Sunday, March 22, 2015

Tak Tersangkal - Kebenaran-Chapter 1

“Apa yang harus kita lakukan, Paduka?”

Keegan mengabaikan pertanyaan penasehatnya. Ia terus menyibukkan diri dengan tumpukan tugas hariannya.


“Bagaimanapun juga Anda adalah bagian dari keluarga itu.”

Keegan menggebrak meja. Matanya melotot lebar.

Grand Duke terperanjat.

Keegan meninggalkan meja kerjanya.

“Paduka, Anda mau ke mana?” Grand Duke Wilme segera mengejar, “Sebentar lagi Anda mempunyai pertemuan dengan…” Nyalinya langsung menciut oleh mata tajam Keegan.

“Apakah aku harus melaporkan padamu ke mana aku ingin pergi!?” Keegan bertanya tajam.

Nyali sang Grand Duke serta merta menghilang.

Keegan membanting pintu ruang kerjanya keras-keras.

Rusak sudah suasana hatinya.

Grand Duke mengenalnya bukan sehari dua hari. Mengapa ia masih saja suka melakukan kesalahan yang sama!?

Keluarga sial itu juga sama saja. Mereka tahu ia tidak suka berhubungan dengan mereka, mengapa mereka masih saja mencarinya. Apa mereka tidak punya malu!? Apa mereka tidak sadar apa yang sudah diperbuat oleh salah seorang dari mereka terhadap kerajaan ini!?

Rusak sudah harinya!

Dengan tidak mudah ia memutuskan segala hal yang berhubungan dengan keluarga itu, sekarang ia harus berhubungan dengannya hanya karena kelahiran seorang bayi!

Keegan kesal.

Apa tujuan mereka mengundangnya dalam perayaan pembaptisan Putri mereka yang baru lahir? Mereka juga bukannya tidak tahu betapa dalam keengganannya berhubungan dengan mereka. Mereka tentu tidak mengharapkan ia dengan terus terang menyatakan keinginannya memutus hubungan dengan mereka, keluarga yang pernah menjadi keluarga iparnya, bukan?

“Siapkan kereta,” Keegan memberikan perintahnya pada pengurus rumah tangga Istana yang datang menghadap oleh pangilannya.

“Baik, Paduka,” Igor segera mundur tanpa banyak bertanya. Warna wajah sang Raja sudah lebih dari cukup untuk menjelaskan suasana hatinya.

Hanya satu yang bisa membuat suasana hati sang Raja begitu buruk: Vania Yvonne Roxburgh!

Cepat atau lambat, entah sang Raja Keegan ingin atau tidak, ia akan bertemu kembali dengan keluarga yang ia benci.

Ketika mendengar kelahiran penerus keluarga Kerajaan La Carphatia, Igor sudah menebak datangnya hari itu kian dekat.

Akankah sang Raja pergi ke La Carphatia? Ini adalah sebuah pertanyaan yang menjadi spekulasi tiap orang. Mengingat begitu dalamnya kebencian sang Raja pada keluarga dan kerajaan tersebut, hampir bisa dipastikan Raja Keegan tidak akan menghadiri undangan itu. namun jawabannya hanya diketahui oleh sang Raja sendiri.

Tak sampai setengah jam kemudian Igor sudah mengantarkan kepergian sang Raja.

“Akhirnya dia pergi,” gumam Grand Duke.

“Benar, Yang Mulia Grand Duke.”

Grand Duke Wilme tidak perlu bertanya ke mana tujuan sang Raja. Ia sudah mengetahuinya dari raut mukanya. Ini bukan kejadian yang pertama namun Grand Duke berharap ini adalah yang terakhir kalinya.

Tiga bulan lalu ia dibuat marah oleh ulah Viscountess Utira. Sekarang kemarahan yang sudah terpendam itu kembali dibangkitkan oleh selembar surat undangan.

“Bila ada yang mencari Paduka, bawa mereka untuk menemuiku,” Grand Duke meninggalkan tempat itu.

“Saya mengerti,” Igor membungkuk mengantar kepergian sang Grand Duke Xelleariem.

Matanya kembali melihat kereta kuda kerajaan yang sudah hilang dari pandangan. “Kembali ke tugas kalian masing-masing,” ia memberitahu para pelayan yang turut mengantar kepergian Raja. Kemudian ia berkata pada dirinya sendiri, “Paduka tidak akan pulang sebelum pagi.”

Tiga bulan lalu, sang Raja juga meninggalkan Istana dengan kemarahan yang menggelora seperti ini. Tiga bulan lalu, sang Raja meninggalkan tugas kerajaannya dan baru kembali keesokan paginya.

“Kali ini akankah Anda kembali besok pagi?” Igor bertanya pada lukisan diri Keegan yang terpanjang di Gallery Blueline. Mata Igor beralih pada dinding kosong di sisi Keegan.

“Ini karena Anda,” ia berkata pada dinding kosong itu.

Igor tidak tahu pantaskah ia berkata seperti itu pada orang yang tidak pernah diakui keberadaannya oleh seisi dunia.

Semenjak kematiannya, sering ia bertanya apakah kesalahan gadis itu. Begitu besarnyakah dosa yang telah diperbuatnya hingga dunia tidak dapat memaafkannya walau ia sudah tiada.

Mungkin otaknya sudah tercuci oleh perkataan Viscountess of Utira yang tidak kenal takut. Namun otaknya juga tahu Viscountess tua itu tidak mungkin mengatakan sesuatu yang tidak berlandaskan.

Viscountess of Utira terkenal sebagai seorang wanita tua yang bermulut tajam namun berotak tajam. Tidak ada yang menyukai mulut kritis Viscountess itu. Juga tidak ada yang bisa membuat Viscountess kagum sekalipun itu adalah anak-anaknya sendiri. Namun gadis itu membuat Viscountess terkagum-kagum padanya dan mengagungkannya bahkan setelah ia sudah tiada. Ketika dunia memilih mengingkari keberadaannya, hanya Viscountess of Utira seorang yang terus mengenangnya. Ketika Ratsurk memilih untuk menguburkannya beserta jejaknya, hanya Viscountess Eirena yang menangisi kepergiannya. Dan ketika setiap makhluk menghindari menyebut gadis itu apalagi memanggil namanya, sang Viscountess tua selalu menyebut nama lengkap almarhumah gadis itu lengkap dengan gelarnya.

‘Kau menyebut Yang Mulia Paduka Ratu Vania Yvonne Roxburgh pelacur lalu bagaimana kau menyebut Raja!?’ Igor teringat lontaran kemarahan Viscountess Eirena setahun lalu.

Apa kesalahan almarhumah Ratu Vania hingga dunia mengingkari keberadaannya dan Ratsurk mencuci diri dari segala yang berbau Vania? Mengapa tidak ada yang bisa memaafkannya hingga tiap orang yang bernama sama ataupun mirip dengannya memilih mengganti nama? Mengapa tidak ada yang berbelas kasihan pada orang yang sudah meninggal sehingga nama Vania Yvonne Roxburgh menjadi sebuah nama terlarang, nama yang tabu, di seluruh pelosok Ratsurk?

Hanya satu kesalahan gadis itu. Hanya satu hal terlarang yang dilakukannya. Ia kabur bersama seorang pria yang bukan suaminya!

Igor memandang pintu besar yang terkunci rapat dalam dua tahun terakhir ini.

Semenjak orang yang menempati kamar ini pergi, pintu kamar ini terus terkunci rapat. Tiada yang ingin memasukinya. Tiada yang ingin membersihkannya. Tiada pula yang ingin melewatinya. Raja Keegan sendiri memilih untuk mengambil jalan yang lebih jauh daripada melewati kamar terkutuk ini.

Mungkin selamanya kamar ini akan menjadi kamar terkutuk Istana Zellis.

Mungkin kamar ini akan terus menumpuk debu beserta dosa sang empunya.

Igor teringat sosok seorang gadis yang duduk di pinggir jendela dengan pandangan kosong.

“Anda memang lebih baik berada di dunia sana,” ia bergumam dan meninggalkan kamar yang terpencil itu.

-----0-----

“Menurutmu, Raja Keegan akan menemui siapa? Lady Margareth, Lady Alice, atau Lady Marishka?”

“Pasti Lady Marishka,” seseorang menjawab penuh percaya diri dan ia memberikan alasannya, “Akhir-akhir ini Paduka lebih sering berpergian dengan Lady Marishka.”

“Tidak, pasti Lady Margareth! Paduka sering berpergian dengan Lady Margareth!”

“Aku rasa bukan seorang di antara mereka. Pasti Paduka mencari wanita cantik baru.”

Seorang di antara mereka memalingkan kepala ke jendela Istana yang tidak pernah terbuka. Kejadian itu sudah berlalu lebih dari setahun lalu, namun sering ia merasa ia melihat sosok seorang gadis duduk di balik jendela yang tertutup itu.

“Menurutmu, siapakah yang kali ini Paduka temui, Sarah?” mereka bertanya serempak.

“Bagaimana bila Yang Mulia Paduka Ratu,” mulutnya ditutup beramai-ramai oleh ketiga kawannya.

“Jangan sampai kau mengucapkannya!” seorang dari mereka memperingati dengan serius.

“Kau tidak tahu apa yang akan terjadi kalau sampai ada yang mendengarmu,” yang lain memperhatikan sekeliling dengan panik.

“Kau tidak boleh menyebutkan nama itu. Itu adalah nama yang terlarang!”

Seorang dari mereka memperhatikan mereka dengan tidak senang. “Apa salahnya menyebut nama beliau. Toh beliau itu adalah seorang Ratu, Ratu,” kembali mereka menutup mulut gadis itu dengan tangan mereka.

“Apa kau mau kepalamu dipenggal!?” mereka memperingatinya.

“Apa salahnya menyebut seorang Ratu Ratu?”

“Kau memang mencari mati. Aku tidak mau tahu kalau sampai ada yang mendengarmu.”

“Apa yang kalian lakukan di sana!?”

Keempatnya terperanjat.

“Segera kembali!” perintah Igor, “Jarvis pasti sudah menunggu kayu bakar kalian.”

“Baik,” para scullery maid itu segera berlari ke dapur.

Igor memperhatikan jendela yang barusan dilihat salah seorang scullery maid itu. Ia, yang merendahkan sang Ratu, apakah pantas memarahi para pelayan rendahan itu?

Gadis belia itu tidak pernah bertemu Raja Keegan ketika ia dinikahkan. Pernikahannya murni pernikahan politik. Namun, Raja menyayanginya. Setidaknya, itulah yang terlihat di awal pernikahan mereka – sebelum kejadian yang memalukan itu.

Di minggu pertama gadis itu berada di Ratsurk, ia menolak melakukan tugasnya sebagai seorang Ratu. Setiap hari ia mengurung diri di dalam kamarnya. Berbagai macam alasan dikemukakan oleh gadis manja itu sebelum akhirnya ia mau muncul di hadapan publik.

Namun gadis manja pembawa masalah tetaplah gadis yang tidak punya aturan.

Tak sampai sebulan setelah Raja Keegan menikahinya, ia kabur bersama seorang pemuda. Berita pelariannya menjadi berita besar terutama ketika diketahui pemuda yang kabur bersama Ratu adalah putra seorang bangsawan cukup ternama di La Carphatia, Ulrich Beckinsale, putra Marquess of Etz. Kerajaan La Carphatia terbakar jenggot. Raja Keegan Neidhardt murka. Setiap orang membicarakan pelarian sang Ratu.

Aib ini tidak berakhir di sini. Hanya sehari setelah pelarian mereka, Ulrich melontarkan tuntutannya. Ia menuntut uang tebusan dalam jumlah besar dan kekuasaan atas lebih dari separuh Ratsurk sebagai ganti nyawa sang Ratu. Tentu saja Raja Keegan tidak memenuhi tuntutan itu. Segera setelah pasukan gabungan dua kerajaan menemukan tempat persembunyian keduanya, Raja Keegan memimpin sendiri penyergapan. Ratu Vania berhasil diselamatkan dan Ulrich Beckinsale dibekuk. Keduanya, kemudian, mendapatkan hukuman mereka. Ulrich Beckinsale dicoret namanya dari silsilah keluarganya kemudian dipenjarakan di Ratsurk seumur hidup. Ratu Vania Yvonne Roxburgh dikucilkan dan dianggap tak lebih baik dari seorang pelacur.

Setelah kejadian itu, sang Ratu hampir tidak pernah muncul. Ia juga tidak pernah menemui sang Ratu yang terkucilkan itu kecuali terpaksa. Raja Keegan tidak pernah lagi memanggilnya dalam pertemuan penting. Raja Keegan tidak pernah lagi memintanya menjadi pendampingnya dalam pesta bangsawan ataupun pertemuan-pertemuan penting lainnya. Raja Keegan juga tidak pernah berharap melihatnya bahkan dalam Ruang Makan! Dibandingkan istrinya yang belia, Raja Keegan lebih menyukai wanita-wanita cantik yang mempesona. Hanya ketika Raja memerintahkannya menemui sang Ratu, ia akan memasuki kamar yang sekarang tersegel rapat itu.

Sekarang, ketika Igor melihat kembali ke masa lalu, sering ia merasakan belas kasihan yang tidak pernah ia rasakan ketika Ratu muda itu masih hidup. Dulu ia menyangkal setiap ekspresi sedih sang gadis belia. Dulu ia selalu mensyukuri ekspresi kosong sang Ratu muda yang menghabiskan waktu duduk di sisi jendela kamarnya yang selalu tertutup. Dulu ia merasa jijik akan secercah senyum tipis yang sang Ratu muda selalu berikan padanya ketika ia mengantar perintah sang Raja. Dulu ia menghina setiap tindak tanduk sang Ratu dan mengabaikan setiap perkataannya.

Sekarang, setahun lebih setelah kematiannya, rasa jijik dan benci yang pernah ada di hatinya telah sirna. Sebagai gantinya, ia merasa kasihan pada gadis yang masih empat belas tahun ketika menikah itu.

Lebih mudah baginya untuk memaafkan seorang yang sudah tiada. Namun, Igor tahu, tidak akan pernah mudah bagi Raja Keegan untuk memaafkan seorang Vania Yvonne Roxburgh. Bahkan, Igor percaya, hari itu tidak akan pernah datang.

-----0-----

Di kediamannya, Viscountess Eirena mendengarkan tamunya dengan bosan. “Jadi, mereka mengundang Keegan ke pesta pembaptisan Putri Vania.”

“Benar,” Duke Francis menegaskan.

“Lalu,” Viscountess Eirena mengangkat cangkirnya, “Mengapa kau memberitahuku? Kita berada di pihak yang berlawanan.”

“Hal itu sudah tidak penting lagi,” komentar Duke Francis. “Ia sudah meninggal.”

“Apakah itu artinya kau akan terus membenci Yang Mulia Paduka Ratu Vania Yvonne Roxburgh bila beliau masih hidup?” Viscountess Eirena bertanya tajam.

“I-itu,” Duke Francis gugup, “Itu adalah kejadian masa lalu. Orang juga tidak bisa terus menerus memendam kebencian. Masa lalu adalah masa lalu. Kita harus terus melangkah maju. Tidak ada gunanya kita terus tenggelam dalam masa lalu.”

“Karena itu kalian membuang segala yang berhubungan dengan Yang Mulia Paduka Ratu Vania Yvonne Roxburgh dan mengingkari Yang Mulia Paduka Ratu Vania Yvonne Roxburgh,” ujar Viscountess lagi.

“Ia mencari sendiri jalan hidupnya.”

“Apa yang sudah dilakukan Yang Mulia Paduka Ratu Vania Yvonne Roxburgh!?” tanya Viscountess Eirena tajam. Ia tidak akan mempermudah setiap orang yang menghina Ratu Vania termasuk kawan akrabnya, “Kesalahan apa yang diperbuatnya sehingga kalian memperlakukan Yang Mulia Paduka Ratu Vania Yvonne Roxburgh seperti ini!?”

Duke of Jorkael tertawa gugup. Hanya satu kesalahan gadis itu, kabur bersama Ulrich Beckinsale. Tentu saja ia tidak akan mengutarakannya pada Viscountess Eirena karena ia tahu apa tanggapan sang Viscountess. Penjelasan apapun yang diberikan, satu-satunya orang yang berpihak pada almarhumah Ratu ini pasti dapat menyerang balik.

“Dia mengingkari hubungan keluarga yang pernah terjadi di antara dua kerajaan ini bila ia menolak hadir dalam pembaptisan keponakannya.”

“Kami mengerti tetapi kami tidak berani membujuk Paduka. Yang bisa kami lakukan hanyalah mempersiapkan alasan bila Paduka tidak bersedia hadir.”

“Jadi, kau di sini untuk membujukku menemui keluarga Roxburgh bila dia tidak mau hadir?”

Merasa tujuannya sudah terungkap, Duke Francis berterus terang, “Almarhumah Ratu pernah dekat denganmu. Keluarga Roxburgh pasti bisa menerima penjelasanmu. Kita tidak bisa membiarkan hal ini menganggu hubungan kita dengan La Carphatia. Bagaimana pun juga, Kerajaan La Carphatia adalah kawan akrab kita selama beratus-ratus tahun.”

“Lalu, mengapa kalian mencari seorang wanita tua?” tanya Viscountess tajam, “Mengapa kalian tidak mengirim orang yang membawa Yang Mulia Paduka Ratu Vania Yvonne Roxburgh ke neraka?”

Duke Francis terdiam. Ia sudah tahu hal ini tidak mudah semenjak ia mendengarnya siang ini. Ia memang teman akrab Viscountess of Utira sejak kecil. Karena itulah ia mengetahui betapa kerasnya sifat wanita tua yang wibawanya tidak pernah luntur dalam usia.

Tentu saja Viscountess Eirena tahu mengapa tidak seorang pun dari para Menteri mengajurkan diri. Ia juga tahu mengapa sang Grand Duke tidak berani membujuk sang Raja. Mereka yang tidak pernah menangisi kematian sang Ratu juga tidak memperingati setahun kematian sang Ratu, tidak punya muka untuk menemui keluarga yang sang Ratu tinggalkan. Mereka yang murka oleh perayaan yang ia adakan tiga bulan lalu, tidak berani mengutarakan alasan keabsenan sang mantan menantu dari perayaan baptis keturunan mereka yang baru lahir.

“Kau adalah orang yang cukup disegani di La Carphatia. Keluarga Roxburgh juga menyukaimu. Mereka tentu lebih mudah menerimanya bila kau yang mengatakannya.”

“Aku menolak,” kata Viscountess Eirena tegas. “Urusan kerajaan ini tidak ada urusannya denganku.”

“Bukannya kau juga ingin melihat putri yang baru lahir itu? Tidak ada salahnya mengunjungi mereka sekaligus sebagai perwakilan Ratsurk?”

“Apa salahnya aku mengadakan misa untuk memperingati setahun kematian seorang gadis?” Viscountess balik bertanya. “Tiga bulan lalu kalian tidak ragu-ragu mengancamku. Mengapa sekarang kalian tidak punya malu memohonku melakukan sesuatu yang tidak ingin kalian lakukan?”

Duke Francis hanya berdiam diri.

Tiga bulan lalu, tepat setahun setelah kematian sang Ratu, Viscountess Eirena mengadakan misa. Raja Keegan Neidhardt yang ingin mengubur istrinya seutuhnya, tidak menyukainya. Ia murka. Bahkan para menteri dan seisi Kerajaan Ratsurk mengancam tindakan Viscountess itu.

Wanita tua ini bukan Viscountess of Utira bila ia membatalkan rencananya. Bahkan bila seisi dunia menentang, ia masih akan menjalankan keputusannya.

Duke Francis mendengar hanya Viscountess Eirena yang hadir dalam misa itu. Ia tidak kaget juga tidak mengharapkan kehadiran orang lain. Viscountess Eirena terkenal sebagai satu-satunya orang yang terus mengagumi almarhumah Ratu.

“Jangan khawatir,” akhirnya nada suara Viscountess Eirena berubah, “Raja Fillipe Roxburgh bukan Keegan. Ia tidak akan mencampur aduk urusan kerajaan dan urusan pribadi.”

Duke Francis juga mengetahuinya. Tapi apa yang akan dikatakan dunia bila Raja Keegan tidak hadir juga tidak mengutarakan alasan keabsenannya. Viscountess Eirena tersenyum sinis. Tentu saja ia tahu Duke Francis menemuinya demi muka kerajaan ini. Dan demi muka kerajaan ini pula mereka menghancurkan hidup seorang gadis muda.

Kerajaan ini sudah terkenal sebagai kerajaan yang membuang Ratunya. Akankah kerajaan ini juga terkenal sebagai kerajaan yang mengingkari hubungan keluarga yang pernah terjadi di antara dua kerajaan?

Semua ini bergantung pada sang Raja sendiri.

-----0-----

Keegan melepaskan amarahnya bersama hasrat seksualnya.

Wanita dalam pelukannya melepaskan jeritan puas.

Keegan melepaskan wanita itu dan berbaring di sisinya.

“Ada apa denganmu?” wanita itu merangkak ke atas dada Keegan, “Hari ini kau lebih kasar dari biasanya.”

Keegan tidak menjawab. Ini sia-sia! Berapa kalipun ia melepaskan amarahnya bersama hasrat seksualnya, gelora amarah di dadanya masih menggelora. Ia semakin membenci gadis itu. Berhubungan dengannya memang tidak pernah membawa hal baik. Ketika ia masih hidup, ia adalah perusak nama baik keluarga Neidhardt dan Kerajaan Ratsurk. Ketika ia sudah menjadi debu pun, ia menjadi akar kemarahan. Memang tidak ada hal baik bila itu berhubungan dengan gadis pelacur itu.

“Kudengar Raja Fillipe memberi nama putrinya Vania.”

Mata Keegan langsung membelalak lebar mendengar nama yang menjadi kata terlarang baginya.

“Apa kau akan menghadiri upacara pembaptisan keponakanmu?”

Keegan langsung berdiri.

Wanita itu terperanjat. “Ada apa?” tanyanya.

Tanpa mengeluarkan sebuah suara pun Keegan mengenakan bajunya.

Suasana hatinya semakin buruk. Sehari satu kali mendengar nama terhina itu sudah lebih dari cukup untuknya.

“Mau ke mana kau, Keegan?” tanya wanita itu ketika Keegan beranjak ke pintu, “Hari sudah larut.”

“Aku bebas pergi ke mana pun aku mau,” jawab Keegan dengan sinar matanya yang tajam.

Wanita itu terdiam.

Keegan membanting pintu dengan kesal. Pelacur laknat itu memang bagaikan lalat yang menyebalkan. Sekalipun ia sudah mati, ia masih tetap menjadi menghantui hari-harinya.

Para prajurit pengawal Raja dan kusir kuda istana berlari pontang-panting oleh pemberitahuan pelayan.

Tanpa membuka suara, Keegan memasuki kereta. Suasana hatinya sudah benar-benar rusak bahkan untuk berbicara.

Mengapa memusnahkan seorang pelacur laknat bisa begitu sulit? Mungkin pembersihan yang ia lakukan belum benar-benar total.

Keegan melihat sosok gedung tinggi di jendela. Apa tidak ada hari yang lebih buruk dari hari ini!?

“Berhenti!” perintah Keegan seketika.

Kereta kuda pun berhenti oleh perintah itu.

“Lapor, Paduka,” seorang prajurit berdiri di sisi jendela, “Apakah ada sesuatu yang terlupakan?”

“Siapa yang menyuruh kalian melewati tempat ini!?” Keegan tidak berusaha mengontrol emosinya.

“Maafkan kelancangan kami, Paduka. Ini adalah jalan yang terpendek menuju Istana.”

“Aku bilang, siapa yang memerintahkan kalian melewati tempat ini!?” Keegan sudah setengah berteriak.

“Maafkan kami, Paduka. Kami akan segera memutar balik kereta,” prajurit itu berkata panik.

Keegan memperhatikan salib besar di puncak atapnya yang berbentuk segitiga. Mau tak mau ia teringat keributan yang ditimbulkan Viscountess Eirena tiga bulan lalu di tempat yang sudah ternoda ini.

Deretan nisan nampak di belakang gereja terbesar di Trievyel sebelum kereta berbalik arah.

Pembersihan yang ia lakukan memang belum cukup bersih. Tapi apa yang dapat ia lakukan. Bila bukan karena hubungan antara dua kerajaan yang sudah berlangsung lama ini, ia tidak akan mendirikan nisan pelacur laknat itu.

Keegan termenung.

Walaupun ia menghindari segala hal yang berhubungan dengan gadis itu, cepat atau lambat ia harus berhubungan dengan Roxburgh dan Kerajaan La Carphatia. Selamanya ia tidak bisa menghindari takdirnya sebagai seorang Raja yang bertanggung jawab atas kesejahteraan rakyatnya.

Ia, Raja Keegan Neidhardt, tidak bisa membiarkan Kerajaan Ratsurk menanggung lebih dalam malu hanya karena seorang Roxburgh.



***** Lanjut ke chapter 2

11 comments:

  1. Wah.. cerita nya penuh dgn misteri. Dilihat dari judulnya aja kemungkinan banyak kebenaran yg blm terungkap. Ngomong2 soal keegan kok bisa benci sama marah banget sama istrinya. Apa jgn2 sebenarnya keegan cinta sama istri nya. Maka ny pas ngerasa dikhianati istriny dia ga bisa ngelupain swm nya dan masih tetap benci. Jgn bilang nanti keegan ketemu lg sama istriny yg sebenarnya blm mati.atau seseornng yg mungkin mirip dgn istrinya. Atau seseorang yg berbeda tp slalu mengingatkan keegan pada istri ny (smw hal itu hanya imajinasi saya,bukan spoiler ya.hihi). Ditunggu kelanjutannya pokokny ya mba.. saya suka banget kl cerita mba yg berbau kerajaan, khusus nya ratu pilihan, pdhl dulu saya berharap banget mba mau bikin sekuelnya, abisnya pasangan 2 sejoli iti favorite saya banget ><)/. (maaf ya mba saya banyak ngocek.harap maklum ^^)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hi Faisah,

      Sherls senang membaca komentar panjang Faisah. Apakah imaginasi Faisah hanya imaginasi atau spoiler, biarlah chapter-chapter berikutnya yang menjawab. Bila Sherls menjawab sekarang maka chapter-chapter berikutnya tidak akan seru. =)

      Terima kasih sudah menyukai Ratu Pilihan. Sayangnya, Sherls tidak pernah merencanakan sekuel Ratu Pilihan. Bagi saya bila tokoh-tokoh utama sudah menemukan akhir, maka sebaiknya cerita diakhiri. Bila ceritanya terlalu bertele-tele maka para pembaca akan bosan. Saya harap Faisah memahami keputusan saya.

      Cheers,
      Sherls

      Delete
  2. Haha. Iya mba. Itu kan cuma harapan aja..oia mba kalo mau update cerita sebaiknya dijadwalkan, jadi kita2 yg pembaca tau kapan berkunjung ke blog mba. Biar ga ke php hihihi.saran aja ^^

    ReplyDelete
    Replies
    1. Faisah, terima kasih atas idenya. Maaf Sherls masih belum dapat mengeksekusi ide tersebut. Sejujurnya, Sherls juga ingin bisa memberi jadwal sehingga para pembaca tidak perlu berkunjung ke blog ini tiap hari. Sayangnya, kesibukan Sherls mencari pekerjaan membuat setiap rencana yang saya buat berantakan. Semoga Sherls bisa segera menemukan pekerjaan dan mempunyai jadwal rutin yang bisa Sherls kontrol.

      Cheers,
      Sherls

      Delete
  3. waw...g nyangka bisa menikmati karya kakak lagi,hehehe
    pertama kali baca karrya kakak,yang judulnya topeng sang putri.Awalnya iseng aja karna q pecinta cerita putri ala dongeng,tp setelah baca topeng sang putri mlah jadi ketagihan ma karya-karya kakak.Terutama yang ratu pilihan sama kisah cinta,hadeh bikin klepek-klepek deh.
    Saking penasaran q ubek-ubek mbah google pengen tau pengarangnya,tp g pernah nemu,karya-karya kakak yang aku download cuma nyantumin nama pena Astrella.Jadi waktu nemu blog ini udah seneng bgt,tp lagi - lagi harus gigit jari,karena pertama kali buka blog ini 1 ato 2 tahun yang lalu.Dimana post terakhir kakak udah dari kpan taon.huhuhu
    Aku pikir kakak udah g nulis novel lagi,
    Sampe akhirnya,g tew knp tiba-tiba pengen mampir lagi keblog ini,Dan akhirnya Taraaaa. . . . .Astrella is back.Seneng bgt pokoknya bisa baca karya kakak lagi.Tetep semangat ya kak,semoga sukses selalu apa yang dikerjakaan.
    Makasih karna udan menghadirkan karya - karya yang begitu luar biasa buat aku,hehehe
    maaf deh ya,kalo kepanjangan yang cuap-cuap,

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hi,

      Sherls gembira Anda bisa menemukan blog ini. Maaf Sherls MIA selama bertahun-tahun. Terima kasih telah menyukai karya-karya saya. Saya senang membaca setiap komentar para pembaca. Walaupun saya tidak bisa setiap hari mengupdate atau membalas komentar para pembaca, saya mengusahakan untuk membalas secepatnya.

      Sherls masih akan terus berkarya. Akan tetapi, Sherls tidak bisa berjanji akan mempublikasikan post baru setiap minggu. Sherls berencana mempublikasi karya Sherls paling tidak setiap dua minggu. Akan tetapi kesibukan Sherls mencari pekerjaan membuat rencana itu tidak berjalan sesuai keinginan Sherls. Jangan khawatir. Sherls masih akan terus berkarya!

      Cheers,
      Sherls

      Delete
  4. Hai Kak Sherls, seneng banget bisa baca karya kakak lagi =)
    Cerita yang ini juga membuat penasaran. Jadi nggak sabar membaca kelanjutannya.
    Oh ya, aku liat di blog kakak ini ada link menuju blog-ku. Apa kakak sudah membaca tulisan di blog-ku? Kalau iya, terima kasih banget udah meluangkan waktu untuk membacanya, kalau tidak, ya nggak papa ^^
    Aku harap pengunjung blog kakak juga membaca ceritaku dan juga tentunya cerita kakak. Sekali lagi terima kasih ya Kak =D

    Oh ya, aku boleh minta saran nggak kak? aku sedang mengerjakan novel fantasi yang berhubungan dengan sihir. Tokoh utamanya adalah gadis berusia 18 tahun yang awalnya di "kurung" oleh para kakaknya dalam es karena kekuatannya yang terlalu besar dan memicu perang. Dia ditemukan oleh keturunan para kakaknya dalam keadaan hilang ingatan. Nah, aku butuh saran kakak, bagaimana mengembangkan plotnya hingga menjadi menarik? Mohon bantuannya ya kak =)

    Yuri

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hi Yuri,

      Sherls telah membaca post Yuri di blog Yuri. Dari karya Yuri, Sherls mendapat kesan Yuri adalah fans Anime/Manga. Sejujurnya, kadang Sherls mendapat inspirasi dari Anime/Manga. ;-)

      Sherls mempunyai beberapa pertanyaan mengenai ide karya terbaru Yuri. Apakah sang adik bersedia ketika dikurung dalam es? Mengapa para kakak mengambil keputusan untuk mengurungnya? Di mana ia dikurung? Berapa tahun/ratus tahun berlalu sebelum ia ditemukan? Bagaimana situasi jaman ia ditemukan? Dari pertanyaan-pertanyaan tersebut, Sherls mendapat beberapa versi plot. Sherls sangat berkenan membaginya dengan Yuri. Akan tetapi, Sherls merasa comment ini akan menjadi sangat panjang dan mungkin membosankan para pembaca lain. Apakah Yuri bisa mengirim saya e-mail di sherls.astrella@gmail.com? Saya akan menulis panjang lebar ide-ide saya di e-mail.

      頑張って!

      Cheers,
      Sherls

      Delete
    2. Oke, Kak. =D
      Terima kasih, ya Kak ^_^

      Delete
  5. Aku sudah kirim e-mail ke alamat e-mail Kakak. =)

    ReplyDelete
  6. Halo kak sherls, aku salah satu penggemar karya2 kakak. Awalnya aku memgira kalau karya kakak itu novel terjemahan, karena bahasanya berbeda dengan novel yang biasa aku baca. Awalnya aku penasaran siapa yang menulis novel2 ini, aku kagum sekali dan berusaha mencari nama pengarangnya. Tapi pemublikasinya memang sedikit lancang karena tidak mencantumkan nama kakak. Menurutku, kakak adalah penulis yang sangat inspiratif. Pengetahuan kakak pasti juga sangat luas. Dari tutur kata dan apa yang aku baca di dalam novel kakak sudah cukup menggambarkan segalanya. Sebenarnya selera kakak dalam menulis novel sangat cocok denganku. Karena ya aku sangat menyukai novel dengan tema abad pertengahan, kerajaan, atau kebanhsawanan.
    Kak Sherls, sebagai pembaca aku tidak bisa berbuat banyak, tapi aku sangat mendukung kakak untuk berkarya. Dan satu hal lagi, kenapa kakak tidak mencoba mengirim karya2 kakak ke penerbit dan bisa diterbitkan? Semoga kakak nidup dengan bahagia. Aku sangat berterima kasih pada kakak karena telah menciptakan karya yang sangat berkesan.

    Salam,
    Jouw bewonderaar

    ReplyDelete