Monday, November 26, 2007

Ratu Pilihan-Chapter 1

SEORANG KRIMINAL UNTUK RATU MENDATANG VIERING?


Duke Mathias yang berada pada urutan pertama pewaris tahta Kerajaan Viering, dilaporkan telah menikah bulan lalu di sebuah gereja kecil. Pastor Ruther yang meresmikan pernikahan keduanya dalam sebuah pesta sederhana mengatakan sepasang mempelai itu terlihat sangat bahagia dengan pernikahan mereka.

“Ia adalah wanita yang hebat,” demikian komentar Duke Mathias mengenai istrinya, “Aku mencintainya. Sangat mencintainya.”

Sang mempelai wanita yang tiga tahun lebih tua dari Duke Binkley, Simona Bardana juga terlihat sangat bahagia dengan pernikahannya. “Ia adalah pria yang paling kucintai seumur hidupku ini. Aku sungguh beruntung bisa mengenalnya.”

Simona Bardana sekarang menjadi Duchess of Binkley dengan pernikahannya ini dan berada dalam urutan pertama Ratu Viering jika Pangeran Mathias naik tahta.

Orang-orang mengatakan Simona berasal dari sebuah desa terpencil di luar perbatasan Viering, Coaber. Kedua orang tua Simona yang meninggal ketika Simona masih kecil, merantau ke Viering semenjak Simona masih bayi.

“Aku tidak tahu kebenaran desas-desus itu dan aku tidak peduli,” kata Duchess Simona ketika ditanya mengenai asal usulnya, “Aku hanya tahu sekarang aku telah menemukan tempatku. Bisa berada di sisi Mathias adalah segalanya bagiku.”

“Masa lalu bukanlah hal yang penting,” Duke menegaskan, “Yang terpenting dan terutama adalah kami saling mencintai.”

“Kami akan terus saling mencintai sampai ajal memisahkan kami,” Duke of Binkley menegaskan.

Hidup di jalanan semenjak ia masih kanak-kanak, Simona mempunyai catatan kriminal yang cukup panjang. Catatan kriminal pertamanya adalah pencurian ketika ia berusia tujuh tahun. Tahun-tahun berikutnya penjara bukanlah hal yang asing lagi padanya. Ia bahkan tercatat pernah terlibat dalam perampokan disertai pembunuhan. Namun, karena bukti-bukti yang tidak memadai, ia dilepaskan dari segala tuduhan. Catatan kriminal terakhirnya adalah pencurian ketika ia berusia 21 tahun.

Sebelum ia bertemu dengan Duke Mathias, Simona bekerja sebagai pelayan di sebuah bar di Loudline, Dristol. Duke Binkley yang suka berpesta pora itu, mengenalnya di Dristol lima bulan lalu. Melalui hubungan yang singkat itu mereka memantapkan ikatan cinta mereka dan meresmikan pernikahan mereka dalam sebuah pesta sederhana di pinggiran Loudline.

“Aku tidak peduli pada apa kata mereka. Ia adalah wanita yang hebat. Aku yakin ia akan menjadi Ratu Viering yang terhebat sepanjang masa,” jawab Duke Mathias ketika ditanya tentang kemungkinan istrinya naik tahta.

Akankah Viering dipimpin oleh seorang Ratu yang tidak jelas asal usulnya dengan catatan kriminalnya yang panjang? Akankah Paduka Raja Quinn tetap bersikeras dengan pendiriannya untuk tidak menikah? Kita tidak tahu tetapi kita tahu rakyat Viering tidak akan menerima seorang Ratu yang mempunyai catatan kriminal panjang.



Quinn melempar koran itu ke meja dengan geram. “Jelaskan apa maksud semua ini!?” suaranya meninggi.

Tidak seorang pun mengeluarkan suara.

Tidak seorang pun berani mengucapkan sesuatu.

Tidak seorang pun!

“Bernard?” mata Quinn langsung menatap mata pria tua itu.

Duke of Krievickie yang menjadi pembimbing Quinn semenjak kepergian orang tuanya itu tidak berani membalas tatapan itu.

Kali ini Quinn bukan saja marah. Raja muda itu juga bukan saja murka. Ia telah menjadi amarah itu sendiri. Ia adalah kemurkaan itu.

Bagaimana ia tidak marah? Sepupunya, Mathias, yang juga penerus tahta Viering menikahi seorang wanita yang tidak jelas asal usulnya dan bercatatan kriminal panjang.

Bagaimana ia tidak murka? Satu-satunya penerus tahta Viering, telah mencoreng kehormatan Kerajaan Viering dengan pernikahan sembunyi-sembunyinya.

Bernard telah mengenal keduanya semenjak mereka masih kecil. Ia telah mengenal baik watak keduanya terutama semenjak peristiwa kelam sepuluh tahun yang lalu itu yang kemudian dikenal dengan sebutan Red Invitation.

Ia telah menjadi pembimbing kedua pewaris tahta Viering itu setelah kematian orang tua mereka dalam badai.

Ialah yang menggantikan Raja Alvaro hingga Pangeran Quinn berusia 17 tahun, usia yang membuatnya pantas untuk naik tahta.

“Aku menantimu, Bernard,” Quinn memperingatkan.

“Seperti yang Anda lihat, Paduka. Duke of Binkley telah menikahi Simona bulan lalu. Saya telah meminta Kaven menyelidiki,” Grand Duke melirik Kaven, sang Menteri Kerakyatan.

“Surat pernikahan mereka sah, Paduka Raja,” Kaven melapor dengan hati-hati, “Seperti yang diberitakan, mereka diberkati secara resmi oleh Pastor Ruther.”

“Aku tahu!” sergah Quinn kesal. “Sekarang di mana Mathias?!”

“Duke Mathias pergi berbulan madu di luar negeri bersama Duchess Simona.”

“DUCHESS!!!?” suara Quinn yang melengking tinggi membuat Bernard kembali terdiam. “Kau memanggil pelacur itu Duchess!??” suaranya meninggi.

Quinn bukanlah pemuda pemarah tapi Bernard tahu tidak ada yang bisa melawan Quinn ketika pemuda itu marah.

Ia yang telah menjadi penasehat, pembimbing, guru juga ayah angkatnya tidak berani mengusik kemarahan itu apalagi mereka yang tidak mengenal baik Raja Muda yang baru menduduki tahta selama tujuh tahun itu.

Quinn tersenyum sinis. “Jadi Mathias kabur ke luar negeri,” ujarnya, “Kita lihat sampai kapan ia bersembunyi di sana.”


-----0-----


Sementara itu beratus-ratus kilometer jauhnya dari Loudline, Mathias terus mengawasi arah pelabuhan dengan cemas. Ia tidak dapat sedetik pun menghapus kekhawatirannya akan kehadiran angkatan laut Viering. Sedikit pun ia tidak dapat menghapus ketakutannya akan pengejaran besar-besaran yang diperintahkan Quinn.

“Mengapa kita harus meninggalkan Viering secepatnya?” protes Simona, “Mengapa kau harus takut pada Quinn seperti ini?”

“Kau tahu mengapa!” Mathias kesal, “Ini semua dikarenakan mulut besarmu itu!”

“Apa salahku?” Simona tidak diterima, “Aku hanya ingin setiap penduduk Viering tahu aku adalah istrimu yang sah. Tidak akan ada yang berani mengusikku setelah ini. Kau sendiri juga tidak suka jika ada pria lain yang menggodaku. Memang apa yang perlu ditakutkan dari penggoda wanita itu!?”

“Kau tidak mengenal Quinn,” ujar Mathias gusar sambil terus memperhatikan lautan sekeliling mereka.

“Dia tidak akan menyakitimu!” Simona tidak setuju, “Kau adalah satu-satunya penerus tahta Viering. Ia tidak akan berbuat bodoh untuk mencelakaimu.”

“Demi Tuhan!! Kau tidak tahu siapa Quinn!!!” seru Mathias panik.

Simona tidak mengerti. Ia tidak buta untuk mengetahui siapakah Quinn itu. Tinggal di perbatasan Loudline, tidak membuatnya buta akan berita di dalam Istana. Ia telah mendengar semua desas-desus dalam Istana yang megah itu dari para pengunjung tempat ia bekerja terakhir kali. Ia tahu Quinn tidak berminat untuk menikah dan tidak akan merubah niatnya sekali pun dunia kiamat.

Tetapi, Simona tidak tahu apakah yang membuat Mathias begitu takut pada raja muda tampan yang sabar itu.

Apakah yang menakutkan dari seorang pria yang pandai mengontrol dirinya sendiri itu?

Apakah yang perlu dikhawatirkan dari seorang pria yang telah menjelaskan pada dunia bahwa penerusnya adalah Mathias hingga pernikahan mereka harus disembunyikan dari kalangan umum?

Apakah yang perlu diwaspadai dari pria yang lebih suka menjalin hubungan tanpa ikatan dengan wanita terpilih hingga Mathias begitu panik ketika ia melihat koran pagi ini?

Bagi Simona, kekhawatiran Mathias terlalu berlebih-lebihan.

Quinn sudah jelas-jelas memilih Mathias sebagai penerusnya daripada melepas status lajangnya. Apalagi yang perlu dikhawatirkan Mathias dari seorang pria yang lebih suka memaafkan setiap kelakuan Mathias daripada menghukumnya?

Seisi Viering sudah tahu Quinn selalu menutup sebelah mata atas segala tingkah laku penerusnhya itu. Ia tidak pernah benar-benar memperingati gaya hidup Mathias. Ia tidak pernah mencela Mathias walau ia tahu sepupunya itu sering menghabiskan waktu dari satu bar ke bar yang lain. Ia pun tidak pernah membuka mulut ketika gosip tentang Mathias beredar. Satu-satunya hal yang ia katakan adalah berkata,

“Itu adalah urusannya. Ia sudah dewasa.”

Simona tidak mengerti. Ia tidak akan pernah memahaminya.

Simona ingin bertemu dengan raja muda itu. Ia ingin tahu seperti apakah raja muda Viering yang mampu membuat penerusnya yang lebih tua darinya itu takut padanya.


-----0----


Eleanor membungkuk mengambil keranjang bunganya.

Sebuah kereta kuda memasuki gerbang Schewicvic.

Eleanor tersenyum gembira melihat kereta yang dikenalnya dengan baik itu melaju ke bangunan utama Schewicvic.

Grand Duke Bernard turun dari dalam kereta. Wajahnya menggambarkan dengan jelas keletihannya sepanjang hari ini.

“Bernard!”

Grand Duke waspada. Ia segera berbalik dan menangkap sekuntum bunga mawar yang dilempar Eleanor padanya.

“Tangkapan bagus,” Eleanor tersenyum.

“Kau masih juga tidak berubah,” keluh Bernard tetapi bibirnya membentuk senyum manis. Ia menyematkan bunga itu di telinga Eleanor. “Untukmu, putri manis,” ia mencium pipi Eleanor.

“Kau juga,” Eleanor merangkul lengan kanan Grand Duke dan menggiringnya masuk, “Kau selalu datang bila kau mempunyai kegusaran.”

Grand Duke Bernard terperanjat. “Bagaimana kau tahu?”

“Harus berapa kalikah kukatakan? Wajahmu menggambarkan semuanya dengan jelas,” Eleanor menatap wajah sang Grand Duke lekat-lekat. “Lagipula siapa yang tidak dapat menebak sumber kegundahanmu? Seluruh Viering membicarakannya. Papa juga telah menunggumu sepanjang siang ini.”

Grand Duke Bernard mendesah. “Aku akan heran kalau kau si biang gosip tidak mengetahuinya.”

Senyum nakal di wajah Eleanor kian melebar. Ia tahu Bernard tidak bermaksud demikian tetapi sepertinya memang itulah yang selalu terjadi. Sering ia mengetahui sesuatu sebelum Bernard memberitahunya atau mengetahuinya.

Grand Duke Bernard juga tahu Eleanor tidak mencari gosip-gosip itu. Gosip-gosip itulah yang seolah-olah sengaja mendatanginya dan memberitahunya. Eleanor adalah seorang gadis periang yang disukai semua orang. Itulah sebabnya ia mempunyai banyak kawan dan tentu saja, sumber gosip. Kadang Bernard berpikir sebanyak apakah yang diketahui Eleanor tentang Istana Fyzool dan sedalam apakah pengetahuannya tentang semua gosip di Viering.

Untungnya, Eleanor sendiri bukanlah seorang gadis yang suka menyebar gosip. Ia menerima gosip-gosip itu sebagai berita burung dan menyimpannya untuk dirinya sendiri hingga gosip itu benar-benar diperlukan. Eleanor, si gadis riang itu mengerti bagaimana memisahkan gosip yang hanya omong kosong dan mana yang bisa dipercayai.

“Papa menantimu di tempat biasa,” Eleanor melepaskan rangkulannya. “Aku akan menyiapkan sesuatu untuk kalian.”

Grand Duke melihat keranjang penuh bunga di tangan kiri Eleanor. “Kau akan mengunjungi Virgie lagi?”

Eleanor menatap bunga-bunga di keranjangnya dan tersenyum sedih. “Ya,” ujarnya lirih. Ia menatap Grand Duke dan tersenyum manis. “Aku telah memilih bunga-bunga kesukaan Mama yang paling indah.”

“Virgie akan sangat gembira di alam sana.”

Senyum manis di wajah Eleanor memudar. “Aku akan segera menyiapkan teh dan makanan kecil untuk kalian,” katanya dan ia berbelok ke arah dapur.

Grand Duke melihat gadis itu menjauh.

Pembicaraan mengenai Countess Virgie adalah sebuah pembicaraan yang menyedihkan untuk Eleanor. Tidak ada satu pun yang dapat menghapus keriangan di wajah Eleanor kecuali pembicaraan tentang ibunya yang meninggal dalam badai sepuluh tahun yang lalu.

Red Invitation, peristiwa yang terjadi sepuluh tahun yang lalu itu memang merupakan peristiwa yang sangat menyedihkan untuk keluarga kerajaan, keluarga Hielfinberg, keluarga Krievickie, keluarga Soyoz juga keluarga-keluarga lain yang pada hari itu berada di atas kapal pesiar Viering. Peristiwa yang terlalu menyedihkan untuk dilupakan.

Tidak seorang pun menduga kapal pesiar yang membawa Raja Alvaro dan Ratu Esther beserta para tamu undangannya tertimpa musibah besar. Badai yang tidak terduga kedatangannya menggelamkan kapal pesiar yang tadinya akan membawa mereka ke pulau Corogeanu di mana Raja ingin menjamu para tamunya.

Sepuluh tahun telah berlalu tetapi rasa kehilangan Eleanor masih sangat besar. Grand Duke Bernard masih dapat mengingat dengan jelas bagaimana gadis kecil yang kala itu masih belum genap enam tahun itu menangis histeris dalam upacara penghormatan kepada para korban bencana itu.

Sepuluh tahun sudah lewat tetapi Grand Duke Bernard masih juga tidak dapat menghapus rasa sedihnya atas kepergian istrinya dalam bencana yang sama.

Sepuluh tahun sudah peristiwa itu menjadi sejarah bencana Viering yang paling menyedihkan tetapi tiap orang masih mengingatnya dengan jelas. Red Invitation adalah sejarah Viering yang tidak akan pernah berhenti diceritakan turun temurun.

“Aku sudah menduga kau akan datang,” kata Earl of Hielfinberg menyambut kedatangan kawan karibnya.

“Eleanor mengatakan kau tengah menantiku.”

Earl tertawa. “Kau masih saja tidak mengenal Eleanor. Begitu telinganya mendengar berita dari Fyzool, ia sudah dapat meramalkan kedatanganmu.”

Grand Duke tertawa mendengarnya. “Aku tidak akan kaget bila suatu hari nanti ia menjadi seorang peramal.”

“Jadi,” kata Earl serius, “Bagaimana reaksi Paduka Raja?”

Tawa Duke Krievickie langsung menghilang. “Dunia tahu bagaimana reaksinya.”

Earl mendesah. “Aku yakin Mathias juga telah menduganya.”

“Ya,” Grand Duke sependapat, “Karena itulah ia meninggalkan Viering”

“Mathias tidak ada di Viering?” Earl kaget.

“Mathias meninggalkan Viering bersama istrinya pagi ini.”

“Jadi, Mathias sekarang ada di luar negeri,” Earl Ruben mengulangi dengan tidak percaya. Lalu dengan penuh kekaguman ia melanjutkan, “Ia benar-benar pandai. Ia tahu satu-satunya cara untuk menghindari kemurkaan Paduka adalah dengan menjauhinya untuk beberapa waktu. Aku yakin ia telah meninggalkan Viering sedemikian rupa sehingga kalian tidak bisa melacak tujuannya maupun mencium keberadaannya.”

“Ya,” keluh Grand Duke, “Hari-hari mendatang akan sangat berat bagiku. Paduka tidak memintaku mencarinya tetapi aku tahu ia mengharapkan kami menemukan Mathias sesegera mungkin.”

“Tidak,” Grand Duke cepat-cepat meralat, “Ia tidak mengharapkan tapi menginginkan Mathias segera dibawa ke hadapannya secepat mungkin.” Lagi-lagi sang Grand Duke mengeluh panjang, “Ini adalah keinginan yang tidak terlalu sulit. Aku percaya intel kita bisa segera mencium keberadaan Mathias tetapi menghadapi kemurkaan Paduka sampai Mathias ditemukan…,” Grand Duke tampak letih dan tertekan.

Earl dapat memahami perasaan sahabatnya itu. Setiap orang yang pernah masuk Istana tahu betapa menakutkannya kemurkaan Raja Muda yang tampan dan murah senyum itu.

Earl memang tidak pernah melihat langsung kemarahan Quinn tetapi dari apa yang ia lihat dan ia dengar dari sahabatnya, ia tahu kemarahan Quinn bukanlah kemaharan biasa.

'Memang,’ pikir Earl of Hielfinberg, 'Orang yang sabar akan menjadi sangat menakutkan bila ia marah.’

“Bukankah masalah ini akan beres jika Paduka Raja mau menikah?”

“Kami juga berpikiran seperti itu tetapi siapa yang berani mengutarakannya pada Paduka,” Grand Duke menatap Earl putus asa, “Terutama di saat-saat seperti ini.”

Earl terdiam. Ia juga tahu betapa keras kepalanya pendirian Quinn tentang pernikahan.

Raja selalu marah setiap kali disinggung masalah pernikahan.

Sekarang ketika ia sudah benar-benar murka, siapa yang berani mengatakannya padanya? Bahkan Duke of Krievickie yang dihormatinya sebagai ayah angkatnya tidak berani apalagi orang lain?

Entah dari mana ia mewarisi sifat pemarahnya yang menakutkan itu. Tidak seorang pun dalam garis keluarga Raja Quinn yang memiliki kemurkaan yang menakutkan seperti itu.

Mungkin sifatnya itu muncul sebagai jawaban atas keraguan penduduk Viering ketika ia berada dalam puncak pimpinan Kerajaan ini pada usia yang sangat muda. Mungkin juga sifatnya itu muncul sebagai reaksi atas tanggung jawab besar yang tiba-tiba dipikulnya dalam sehari di saat teman-teman sebayanya masih bermain-main dengan kawan mereka.

“Mengapa kalian berdua saling mendesah seperti itu?” Eleanor muncul dengan nampan besar di tangannya.

“Kalian akan tampak semakin tua dengan wajah berkerut kalian itu,” Eleanor meletakkan cangkir di depan keduanya dan menuangkan teh dengan hati-hati.

“Kau hanya bisa meledek kami,” keluh Earl, “Tidak adakah yang bisa kaulakukan selain itu?”

“Ada,” jawab Eleanor spontan, “Aku sedang melayani kalian saat ini.” Eleanor tersenyum penuh arti sambil meletakkan gelas di depan Earl.

Grand Duke tertawa geli. “Kurasa kau benar-benar kalah darinya.”

“Makin lama ia makin pandai,” keluh Earl sambil menyeduh teh hangatnya.

“Memang tidak ada hiburan yang paling menarik selain duduk di sini menikmati teh hangat sajian Eleanor dan mendengar celotehnya,” Grand Duke setuju.

Eleanor memasang muka cemberut mendengar gurauan Grand Duke. “Kau mengatakannya seolah-olah aku adalah ratu gosip di Viering.”

Grand Duke tertawa geli diiringi Earl.

Di saat tawa gembira menghiasi Schewicvic, awan gelap menggelantung di atas Istana Fyzool.

Mata tajam Quinn tak lepas dari judul berita utama koran-koran hari ini. Bermacam-macam koran terhampar di permukaan meja kerjanya dan setiap koran memasang sederet kata-kata berukuran besar yang senada: Mathias dan pelacur yang tidak jelas asal-usulnya!

Inilah yang akan menjadi topik terbesar abad ini dalam sejarah Kerajaan Viering. Tidak ada skandal yang lebih memalukan dari hal ini sepanjang sejarah Viering!
Bagaimana mungkin seorang kriminal memimpin Viering?

Bagaimana mungkin Quinn membiarkan seorang pelacur yang tak bermoral menjadi wanita nomor satu di Viering? Bagaimana ia harus menjelaskan semua ini pada leluhurnya bila mimpi buruk ini menjadi kenyataan?

TIDAK!

Quinn tidak dapat membiarkan itu terjadi. Ia tidak boleh membiarkan itu terjadi.

Tetapi… apakah yang dapat dilakukannya?

Mathias pasti tidak suka idenya untuk memisahkan mereka berdua. Quinn ragu Mathias akan menerima sarannya untuk menceraikan Simona.

Quinn termenung.

… kecuali Paduka Raja Quinn menikah.

Mata Quinn menangkap sederetan kata-kata itu.

Matanya bergerak ke koran-koran yang lain dan saat itulah ia menyadarinya.

Koran-koran itu tidak salah! Satu-satunya yang bisa menghentikan aib ini adalah dirinya sendiri! Sekarang ia adalah Raja dan keputusannyalah yang akan mempengaruhi masa depan kerajaan ini.



*****Lanjut ke chapter 2

6 comments:

  1. Pernah baca dalam bentuk "remake " tapi lengkap dengan penulis aslinya... tapi saya baru tahu originalnya

    ReplyDelete
  2. saya pertama kali baca karya sis Sherls di Wattpad. Banyak yang coba mengshare di dunia orange itu sis, coba buka deh. senang akhirnya ketemu blog aslinya. semangat menulis terus ya sis, tq.(sita1985)

    ReplyDelete
  3. Setelah sekian lama akhirnya ketemu cerita ini lg, sempet sedih pas tau cerita quinn hilang dari wattpad, soalnya cerita ini bikin penasaran

    ReplyDelete
  4. Wah kakak yg jdi pnulisnya punya akun medsos gk?? Aku mau nnya nnya nih ttg novel ini, sumpah aku tuh suka bgt sma critanya alurnya itu. Meskipun aku baca yg remakenya, kak aku mohon bls ya aku mau tnya soalnya penasaran bgt nih

    ReplyDelete
  5. Barusannn bgt nemu di wattpad cerita ini. Aq kira novel terjemahan. Iseng ngetik di google...dannnn woww ternyata asli authorny org lokal��
    Keren deh

    ReplyDelete
  6. Kembali lagi di 2022 karena tiba2 teringat blog ini...
    Awal nemu blog ini tahun 2014 karena nggak sengaja baca ceritanya di web lain dang sering balik kesini, suka semua ceritanya (baca cerita di blog lain dan terpisah2) pas nemu ternyata satu orang penulis...

    ReplyDelete