Friday, December 28, 2007

Ratu Pilihan-Epilog

“SEEEBBB!!”

Seb melihat ke arah datangnya panggilan itu.

Seorang gadis berlari mendekat. Tubuh rampingnya terbungkus gaun katun coklat. Rambut panjang yang bersinar keemasannya di bawah sinar matahari siang membingkai wajah cerianya.Tidak ada yang berbeda dari gadis itu namun sesuatu membuat setiap orang yang mendengar suaranya, melihat ke arahnya.


“Selamat siang, semuanya!” Eleanor melambaikan tangan dengan penuh semangat.

“Hi, Eleanor! Bagaimana kabar Anda?”

“Di mana Anda bersembunyi selama ini?”

“Anda masih tetap saja cantik.”

“Lama tidak bertemu.”

“Hi, Eleanor. Apa hari ini Anda mencari daging?”

“Kenapa Anda tidak mampir?”

“Ke mana saja Anda, Eleanor?”

Setiap pedagang kenalan Eleanor menyapa gadis itu dan Eleanor pun dengan gembira menjawab setiap panggilan itu.

“P-Pa…,” lirikan tajam orang-orang di sekelilingnya langsung menyadarkannya, “Dristol… Eleanor, apa yang Anda lakukan di sini?” Sejak ia menyadari siapakah sebenarnya Eleanor yang dikenalnya, ia tidak pernah bertemu dengannya. Ia hanya mendengar Eleanor berulang kali hampir kehilangan nyawanya dan tiga bulan lalu Paduka Raja membawanya pergi ke Pinhiero. Ia sama sekali tidak menyangka setelah berbulan-bulan tidak mendengar kabar Eleanor, gadis itu tiba-tiba muncul di tengah kota seorang diri!

“Tentu saja menemui kalian,” Eleanor tersenyum lebar, “Aku merindukan kalian. Apa kau tidak merindukanku?”

“T-tentu saja saya merindukan Anda!” Seb menyahut. Tiba-tiba ia tidak tahu bagaimana ia harus bersikap di depan sang Ratu. Lirikan tajam orang-orang mengingatkannya akan pesan Raja Quinn untuk tetap berpura-pura tidak tahu siapa jati diri Eleanor yang sebenarnya. Namun kepalanya terus mengingatkan gadis ini bukan lagi Eleanor sang pelayan Earl Hielfinberg. Kepalanya dengan cepat mencari topik pembicaraan. “K-kapan Anda tiba? Mengapa saya tidak mendengar kabar kepulangan Anda?”

Eleanor keheranan mendengar Seb kalimat sopan itu. Pemuda itu tidak pernah bertanya padanya dengan nada seperti ini. “Apa yang terjadi padamu? Mengapa kau tiba-tiba menjadi terpelajar?”

“Ia jatuh cinta pada seorang gadis kaya,” Mrs. Brandrick memberitahu, “Karena itu ia belajar menjadi seorang yang terpelajar.”

“Benarkah itu?” Eleanor tertarik, “Siapakah dia?” Eleanor mendesak, “Katakan padaku. Siapa tahu aku bisa membantu.”

Seb benar-benar tidak tahu harus bersikap bagaimana.

“Percuma, Eleanor. Seb tidak akan memberitahumu.”

“Sejak kapan kau bermain rahasia-rahasiaan denganku?” Eleanor cemberut.

Mrs. Brandrick tertawa melihatnya. Tidak akan ada yang percaya gadis ini adalah ratu kerajaan ini. “Katakan Eleanor, mengapa kau di sini sendirian. Apa suamimu mengijinkanmu ke sini?”

Eleanor langsung memasang wajah cemberut. “Jangan menyebut namanya di depanku. Pagi ini dia pergi tanpa membangunkanku.”

“Kau tidak boleh berkata seperti itu tentang suamimu,” Mrs. Brandrick menasehati, “Aku lihat ia sangat mencintaimu. Ia tentu tidak ingin mengganggu tidurmu sehingga pergi tanpa berpamitan padamu.” Mrs. Brandrick bukan sekedar berkata. Ia telah melihat sendiri cinta raja yang begitu besar. Ia telah mendengar cintanya yang begitu dalam. Mereka yang dulu digunjingkan sekarang menjadi contoh pasangan ideal tiap orang.

“Huh!” Eleanor mendengus, “Apa yang percaya pada alasannya. Ia pasti pergi ke tempat yang menyenangkan seorang diri. Setan seperti dia memang suka melihatku menderita.”

Mrs. Brandrick mendesah. Ia mengenal Eleanor bukan sehari dua hari. Gadis ini bisa menjadi sangat keras kepala bila ia sedang marah dan saat ini adalah salah satunya.

“Dia pasti sedang bersenang-senang!” Eleanor memberitahu Mrs. Brandrick dengan mantap.

Tentu saja hal itu salah besar. Quinn jauh dari senang mendengar perbuatan Eleanor.

“M-maafkan kami, Paduka,” Nicci tidak berani melihat wajah tegang pemuda itu, “Kami sudah mencegah Paduka Ratu tetapi beliau terlalu cepat untuk kami. Begitu Ratu memerintahkan kusir kuda berhenti, ia langsung menghilang ke keramaian.”

“Seharusnya kau sudah menduganya semenjak ia meninggalkan Pinhiero.”

Nicci melihat Quinn dengan tidak mengerti.

“Eleanor tidak terlalu bodoh untuk berkeliaran di kota dengan baju mewah.”

Nicci makin menyadari kebodohan dirinya. Seharusnya ia curiga ketika Eleanor menolak gaun yang telah dipersiapkannya. Seharusnya ia sudah tahu apa yang akan dilakukan Eleanor ketika gadis itu bersikeras mengenakan gaun katun usang yang ditemukannya di antara baju-baju bekas di gudang Pinhiero.

“Seharusnya aku sudah tahu akan begini akhirnya,” Quinn mendesah panjang. Seharusnya ia sudah menduga Eleanor pasti akan langsung melesat ke pusat kota Loudline, kepada teman-temannya setelah hampir setengah tahun tidak bertemu mereka.

Bila diruntut ke belakang, semua ini adalah tanggung jawabnya. Kemarin ia telah memberitahu Eleanor pagi ini mereka akan kembali ke Fyzool. Namun ia membuat gadis itu tidak dapat tidur nyenyak semalaman. Akibatnya, Eleanor belum bangun ketika rombongan siap meninggalkan Pinhiero. Ia sendiri juga hampir ketiduran bila ia tidak mendengar ketukan di pintu.

Selama musim dingin ini mereka tinggal di Pinhiero. Selama itu pula ia melewatkan hari-harinya bersama Eleanor, jauh dari tugas-tugas kerajaan. Quinn sadar tiga bulan bukanlah waktu yang singkat. Walaupun ia telah mewakilkan wewenangnya pada Grand Duke, jiwanya sebagai seorang Raja masih tidak bisa tutup mata tutup telinga pada urusan kerajaan. Setiap pagi ketika Eleanor masih tidur, ia menyempatkan diri untuk membaca laporan Grand Duke. Bahkan dalam beberapa kesempatan ketika Eleanor pergi, ia memanggil pejabat kerajaan untuk memberikan pengarahan. Namun itu semua belum cukup. Masih banyak urusan yang harus ia tangani sendiri. Sudah sejak dua minggu lalu Quinn ingin kembali ke Fyzool namun ia tidak tega merusak wajah bahagia Eleanor. Keinginannya itu baru terkabul beberapa hari lalu ketika Eleanor mengkhawatirkan keabsenannya di puncak pemerintahan Viering. Dan hari inilah mereka memutuskan untuk kembali ke Fyzool. Teringat banyaknya tugas yang menantinya dan juga Eleanor sebagai Ratu Viering, Quinn tidak sanggup melepas saat-saat damai ini. Semalam ia memanfaatkan waktu sebaik-baiknya untuk memadu kasih dengan Eleanor.

“A…apakah saya perlu meminta prajurit untuk menjemput Paduka Ratu?” Nicci memberanikan diri untuk bertanya.

“Tidak perlu,” Quinn berdiri. “Selesaikan tugasmu dan Bernard, urusan ini bisa menunggu sampai aku kembali.”

“Anda akan pergi ke mana?” sang Grand Duke keheranan.

“Ke tempat seharusnya aku pergi,” jawab Quinn sambil meninggalkan Ruang Kerjanya.

“Kalau Anda ingin menjemput Ratu, Anda tidak perlu turun tangan. Saya bisa meminta Jancer mengatur prajurit untuk menemukan Ratu.”

“Menurutmu itu berguna?” Quinn bertanya.

“Percuma melarangnya, Papa,” komentar Derrick, “Quinn benar. Selain dia, tidak ada yang bisa membawa Eleanor pulang.”

“Tapi… membiarkan mereka seorang diri di Loudline tanpa seorang pengawalpun?”

Derrick tersenyum. “Papa perlu merubah pandangan terhadap hal satu ini.”

“Membiarkan Raja dan Ratu seorang diri di luar Istana tanpa pengawalan adalah hal tergila yang tidak bisa aku bayangkan!”

“Mereka jauh lebih aman tanpa pengawal,” Derrick meyakinkan ayahnya dan ia menekankan, “Apalagi setelah peristiwa Pittler.”

Derrick tahu Eleanor mempunyai banyak kawan baik di Loudline. Setelah percobaan pembunuhan Eleanor oleh Simona, tak mungkin teman-teman Eleanor itu tidak mengetahui siapa sang Ratu Viering. Quinn, tentu saja, tidak mungkin membiarkan mereka berterus terang. Kini teman-teman Eleanor itu bukan hanya menjadi sumber informasi Eleanor tetapi juga pengawalnya yang paling tangguh di pusat kota Loudline.

Dan memang itulah yang terjadi. Setiap orang menyapa Eleanor dengan ramah. Mereka tetap bersenda gurau dengannya seperti biasa. Di saat bersamaan mereka juga meyakinkan diri peristiwa yang lalu tidak terulang.

“Benarkah itu?” Eleanor tidak percaya.

“Semua orang membicarakannya. Duke Binkley dan Lady Irina sering terlihat bersamaan.”

“Anda sebagai pelayan Earl Hielfinberg, mengapa tidak mengetahui gosip ini?” seorang di antara mereka sengaja menyinggung.

Eleanor tertawa panik. “Itu semua salah Quinn,” kepalanya dengan cepat mencari alasan, “Dia mengurungku.”

Tentu saja mereka tahu penyebab yang sebenarnya.

“Benarkah?” Mrs. Brandrick mendesak, “Bukannya kau paling suka mendengar gossip.”

“Mengapa kalian semua hari ini tidak mempercayaiku?”

Semua orang langsung gugup.

“Aku merasa hari ini kalian semua bertambah aneh. Apakah ini hanya perasaanku saja?” Eleanor bergumam, “Namun kalian terasa menjaga sikap dan tutur kata.”

“Ya. Ya itu pasti hanya perasaan Anda saja,” Seb panik.

Eleanor melihat pemuda itu dengan curiga. Ia tidak pernah bertanya pada Quinn bagaimana hari itu ia menemukannya. Ia tidak pernah memikirkannya hingga detik ini. Hari itu ia berada di antara mereka. Hari itu pula di hadapan mereka ia diculik. Apakah mungkin Quinn menemukannya tanpa menginterogasi mereka? Apakah mungkin Pedro dan para pengawal yang mengikutinya tidak melihatnya bersama mereka? Tidak itu tidak mungkin!

Sesuatu! Quinn pasti telah melakukan sesuatu terhadap mereka sehingga mereka bersikap seaneh ini padanya. Tetapi apakah itu?

Eleanor mengerang geram. Ia tidak dapat memikirkan jawabannya.

Erangannya itu membuat tiap orang yang mengerumuninya kaget.

“Aku pasti akan membuatnya mengatakan…,” tiba-tiba Eleanor merasa perutnya mual.

“Anda tidak apa-apa?” Mrs. Brandrick bertanya cemas melihat wajah Eleanor yang tiba-tiba pucat.

“Tidak. A…,” Eleanor merasa mual di perutnya naik ke tenggorokannya. Ia tidak dapat memuntahkan isi perutnya di sini. Baru saja Eleanor berdiri ketika pandangannya kabur.

“Paduka Ratu, Anda tidak apa-apa?” Seb benar-benar panik melihat tubuh Eleanor yang limbung.

Eleanor memelototi pemuda itu.

Mrs. Brandrick segera bertindak dengan menangkap tubuh Eleanor. “Paduka Ratu!”

“Paduka Ratu! Paduka Ratu!”

“Mengapa? Mengapa kalian tahu?” Eleanor ingin mengutarakan pertanyaan itu pada orang-orang yang panik namun pandangannya kian kabur.

Ketika ia membuka matanya kembali, Quinn tengah memelotot tajam padanya.

“Apakah hari ini kau sudah cukup membuat keributan?” tanyanya geram.

Eleanor melihat sekelilingnya dengan bingung. Ayahnya duduk di sisi kanannya sambil menggenggam tangannya erat-erat dengan sepasang mata terharu. Quinn berdiri di belakang Earl dengan wajah geramnya namun ia tidak dapat menutupi senyum bahagianya. Di sisinya tampak pula Duke yang tak mampu menahan senyum bahagianya. Nicci berdiri di kaki ranjang dengan wajah gembiranya. Derrick berdiri di sisinya dengan senyum nakalnya yang khas. Di sampingnya, Irina yang cemas didampingi Stariy.

Duke Binkley!? Eleanor langsung teringat gosip yang didengarnya dari kota.

“Irina! Apakah benar kau dan Stariy akan segera menikah?” tanyanya bersemangat.

Wajah Irina langsung memerah.

“Apakah itu satu-satunya hal yang bisa kaulakukan setelah membuat kami semua cemas!?” bentak Quinn murka.

“Memangnya apa yang telah aku lakukan?” Eleanor melihat mereka dengan penuh tanda tanya. Ia mulai mengulang kembali kejadian yang baru saja berlalu. Ia ingat ia berada di Loudline di antara Mrs. Brandrick dan kemudian…

“Quinn!” Eleanor teringat kecurigaannya, “Katakan apa yang kau lakukan pada mereka!? Mengapa mereka tahu aku adalah Ratu!??”

“Kalau kau sadar kau memang seorang Ratu, bersikaplah semestinya!” senyum di wajah Quinn menghilang.

Derrick tidak dapat lagi menahan tawa gelinya. “Kau benar-benar Eleanor, Yang Mulia Paduka Ratu.” Lalu ia melihat pada Quinn. “Sudahlah, Quinn, jangan kau marahi dia. Engkau tidak benar-benar ingin memarahinya, bukan?”

“Aku sangat ingin melakukannya,” Quinn membantah. Mereka tidak tahu betapa paniknya ia ketika penduduk Loudline menyambut kedatangannya. Ia tahu sesuatu telah terjadi pada Eleanor ketika serombongan orang dengan wajah panik melesat ke arah Istana.

“Aku benar-benar kaget ketika mendengar kabar itu. Berita kedatangan Eleanor belum sampai tetapi berita Eleanor pingsan di Loudline sudah menyebar. Aku benar-benar tidak menduga,” Irina melihat Eleanor dengan perasaan bangga dan haru yang tidak dapat diungkapkannya.

“Bagaimana pun juga Eleanor seorang wanita,” Duke Bernard menegaskan.

“Wanita liar yang tidak mau diam dan suka membuat keributan,” Quinn membenarkan.

“Berkat itu Eleanor menjadi satu-satunya Ratu Viering yang begitu dekat dengan rakyat,” timpal Derrick, “Tidak akan ada seorang Ratu yang pingsan di Loudline dan pulang dengan segerobak penuh sayur-mayur yang cukup untuk sebulan.”

Eleanor tidak mengerti apa yang tengah mereka bicarakan.

“Aku tidak sabar menanti kehadirannya di antara kita,” Earl meremas tangan Eleanor.

Ia kian tidak mengerti.

“Countess Virgie pasti turut gembira di alam sana,” Nicci terharu.

Quinn mendesah panjang. “Kurasa mulai detik ini aku harus berdoa setiap hari untuk keselamatan mereka sampai dia benar-benar muncul di dunia ini.”

Mereka langsung tertawa lepas.

“Apa yang kalian tertawakan?” Eleanor menuntut jawaban, “Apa yang kalian bicarakan?”

Quinn duduk di sisi istrinya dan tersenyum lembut padanya. “Aku akan memberitahukannya padamu, istriku,” ia meraih Eleanor ke dalam pelukannya, “Aku akan memberitahumu pelan-pelan.”

Mereka langsung sadar sudah saatnya mereka meninggalkan Ivory Room.

“Aku percaya seluruh penduduk Viering sudah mengetahui kehamilan sang Ratu,” Derrick tersenyum geli membayangkan kembali kepulangan Eleanor yang masih belum sadar diantar penduduk Loudline yang gembira dan raut wajah cemas namun bahagia Quinn yang tidak dapat digambarkan dengan lukisan maupun kata-kata.

“Kita masih perlu membuat pengumuman resmi,” Grand Duke menegaskan.

“Aku sungguh tidak percaya Eleanor akan menjadi seorang ibu!” Irina menyatakan ketakjubannya ketika mereka melangkah di sepanjang koridor.

Derrick berbicara serius, “Sekarang yang perlu dikhawatirkan adalah tingkah laku Eleanor. Kita harus menjaganya dengan ketat setidaknya sampai bayi itu lahir. Untuk itu,” ia beralih pada sang Duke Binkley dan kakaknya, “Kalian harus segera melangsungkan pernikahan kalian.”

“Derrick benar,” Earl sependapat. “Kalian harus bertindak cepat.”

“A-apa yang kau bicarakan, Derrick?” Irina panik karena malu, “I-itu itu…”

“Kau tidak ingin Eleanor melahirkan di pesta pernikahanmu, bukan?” Duke Bernard tersenyum pada Irina kemudian pada Stariy, sang calon menantunya.

Irina terperanjat, “I-itu… itu tidak mungkin terjadi. Eleanor… Eleanor… dia….”

“Mungkin saja,” Derrick membenarkan, “Kau juga tahu Eleanor. Aku tidak akan kaget bila Eleanor melahirkan di Loudline.”

Ucapan Derrick yang sekedar basa-basi itu menjadi kenyataan tujuh bulan berikutnya. Seisi Loudline dan Fyzool kalang kabut mengetahui Eleanor melahirkan. Bila penduduk Loudline sibuk membantu kelahirkan sang Putra Mahkota, Fyzool sibuk mempersiapkan penyambutan sang Ratu dan sang Putra Mahkota.

Quinn, lagi-lagi tidak tahu bagaimana mengungkapkan perasaannya. Ia panik, marah, cemas namun ia juga bahagia.

Eleanor memang suka membuatnya panik. Eleanor suka membuatnya marah. Namun Eleanor juga yang membuat hidupnya penuh sensasi. Eleanor membuatnya bahagia.

“Eleanor memang ratu pilihan,” gumamnya melihat Eleanor berbaring di ranjang sambil menggendong putra mereka yang baru saja lahir.

14 comments:

  1. mba. kapan mau bikin novel baru nya?.. saya udah baca semua novel mba. bagus. tap yg paling saya suka sih kisah quinn-elanor. kocak banget yang sejoli itu. haha.

    ditunggu ya mba novel selanjutnya. :)

    ReplyDelete
  2. Bru nemu novel yg kyak gnian, bner2 seru!

    ReplyDelete
  3. Keren mbak.. Saya suka sama ceritanya :D

    ReplyDelete
  4. Masih jadi favorit kak,, meskipun udah baca beberapa kali hihihii

    ReplyDelete
    Replies
    1. Widya,

      Terima kasih. Saya senang Widya menyukai karya ini. :)

      Cheers,
      Sherls

      Delete
  5. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete
  6. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete
  7. baru nemu novel mbak dan langsung suka, ceritanya seru dan kocak...
    apalagi tingkah Eleanor yg gk mau diam dan Quinn yg dibuat kalang kabut mulu dgn tingkah Eleanor...
    pokoknya novel mbak bagus banget...
    tetap semangat ya mbak buat nulis :)

    ReplyDelete
  8. Ya Ampun... ini novel bagus bangettt, gk mau brhenti bca sbelum slsai
    udah prnah terbitin novel di gramedia belum? Klau udh prnah, mau dong diksih tau jdulnya apa, q pengen beli, psti smua novel yg u tulis bagus

    ReplyDelete
  9. Wkwkk keren banget Kak Shers Astrella
    Selain kocak dan seru cerita kerajaannya dapet walau mungkin ada beberapa kata yg butuh diedit
    But so far novel ini bagus kok yah bisa dapet nilai 7,9 dari 10
    Hehehhe
    Terus Semangat dan berkarya

    ReplyDelete
  10. suka banget dgn cerita ini... top dah1 :)

    ReplyDelete
  11. novelnya udah terbitt kak?? akuu mauu beliii masihh penasarann. sebenarnya masih bisa panjangg wkwkwkwkk

    ReplyDelete