tetapi ia tidak berani mengatakannya kepada Hellebre.

Semua orang di Synghz lebih takut kepada Hellebre daripada Golbert. Dan hanya gadis itu saja yang tidak takut menghadapi Hellebre.

Hellebre tidak marah dengan sikap menantang gadis itu bahkan ia menyukainya. Ia senang menghadapi Fleecya yang tidak mau tunduk pada peraturan apapun.

Semua orang di Synghz mengatakan gadis itu bagaikan burung yang terbang bebas di angkasa dan tidak pernah terikat apapun.

Sekarang muncul seorang pria yang mengatakan ia mengenal baik gadis itu di masa lalunya.

Yoland tidak tahu apa yang akan terjadi. Melihat sikap Hellebre yang tidak mau dengan mudah melepaskan Fleecya serta sikap tidak mudah menyerah yang telah ditunjukkan pria itu, Yoland tahu akan terjadi suatu pertentangan yang seru antara Hellebre dan pria itu.

Ketika mereka tiba di rumah yang paling besar di Synghz, Nathan membiarkan Alviorita melompat turun dari kuda.

Nathan juga segera melompat dari punggung kudanya dan menambatkan tali kendalinya pada sebatang pohon.

Gadis itu dan pelayannya menanti Nathan.

“Anda mengenal pria itu, Nona?” tanya Yoland.

“Tidak, tetapi perasaanku mengatakan aku mengenalnya. Dalam setiap mimpiku aku melihat seorang pemuda yang mirip pria itu. Aku tahu pria itu tidak bohong kepadaku ketika ia mengatakan ia mengenalku.”

“Apakah itu artinya Anda akan ikut pria itu kembali ke keluarga Anda?”

Fleecya tersenyum mendengar kesedihan dalam suara Yoland. “Setiap hari aku terbangun dengan satu pikiran, siapakah aku. Aku ingin memulihkan ingatanku. Aku ingin tahu siapakah diriku ini.”

“Bagaimana dengan Nyonya Besar?” tanya Yoland, “Sejak kedatangan Anda, ia sangat memperhatikan Anda bahkan ia menyayangi Anda seperti menyayangi putrinya sendiri.”

“Aku tidak tahu, Yoland. Tetapi aku yakin ia akan mengerti bila aku mengatakan aku ingin memulihkan ingatanku.”

“Tampaknya Anda sangat mempercayai pria itu,” kata Yoland, “Apakah Anda tidak khawatir pria itu membohongi Anda?”

“Aku yakin pria itu jujur. Perasaanku mengatakan aku mengenal pria itu. Ketika engkau ketakutan melihat kemarahannya, aku justru merasa sebaliknya. Aku merasa terbiasa dengan kemarahannya bahkan aku merasa aku tahu bagaimana mengendalikan kemarahan pria itu.”

“Kemarahan pria itu benar-benar membuat saya takut. Tadi saya sampai khawatir pria itu akan melakukan sesuatu kepada Anda yang ada di pelukannya.”

“Engkau tahu, Yoland?” kata Fleecya, “Sebelum aku melompat tadi, aku sangat yakin pria itu akan menangkapku. Dan ternyata memang demikian. Aku juga merasa aman dalam pelukannya, aku merasa seperti menemukan diriku sendiri yang hilang.”

“Mungkin Anda dan dia mempunyai hubungan khusus.”

“Aku tidak tahu, Yoland. Aku tidak dapat mengingat masa laluku.”

“Percayalah kepada saya, Nona,” kata Yoland meyakinkan, “Kepada setiap pria, Anda selalu menjauhi tetapi Anda tidak sedikitpun tampak ingin menjauhi pria itu. Malahan saya melihat Anda senang berada di pelukan pria itu. Tetapi harus saya akui, Nona, pria itu tampan sekali. Anda dan dia adalah pasangan yang serasi.”

“Yoland,” kata Fleecya malu mendengar kalimat terakhir Yoland yang diucapkan dengan nada menggoda itu.

“Pria itu mendekati kita, Nona,” kata Yoland, “Saya rasa ia juga senang terus-menerus memeluk Anda. Saya melihat tadi ia tidak ingin melepaskan Anda ketika Anda melompat dari punggung kudanya.”

Gadis itu hanya tersipu-sipu mendengar kata-kata Yoland.

Melihat pria itu semakin mendekat, tidak seorangpun di antara mereka yang berbicara.

“Sebaiknya saya memberitahu Nyonya Besar dulu,” kata Yoland. Pelayan itu segera pergi sebelum seorangpun dari mereka mencegahnya.

Fleecya ingin mencegah kepergian Yoland tetapi pelayannya sudah berlalu.

“Siapa dia?” tanya Nathan.

Fleecya terkejut. Sesaat ia menatap kebingungan wajah Nathan. Ia merasa bukan hanya kali ini ia dikejutkan suaranya yang lantang itu.

“Sejak aku ada di sini, ialah yang paling sering menemaniku. Walaupun ia selalu mengatakan ia adalah pelayanku sejak dulu tetapi aku tidak pernah merasa demikian,” kata Fleecya, “Kalau benar dulu aku pernah tinggal di sini, pasti kenangan yang terus berada dalam benakku walau aku kehilangan ingatan seperti ini. Tetapi aku tidak pernah merasa aku pernah berada di sini sebelumnya.”

“Aku tidak pernah tahu apa saja kegiatanmu tetapi aku yakin engkau juga tidak pernah ke sini,” kata Nathan, “Yang kuketahui adalah sebelum ini engkau tidak pernah tinggal di sini.”

Perkataan yang baru saja diucapkan pria itu membuat Fleecya curiga. “Apakah engkau benar-benar mengenalku?”

“Ya, ampun, Alviorita. Untuk apa aku membohongimu?” kata Nathan kesal, “Aku sangat mengenalmu bahkan aku yakin aku lebih mengenalmu dari siapa saja walaupun kita sering bertengkar.”

Fleecya tertegun. “Kita sering bertengkar?”

“Ya, kita selalu bertengkar setiap kali kita bertemu dan sekarang aku sedang tidak ingin bertengkar denganmu. Saat ini aku ingin menemui kedua orang tua angkatmu itu,” kata Nathan tegas.

Fleecya masih tertegun mendengar kata-kata pria itu. Di dalam mimpinya ia tidak pernah bertengkar dengan pria itu. Ia dan pria itu tampak akrab. Fleecya tahu apa yang dikatakan pria itu mungkin saja. Mungkin saja saat dewasa mereka yang dulunya akrab berubah menjadi sering bertengkar.

“Apa lagi yang engkau tunggu, Alviorita?” kata Nathan sambil menarik tangan Alviorita, “Sekarang jadilah nona rumah yang baik dan antarkan aku menemui orang tua angkatmu.”

Seperti yang diinginkan pria itu, Fleecya segera membawanya menemui kedua orang tua angkatnya.

Fleecya yakin orang tuanya kini telah menanti kedatangannya bersama Nathan. Yoland tadi mengatakan akan memberitahu mereka lebih dulu.

Nathan tidak tertarik untuk melihat setiap bagian dari rumah itu yang mereka lalui. Nathan ingin segera menemui suami istri Rpiayh dan meminta mereka untuk menyerahkan kembali Alviorita kepada dirinya.

Bila mengingat apa yang dikatakan Yoland kepada dirinya, Nathan yakin ia tidak akan dapat dengan mudah membuat keluarga Rpiayh melepaskan Alviorita.

Fleecya tersenyum melihat Hellebre dan Golbert sedang menantinya di Ruang Tamu. Fleecya segera mendekati Hellebre.

“Ke mana saja engkau seharian ini, Fleecya?” tanya Hellebre sambil memeluk Fleecya, “Tampaknya hari ini engkau senang sekali.”

Golbert melihat Nathan yang berdiri di ambang pintu, “Masuklah. Aku yakin engkau pria yang dimaksud Yoland.”

“Selamat siang. Maaf saya menganggu Anda semua.”

“Tidak, engkau tidak menganggu kami,” kata Golbert, “Adakah yang dapat saya lakukan untuk Anda?”

Fleecya mendekati Nathan. “Ini adalah Nathan. Nathan, mereka adalah orang tuaku, Hellebre dan Golbert,” kata Fleecya memperkenalkan Nathan kepada orang tuanya, “Ia datang kemari karena ingin berbicara dengan kalian.”

Nathan tidak ingin Alviorita mendengar semua yang akan dibicarakannya dengan Hellebre dan Golbert. Walaupun Nathan percaya Alviorita kehilangan ingatannya tetapi Nathan khawatir bila gadis itu akan kabur lagi bila gadis itu mengetahui ia adalah tunangannya. Nathan tidak mau mengambil resiko apapun.

“Dapatkah kita berbicara tanpa gadis ini?” kemudian Nathan berkata lembut pada Alviorita, “Maafkan aku tetapi aku hanya ingin berbicara kepada mereka.”

Fleecya cemberut. “Tetapi…”

“Aku berjanji akan menceritakannya kepadamu,” sela Nathan sebelum Alviorita menyelesaikan kalimatnya.

“Baiklah,” kata Fleecya, “Selamat siang semuanya.”

Fleecya segera meninggalkan Ruang Tamu seperti yang diinginkan Nathan.

Baik Hellebre maupun Golbert terkejut melihat Fleecya yang biasanya tidak mau diatur siapapun itu menuruti keinginan pria asing itu.

“Duduklah,” kata Golbert.

“Terima kasih. Tetapi saya lebih suka berdiri. Lagipula waktu saya tidak banyak.”

“Adakah yang dapat kami bantu?” tanya Hellebre.

“Saya kemari hanya ingin berbicara mengenai putri Anda.”

“Putri kami?” tanya Hellebre terkejut, “Apakah ia melakukan sesuatu terhadap Anda? Bila itu benar, kami minta maaf. Kami bersedia mengganti kerugian Anda.”

“Tidak, ia tidak melakukan apa-apa terhadap saya justru sayalah yang ingin melakukan sesuatu untuknya,” kata Nathan.

“Untuk Fleecya?” tanya Hellebre curiga.

“Apakah benar gadis itu adalah putri kandung Anda?” tanya Nathan. Melihat wajah Hellebre berubah, Nathan cepat-cepat berkata, “Maafkan atas pertanyaan Anda tetapi saya benar-benar ingin mengetahuinya.”

“Tentu saja ia adalah putriku,” kata Hellebre meyakinkan, “Aku adalah ibunya.”

“Anda hanya ibu yang merawatnya selama beberapa minggu ini,” kata Nathan tidak mau memperpanjang masalah, “Anda bukan ibu kandung gadis ini karena ibunya telah meninggal saat ia baru berusia tiga tahun.”

“Beraninya engkau berkata seperti itu?” kata Hellebre marah, “Fleecya adalah putriku dan sampai kapanpun ia tetap putriku.”

“Bila Anda memang ibu kandungnya tentu Anda tahu kapan dia lahir.”

Kebenaran yang diucapkan dengan tenang namun berbahaya itu membuat Hellebre terdiam untuk sesaat. Namun wanita itu masih tidak mau mengalah.

“Tentu saja aku tahu,” kata Hellebre penuh percaya diri.

“Kapan gadis itu lahir?”

Pertanyaan yang tak terduga itu membuat Hellebre terdiam. Hellebre bukan ibu kandung Fleecya tak mungkin ia mengetahui kapan gadis itu lahir.

“Lebih baik Anda mengakui semuanya,” kata Nathan mencoba tetap bersikap tenang, “Anda bukan ibu kandungnya.”

Keadaannya yang terpojok serta keinginannya untuk tetap memiliki Fleecya membuat kemarahan wanita itu semakin besar. “Siapa yang mengatakan aku tidak mengetahui kapan gadis itu lahir?”

“Mengapa Anda masih saja bersikeras?” kata Nathan menahan amarahnya, “Entah sadar atau tidak Anda telah mengatakan Anda bukan ibu kandung gadis itu. Bila Anda berdua adalah orang tuanya, Anda pasti mirip dengannya tetapi nyatanya Anda berdua sama sekali tidak mirip dengannya.”

Hellebre terdiam tetapi ia segera berkata, “Apakah setiap anak harus mirip dengan orang tuanya?”

Nathan merasa marah melihat wanita itu bersikeras tidak mau mengakui kebenaran yang telah terbukti. Sejak tadi ia mencoba berbicara dengan tenang tetapi sepertinya Hellebre tidak mau diajak berbicara dengan tenang.

Teringat keluarga inilah yang telah merawat dan memberi perlindungan kepada gadis yang dicintainya selama lebih dari dua bulan, Nathan berusaha tetap bersikap sabar.

“Semua anak selalu mirip dengan orang tua kandungnya,” kata Nathan memberitahu.

“Anggaplah ini adalah sesuatu yang langka,” kata Hellebre tajam, “Anda telah mendapatkan jawabannya dari kami. Fleecya adalah putri kami. Sekarang Anda boleh meninggalkan rumah ini.”

“Belum. Memang sejak tadi Anda telah mengatakan ia adalah putri Anda tetapi Anda belum mengatakan yang sebenarnya. Dan saya membutuhkan kebenaran bukan kebohongan,” kata Nathan tajam.

“Kami telah mengatakan yang sebenarnya. Ia adalah putri kami.”

Suara tegas bercampur kemarahan Hellebre membuat Nathan semakin yakin ia tidak mau segera melepaskan Alviorita.

“Bila Anda memang ibu kandung gadis itu, Anda tentu dapat memberitahu saya kapan gadis itu lahir,” kata Nathan sopan.

Kesopanan Nathan membuat Hellebre semakin kebingungan. Ia tidak tahu kapan Fleecya lahir. Tetapi ia tidak mau dengan mudah menyerah kepada Nathan. “Mengapa Anda ingin mengetahuinya?” balas Hellebre sopan.

“Karena saya tahu Anda tidak mengetahuinya,” kata Nathan tenang.

“Lalu apakah Anda sendiri mengetahuinya,” balas Hellebre.

Kesabaran Nathan telah habis. Sejak tadi ia berusaha berbicara dengan tenang untuk membujuk keluarga Rpiayh terutama Hellebre mengembalikan Alviorita kepadanya. Tetapi wanita itu tetap bersikeras mengakui bahwa Alviorita adalah putri kandungnya bahkan ia tidak mempercayai dirinya. Nathan telah bertekad akan membawa pulang Alviorita. Ia tidak ingin gadis itu menghilang tanpa jejak lagi seperti ditelan bumi. Hellebre salah bila ia menganggap Nathan akan bersikap lembut padanya. Bukan hanya sekali ini saja Nathan bertengkar dengan wanita. Wanita pertama dan yang paling sering bertengkar dengannya adalah Alviorita.

Mulai dari pertama kali mereka bertengkar hingga kapanpun, Nathan tetap menganggap pertengkarannya dengan Alviorita adalah pertengkaran yang paling seru yang pernah dihadapinya sekaligus paling sulit.

Alviorita bukan gadis yang mau menyerah begitu saja.

Bukan hanya Nathan yang mengetahuinya. Seluruh penduduk Kerajaan Lyvion telah mengetahui Putri Mahkota mereka tidak mudah menyerah. Sesulit apapun tugas yang dibebankan Raja Phyllips padanya, ia selalu berusaha melakukan yang terbaik.

Alviorita adalah Putri Mahkota yang paling tidak mudah menyerah, paling suka menantang, dan paling liar yang pernah dikenal Nathan.

Nathan yakin kedua sifat yang terakhir Alviorita itu tidak diketahui orang lain selain dirinya. Karena itu ia berani mengatakan dirinyalah yang paling mengenal Alviorita.

Sejak kecil ia sering bersama Alviorita dan ketika mereka dewasa, ia juga sering bersama Alviorita ketika gadis itu kabur dari Istana Urza dan tinggal di Castle Q`arde, walaupun dalam setiap pertemuan mereka, mereka selalu bertengkar.

Melalui pertengkaran-pertengkaran mereka itulah mereka lebih saling mengenal, demikianlah keyakinan Nathan.

“Tentu saja,” kata Nathan, “Saya lebih mengenal gadis itu daripada Anda.”

“Sungguh? Seberapa jauhkah Anda mengenalnya?”

“Saya sangat mengenalnya,” kata Nathan tenang menghadapi suara berbahaya Hellebre.

Nathan tahu ia pasti berhasil. Hellebre tidak tahu siapakah Nathan dan apa hubungan dia dengan Fleecya di masa lalu bahkan wanita itu tidak mengenal gadis itu sebaik Nathan.

Nathan tahu demi mempertahankan Alviorita, wanita itu akan memberinya sejumlah pertanyaan. Nathan tidak memberi kesempatan kepada Hellebre untuk melakukannya.

“Saya sangat mengenalnya melebihi apa yang Anda ketahui tentang gadis itu. Bahkan saya mengetahui Anda menemukan gadis itu dalam keadaan pingsan.”

“Kami tidak menemukannya. Ia adalah putri kandung kami,” kata Hellebre keras kepala.

“Saya tahu Anda menemukan gadis itu. Saya tahu apa saja yang dibawa gadis itu saat Anda menemukannya.”

“Kami tidak menemukannya.”

Perkataan Hellebre segera dipotong Nathan. Nathan tidak mau terlalu lama menahan apa yang diketahuinya.

Sejak tadi Nathan tahu ia pasti berhasil membuat Hellebre menyerahkan kembali Alviorita kepadanya karena itu ia memberi kesempatan kepada wanita itu untuk mengutarakan semua kebohongannya.

Walaupun wanita itu tampak sama sekeras kepalanya dengan Alviorita, tetapi wanita itu salah bila ia menganggap Nathan tidak akan menang melawannya.

Dibandingkan dengan Alviorita, Nathan yakin lebih mudah menghadapi wanita ini. Nathan telah sering bertengkar dengan Alviorita dan setiap saat pula ia tidak tahu bagaimana menghentikan kemarahan gadis itu. Nathan hanya tahu kemarahannya selalu mudah bangkit bila sudah berhadapan dengan gadis liar itu.

Setiap menghadapi masalah yang berhubungan dengan Alviorita, Nathan yang terkenal tetap berkepala dingin menghadapi segala masalah itu berubah menjadi seorang pria yang tidak dapat menahan kemarahannya.

Seperti kali ini Nathan tidak mau mencoba bersikap ramah kepada keluarga Rpiayh yang telah merawat Alviorita selama dua bulan lebih.

“Saya tahu ketika Anda menemukannya, gadis itu mengenakan gaun putih. Dan barang yang dibawanya dalam sebuah bingkisan adalah dua buah gaun putih dan sebuah leontin perak lonjong yang sangat indah.”

Nathan tahu ia tidak mungkin salah. Innane telah memberitahunya apa saja yang dibawa Alviorita saat ia datang dari Istana Urza dan pergi lagi.

Mengenai leontin perak itu, Nathan menambahinya sendiri. Nathan tahu Alviorita sangat menyayangi benda pemberian ibunya itu dan Nathan yakin Alviorita tidak pernah meninggalkan leontin ibunya itu apalagi setelah ibunya meninggal.

Alviorita pernah menunjukkan benda itu padanya ketika ia mendapatkannya dari Ratu. Alviorita sangat senang hingga ia tidak memperhatikan Nathan.

Nathan sangat jengkel dibuatnya hingga ia balas mengacuhkan Alviorita.

Alviorita sangat sedih hingga hampir menangis ketika melihat Nathan mengacuhkannya bahkan meninggalkannya sendirian dan tidak mau bermain dengannya.

Melihat wajah sedih gadis kecil itu, Nathan segera menghiburnya. Nathan menyadari sikapnya salah.

Seharusnya ia mengerti gadis itu masih terlalu kecil untuk mengetahui perasaan orang lain. Gadis kecil itu terlalu senang menerima sesuatu yang sangat indah dari ibu yang paling disayanginya hingga melupakan yang lainnya.

“Tidak, ia tidak membawa itu,” kata Hellebre menyangkal.

“Anda tidak dapat membohongi saya. Saya yakin saya benar terutama mengenai leontin perak itu,” kata Nathan tajam, “Leontin itu pemberian ibu gadis itu yang telah meninggal karena itu saya yakin gadis itu akan selalu membawanya ke manapun ia pergi.”

“Tidak. Gadis itu adalah putri kami dan kami tidak menemukannya.”

Mata Nathan menyipit berbahaya seperti suaranya, “Lalu mengapa ia dapat hilang ingatan?”

Golbert yang sejak tadi hanya diam saja melihat istrinya terus menyangkal kebenaran yang diucapkan Nathan, segera menghentikan istrinya yang ingin menyangkal.

“Sudahlah. Sebaiknya kita mengaku saja,” kata Golbert.

Sebelum Hellebre sempat mengatakan apa-apa, Golbert segera berkata, “Anda benar. Gadis itu bukan putri kandung kami. Tetapi Anda salah ketika Anda mengatakan kami menemukan gadis itu. Yang benar adalah saya menabrak gadis itu dengan kereta kuda saya dan membuat gadis itu hilang ingatan.”

Nathan tertegun.

Dulu Alviorita bisa sampai ke Castle Q`arde karena tertabrak kereta kuda. Kemudian gadis itu mengaku ia hilang ingatan. Kini gadis itu bisa sampai di Synghz yang terletak di perbatasan Kerajaan Lyvion juga karena tertabrak kereta kuda. Tetapi kali ini gadis itu benar-benar hilang ingatan.

Andaikata situasi saat ini bukan situasi yang tegang, pasti Nathan dapat tersenyum geli.

“Di mana Anda menabraknya? Saya yakin Anda menabrak gadis itu di dekat Castle Q`arde.”

Golbert terkejut. “Bagaimana Anda mengetahuinya?”

“Saya telah mengatakan kepada Anda semua bahwa saya mengenal gadis itu melebihi Anda,” kata Nathan tenang.

“Ya, saya ingat sekarang. Anda telah mengatakannya. Mengapa saya jadi pelupa seperti ini. Semakin tua semakin pelupa,” keluh Golbert.

Nathan mengabaikan keluhan pria tua itu. Saat ini Nathan hanya ingin tahu di manakah pria tua itu menabrak Alviorita. “Di manakah tepatnya Anda menabrak gadis itu? Apakah di sekitar Castle Q`arde?” tanyanya.

“Saya menabrak gadis itu bukan di sekitar Castle Q`arde tetapi masih dekat dari Castle Q`arde. Entah apa nama tempat itu, saya lupa.”

Golbert tidak dapat mengingat nama daerah yang untuk pertama kalinya ia lalui itu. Walaupun Golbert sering ke Vximour, daerah sekitar Istana yang lebih cepat dicapai bila melalui jalan itu daripada melalui Quadra, tetapi ia tidak pernah melalui jalan satunya yang lebih dekat itu.

Golbert senang melalui kota Quadra dulu sebelum ke Vximour. Hari itu karena terburu-buru kemabli ke Synghz, Golbert terpaksa melewati jalan terdekat.

Tidak berapa jauh setelah melewati Castle Q`arde, ia menabrak gadis itu. Karena ia memacu kereta kudanya sangat kencang dan karena gadis itu juga tampaknya terburu-buru, kecelakaan itu tidak dapat dihindari lagi.

Saat itu Golbert bingung. Ia tidak tahu harus melakukan apa terhadap gadis yang pingsan itu. Ia tidak tega melihat gadis itu tergeletak di jalan tetapi ia juga harus buru-buru pulang karena di Synghz tiba-tiba ada masalah dengan ranch yang dimilikinya. Karena tidak tahu apa lagi yang harus dilakukannya, Golbert membawa gadis itu ke Synghz.

Nathan tahu daerah yang dilalui Golbert tetapi ia ingin suatu kepastian. “Apakah daerah itu bernama Chymnt?”

“Ya, itu namanya.”

Nathan tertegun. Ia menduga kecelakaan itu terjadi tak lama setelah Alviorita meninggalkan Castle Q`arde. Karena itulah ia tidak dapat menemukan Alviorita di sekeliling Castle Q`arde bahkan di Chymnt.

“Apakah Anda benar-benar mengenal gadis itu seperti yang Anda katakan?” tanya Golbert cemas.

“Ya, saya sangat mengenalnya. Percayalah saya sangat mengenalnya,” Nathan meyakinkan Golbert.

“Syukurlah, saya khawatir Anda hanya membohongi kami,” kata Golbert senang.

Kemarahan Nathan reda. Sekarang pria itu mengerti mengapa Hellebre bersikeras mengatakan Alviorita adalah putri kandung mereka. Suami istri Rpiayh sangat menyayangi Alviorita.

“Jangan khawatir. Saya tidak akan membohongi Anda.”

“Sebenarnya siapakah gadis itu?” tanya Golbert.

Nathan memandang keluar jendela yang terbuka. Dari jendela itu ia dapat melihat Alviorita tengah berlari dan yang mengejar dibelakangnya adalah Yoland.

Nathan mendekati jendela dan tanpa memalingkan perhatiannya dari Alviorita, ia bertanya, “Menurut Anda siapakah dia?”

“Saya tidak dapat menebaknya secara tepat,” kata Golbert, “Gadis itu lincah, periang namun sangat sulit diatur. Ia tidak mau tunduk terhadap siapapun. Menurut saya gadis itu liar.”

“Fleecya tidak liar,” bantah Hellebre, “Buktinya ketika ia kuajak ke setiap perjamuan, ia terlihat pendiam. Fleecya hanya duduk di tepi sambil mengawasi setiap orang bahkan ia tampak paling anggun di antara semua tamu.”

Golbert mengabaikan pembelaan Hellebre terhadap Fleecya bahkan ia menggunakannya untuk menerangkan kebingungannya.

“Hal itu membuat saya tidak dapat menebak dengan tepat diri gadis itu,” kata Golbert, “Menurut saya sebenarnya ia adalah gadis yang liar tetapi ia terpaksa bertingkah anggun.”

“Tidak, Fleecya adalah gadis yang anggun. Ia gadis paling cantik dan paling anggun yang pernah kutemui,” bantah Hellebre.

Nathan terus memandang Alviorita yang bermain bersama Yoland di halaman rumah keluarga Rpiayh.

“Anda semua benar,” kata Nathan tenang.

“Kami semua benar?” tanya Hellebre tidak mengerti, “Apa maksud Anda?”

“Gadis itu banyak dikagumi orang karena keanggunan serta keangkuhannya. Tetapi sebenarnya ia adalah gadis yang menyukai kebebasan.”

Golbert dan Hellebre terdiam. Mereka juga memandang keluar jendela seperti Nathan.

Nathan tidak tahu apa yang dipikirkan kedua orang tua itu. Nathan ingin segera mengutarakan maksud kedatangannya, “Saya datang kemari dengan tujuan membawa kembali gadis itu.”

“Tidak,” sahut Hellebre, “Aku tidak akan mengijinkanmu membawanya.”

Nathan memalingkan kepalanya dari jendela dan berkata dingin, “Mengapa?”

“Karena aku tidak mengijinkannya,” jawab Hellebre sama dinginnya dengan Nathan.

“Apakah Anda tidak mengerti? Keluarga gadis itu sangat mengkhawatirkan gadis itu dan mereka sibuk mencarinya.”

“Aku tidak yakin engkau adalah keluarga gadis itu,” kata Hellebre, “Engkau sama sekali tidak mirip dengannya. Lagipula kalau benar keluarga gadis itu sibuk mencarinya, pasti ada berita tentang itu.”

“Mengapa Anda tidak mempercayai saya?” tanya Nathan tajam, “Untuk apa saya membohongi Anda?”

“Mengapa tidak?” sahut Hellebre, “Aku khawatir engkau hanya ingin menjual Fleecya. Aku tidak akan mengijinkan engkau membawanya kecuali engkau dapat membuktikan engkau adalah keluarga gadis itu.”

Nathan mengerti Hellebre sangat menyayangi Alviorita. Wanita itu tidak ingin terjadi sesuatu yang buruk pada Alviorita, karena itu Nathan menahan kemarahannya yang bangkit kembali setelah reda untuk beberapa saat.

“Saya memang bukan keluarga gadis itu tetapi saya tidak mungkin melakukan apa yang Anda katakan. Saya benar-benar ingin membawa gadis itu kembali kepada keluarganya.”

“Kami tidak akan menyerahkan Fleecya kepada Anda yang bukan keluarganya. Kami hanya akan mengembalikannya kepada keluarganya. Tetapi saya rasa keluarganya tidak akan mencarinya karena hingga saat ini saya tidak mendengar berita hilangnya seorang gadis.”

“Anda salah bila Anda mengatakan keluarga gadis itu tidak mencarinya. Bahkan sejak awal menghilangnya gadis itu, keluarganya telah melakukan pencarian besar-besaran hingga membuat seluruh Kerajaan Lyvion bergejolak.”

“Sungguhkan itu? Hingga saat ini hanya berita menghilangnya Putri Alviorita saja yang membuat seluruh Kerajaan Lyvion bergejolak.”

Nathan tidak dapat menahan amarahnya lagi. Ia sangat senang dapat bertemu kembali dengan Alviorita tetapi untuk mendapatkan kembali gadis itu, ia harus berusaha keras. Dan Hellebre tidak ingin mengembalikan Alviorita padanya. Kesenangan yang terhambat itu membuat Nathan semakin tidak dapat menguasai amarahnya lagi.

“Itu artinya Anda tidak mau menyerahkan gadis itu kepada saya?” tanya Nathan berbahaya.

“Apakah saya perlu menegaskan saya khawatir Anda menjual gadis itu karena itu saya hanya akan menyerahkan gadis itu kepada Anda bila Anda dapat membuktikan Anda adalah keluarganya.”

“Ya, ampun. Untuk apa saya melakukan itu?” kata Nathan tajam, “Bila Anda memang menginginkan keluarga gadis itu sendiri yang memintanya, baik. Saya akan meminta Raja Phyllips datang sendiri kemari.”

“Raja Phyllips?” tanya mereka terkejut.

Sejak tadi Nathan tidak menyebut nama Alviorita. Ia hanya mengatakan ‘gadis itu’ karena ia tidak ingin keluarga Rpiayh tahu gadis yang mereka panggil Fleecya adalah Putri Mahkota Kerajaan Lyvion, Putri Alviorita. Nathan juga yakin Alviorita tidak akan senang bila ia mengetahui keluarga Rpiayh tahu ia adalah sang Putri Mahkota. Tetapi kini semuanya telah terlambat. Nathan tanpa sengaja telah mengikutsertakan nama ayah Alviorita. Nathan tahu ia harus menjelaskannya untuk menghilangkan kebingungan suami istri Rpiayh sekaligus membuat mereka menyerahkan Alviorita kepadanya.

“Baiklah, saya akan memberitahu siapa gadis itu sebenarnya. Sejak tadi saya memang tidak mau memberitahu Anda siapa gadis itu tetapi sepertinya saya harus melakukannya untuk bisa membawa kembali gadis itu kembali ke keluarganya.”

Kemarahan Nathan membuat suami istri itu terdiam ketakutan.

Nathan tidak berniat memberi kesempatan kepada kedua orang itu untuk mengatakan sesuatu.

“Nama gadis itu adalah Alviorita, Putri Mahkota Kerajaan Lyvion. Raja Phyllips sangat mengkhawatirkan hilangnya Alviorita sejak awal menghilangnya gadis itu karena itu saya berharap Anda mau mengembalikan gadis itu kepada saya.”

Suami istri Rpiayh terpana dengan pengakuan singkat itu.

“Apakah itu benar?” tanya Hellebre.

“Untuk apa saya membohongi Anda apalagi ini menyangkut Istana Urza? Apakah Anda benar-benar ingin Raja Phyllips sendiri yang datang kemari untuk menjemput putrinya?” kata Nathan geram.

“Bukan, bukan itu maksud kami,” kata Golbert sambil menggerak-gerakkan tangannya untuk meyakinkan Nathan, “Kami hanya ingin tahu mengapa Putri Alviorita kabur dari Istana dan apakah hubungan Anda hingga Anda begitu bersikeras mengambil Putri Alviorita dari kami?”

Ketakutan Golbert serta Hellebre membuat Nathan menahan amarahnya. Dengan tenang ia berkata, “Saya adalah putra Duke of Kryntz, Nathan. Seperti yang Anda ketahui keluarga saya dan keluarga Raja Phyllips telah bersahabat lama.”

“Anda tunangan Putri Alviorita?” tanya Golbert.

Nathan melirik Alviorita dan mengangguk.

“Sekarang kami mengerti,” kata Golbert, “Anda boleh membawa Putri Alviorita. Saya yakin Paduka Raja sangat mengkhawatirkan Putri Alviorita.”

“Bila Anda tidak keberatan, kami ingin mengucapkan selamat jalan dulu pada Tuan Puteri,” kata Hellebre hati-hati.

“Tentu saja tidak,” kata Nathan, “Tetapi saya ingin Anda berjanji untuk tidak mengatakan kepada Alviorita bahwa ia adalah seorang Putri Mahkota dan bahwa saya adalah tunangannya.”

Kedua suami istri Rpiayh tidak mengerti.

Melihat kebingungan mereka, Nathan merasa ia perlu menjelaskan sesuatu lagi, “Saya tidak ingin ia merasa terbebani oleh kedudukan yang sangat penting itu sebelum ingatannya pulih.”

“Mengapa demikian? Bukankah ingatan gadis itu akan semakin cepat pulih bila ia mengetahui segalanya?” tanya Hellebre tak mengerti.

Nathan memutuskan untuk tidak menutupi yang sebenarnya, “Sebenarnya, Alviorita melarikan diri dari Istana Urza juga karena ia ingin melarikan diri dari kedudukannya itu di samping ia ingin melarikan diri dari pertunangannya. Walau ia sekarang tidak dapat mengingat apapun, saya tidak akan mengatakannya. Saya tidak ingin mengambil resiko apapun.”

Permintaan Nathan membuat kedua orang itu kembali ragu-ragu.

Melihat keragu-raguan itu akhirnya Nathan memutuskan sesuatu yang tidak pernah dipikirkannya sebelumnya. “Saya mengerti Anda masih tidak mempercayai saya. Untuk meyakinkan Anda, sepertinya saya harus membiarkan Anda berdua mengikuti saya sampai saya mengantarkan Alviorita ke Istana Urza. Saya yakin dengan demikian Anda tidak perlu khawatir.”

“Dapatkah itu?” tanya Hellebre berharap.

“Tentu saja. Saya yakin Alviorita akan senang sekali. Raja Phyllips juga tidak akan keberatan bila ia harus bertemu Anda, Raja Phyllips akan sangat senang dapat bertemu Anda.”

Hellebre tersenyum senang.

“Lebih baik Anda segera bersiap-siap. Saya akan memanggil Alviorita.”

“Tentu,” kata Golbert.

Nathan segera mengundurkan diri dari ruangan itu dan mencari Alviorita di halaman.

Untuk sesaat Nathan kebingungan ketika melihat Alviorita tidak ada di halaman. Tetapi ketika melihat Yoland tengah menengadah ke atas pohon pinus, ia tersenyum dan mendekati gadis itu.

Alviorita melihat kedatangan Nathan tetapi ia tidak berusaha turun. Alviorita tersenyum sambil memandang Nathan yang terus mendekati pohon tempatnya duduk.

“Nona, turunlah. Lihatlah Tuan Muda itu mencarimu,” kata Yoland yang juga melihat Nathan mendekati mereka.

“Biarkan aku di sini, Yoland. Aku masih ingin duduk di sini.”

“Nona, turunlah. Apa yang harus saya katakan pada Tuan Besar dan Nyonya Besar bila Anda jatuh?”

Nathan tersenyum mendengar teriakan gadis pelayan itu. Nathan menengadahkan kepalanya dan berkata, “Turunlah, Alviorita. Kita akan pulang.”

“Pulang?” tanya Alviorita tak percaya.

“Benar, engkau dan aku akan pulang ke tempat engkau berasal. Sekarang turunlah,” kata Nathan sambil mengulurkan tangannya ke atas.

Alviorita tidak berpikir panjang. Ia segera melompat ke tangan yang mengulur padanya itu.

Nathan segera menangkap gadis itu dengan kedua tangannya. “Engkau memang suka menantang bahaya,” kata Nathan sambil menatap tajam wajah Alviorita di gendongannya, “Untung pohon ini tidak terlalu tinggi.”

“Engkau sendiri yang menyuruhku melompat,” kata Alviorita tidak kalah tajam.

“Kapan aku menyuruhmu?”

“Waktu engkau mengulurkan tanganmu ke atas.”

“Bagaimana kalau aku tidak menangkapmu?”

“Itu tidak mungkin kecuali kalau engkau benar-benar ingin aku jatuh.”

Nathan tersenyum. “Engkau memang the Little Pussycat.”

“Engkau mengatakan akan memberitahuku tentang itu,” kata Alviorita mengingatkan.

“Aku akan memberitahumu nanti,” kata Nathan sambil berjalan.

“Turunkan aku, Nathan. Aku bisa berjalan sendiri,” tuntut Alviorita.

“Tidak,” sahut Nathan, “Aku khawatir engkau akan menggunakan kedua kakimu yang lincah ini untuk memanjat pohon lagi. Untuk menghindari itu, aku akan membopongmu hingga ke dalam rumah.”

“Tidak akan. Aku janji aku tidak akan memanjat lagi,” kaa Alviorita berjanji.

“Aku ragu kucing liar sepertimu tidak akan melakukannya.”

“Dan untuk itu diperlukan the Devil Dog untuk menjaganya?” kata Alviorita tajam.

Nathan tersenyum. “Tepat sekali.”

“Ayolah, Nathan, turunkan aku. Aku benar-benar berjanji tidak melakukannya,” bujuk Alviorita.

“Engkau dulu juga berjanji seperti ini kepadaku sebelum engkau meninggalkanku, Alviorita. Sekarang aku tidak akan mengambil resiko apapun,” kata Nathan tegas.

“Alviorita? Itukah namaku?”

“Benar, engkau adalah Alviorita bukan Fleecya dan selamanya engkau adalah Alviorita. Engkau harus terbiasa dengan nama itu, Alviorita,” kemudian Nathan menambahkan dengan tegas, “Dan Alviorita adalah seekor kucing liar yang harus dijaga baik-baik olehku.”

Alviorita hanya memasang muka cemberut. Gadis itu tahu ia tidak akan dapat membuat Nathan menurunkannya dari gendongannya, maka Alviorita melingkarkan tangannya di sekeliling leher pria itu.

Dari balik tubuh Nathan, Alviorita melihat pelayannya tersenyum melihat mereka yang baru bertengkar tetapi tetap tampak mesra.

Melihat senyum penuh arti itu, wajah Alviorita memerah.

Alviorita tahu pelayannya itu benar. Ia selalu menghindari semua pria yang mendekatinya tetapi ia tidak berusaha menjauh dari Nathan walaupun mereka sering bertengkar.

Alviorita ingin mengetahui siapakah pria itu. Perasaannya mengatakan pria itu sangat dekat dengannya dan ia pernah menjumpai pria itu di suatu tempat.

Tempat yang sangat indah dan penuh kenangan.

Kenangan yang mungkin mengembalikan ingatannya.



*****Lanjut ke chapter 12

No comments:

Post a Comment